1% Desperate Love [Oneshoot]

Title      : 1% Desperate Love

Author  : Luna

Genre   : PG 17, Sad, School-life, Romance, Oneshoot

Cast      : Cho Kyuhyun, Han So Hee

Cuap-cuap Author:
Episode FF Oneshoot muncul lagi nih.
Kan kemarin-kemarin aku nggak nge-post apapun, aku update FF-nya dua deh ya 😀
Oh iya, aku bakal ada FF yang rutin di-post tiap malam jumat, ditunggu aja yaa 3 hari ke depan ^^

Warning! Typo beterbangan!

***

“Sial!” ujar seorang gadis yang rambutnya dikucir kuda sudah awut-awutan. Sesekali dia menyelipkan rambutnya yang menjuntai ke depan dan mendengus, “Sialan!”

Seharian belajar di sekolah membuatnya suntuk. Cepat-cepat pulang ke rumah, ingin berendam di dalam bath up air hangat beraroma terapi, alih-alih malah memergoki ibunya sibuk bercumbu dengan pria di atas sofa ruang tamu, benar-benar tidak tahu tempat.

Ayahnya telah tiada dan sejak itu ibunya jadi suka bergonta-ganti pasangan seperti mengganti baju. Rasa suntuknya mendidih seketika.

Tidak melanjutkan langkahnya masuk ke rumah, dia malah berakhir disini. Stasiun bawah tanah yang sudah sepi. Pukul sepuluh malam.

Tanpa rasa takut kalau-kalau ada orang yang mau berbuat jahat padanya.

Seseorang mengejutkannya. Tiba-tiba berlalu sepuluh senti di depannya, membuatnya bergidik ngeri. Matanya mengikuti kemana pria itu melangkah.

Dilihat dari posturnya sepertinya dia seorang pria. Tubuh yang dibungkus jaket hitam tebal serta kepalanya dibalut tudung jaket sehingga dia tidak bisa melihat bagaimana rupanya.

Gadis itu membersitkan hidungnya yang mencium bau aneh. Bau darah yang menguar dari orang itu.

Suara mesin kereta api yang melaju dari kejauhan mengalihkan perhatiannya. Ini adalah kereta terakhir yang harus dinaikinya kalau dia tidak ingin bermalam di stasiun.

Dia pernah dengar ada orang yang digoda preman dan diperkosa di stasiun ini. Mengerikan. Seberani apapun dirinya, tetap saja kekuatan laki-laki seribu kali lipat lebih kuat dari perempuan.

Dia menyukai tantangan, tapi jika itu berkaitan dengan keselamatannya dia tidak akan pernah mau.

Pria itu terus berjalan dan dia baru sadar jalannya pincang, merintih entah menahan sakit di bagian tubuhnya sebelah mana. Terhuyung-huyung pria itu melompat turun ke bawah, rel kereta.

Gadis itu penasaran dan dia mengikutinya. Pria itu terus melangkah dan langkahnya semakin tidak pasti. Bergoyang ke kanan dan kiri ke tengah rel.

Suara kereta api terdengar mendekat.

“HEI! APA YANG KAU LAKUKAN?”

Dia menatap cemas ke arah kereta api yang mungkin dalam hitungan 30 detik melesat.

Bisa saja menghantam tubuh pria itu jika gadis itu tidak ikut melompat turun ke atas rel, berlari mengejar pria gila yang berniat bunuh diri.

Tidak, dia tidak mau menjadi saksi kematian pria ini! “YAK! MINGGIR!”

Aish! Sungguh dia benci mengurusi hidup orang lain.

Bagaimana kalau dia juga mati? Wajahnya yang terpampang di berita televisi, salah seorang murid SMA Hayounggu mati tertabrak kereta gara-gara menolong pria asing. Memikirkannya membuat dia mual.

“YAK! APA KAU TULI? MINGGIR!”

Larinya semakin kencang, berpacu dengan kereta api yang siap menembusnya kapan saja, tangannya terulur, mencengkeram lengan pria itu, mendorongnya menepi dan berguling bersama di atas tanah tepat sebelum kereta api menghancurkan tulang mereka.

“KAU GILA?!”

Sekonyong-konyong, gadis itu memarahi pria yang baru saja ditolongnya. Jantungnya berdegup kencang karna baru saja melewati detik-detik paling menegangkan seumur hidupnya.

Tidak pernah sebelum ini dia berpikir menolong orang lain sedang nyawanya sendiri di ujung tanduk. Pria itu tidak kalah terengah-engahnya di sisi yang lain.

Napasnya tidak beraturan. Paru-parunya butuh pasokan oksigen lebih banyak.

Rencananya digagalkan gadis berseragam. Perih menjalar dari perutnya kemudian keluar menjadi suara rintihan.

Dari sudut matanya dia bisa melihat gadis sekolahan itu merangkak mendekat, mukanya pucat pasi memandang perutnya. Tangannya bergetar hendak menyentuhnya tapi buru-buru ditahan.

“Kau terluka…” desisnya. Dia mendongakkan kepala. Kesakitan.

Di saat itulah matanya menangkap ekpresi terkejut. Sama dengannya.

“Cho Kyuhyun…”

Kepalanya berdenyut. Wajah gadis itu berbayang tiga. Langit di atas berputar. Kesadarannya berangsur lenyap.

.

.

.

Cho Kyuhyun adalah idola para gadis di sekolah SMA Hayounggu.

Tak diragukan lagi ketampanannya yang setara dewa yunani, kepintaran di segala bidang terutama olahraga, anak dari keluarga chaebol yang punya perusahaan dimana-mana, tapi punya sikap dingin yang anehnya justru mati-matian menarik di mata para gadis.

Kadang misterius, kadang sombong, juga kadang jahil. Meskipun begitu dia memiliki banyak teman yang loyal padanya. Gambaran yang pas untuk pria itu, complicated.

Dan pria yang kemana-mana selalu mendapat jeritan histeris para gadis, terbaring lemah di ranjang rumah sakit, pingsan selama enam jam, entah karena obat bius yang diberikan dokter atau karena luka di perutnya.

Dokter yang merawatnya bertanya-tanya bagaimana dia bisa bertemu Kyuhyun dalam keadaan perut tersobek.

Bahkan dia mendengar limpanya sobek sehingga perlu operasi dadakan yang menghabiskan waktu dua jam. Terlambat sedikit, nyawa Kyuhyun tidak akan tertolong lagi.

“So Hee-ya, sayang, apa yang terjadi?”

Han Soonya tergopoh-gopoh masuk ke salah satu kamar rawat. Dia terkejut bukan main.

Putrinya tidak pulang ke rumah sampai pukul empat pagi, begitu mendapat telepon, kabar putrinya berada di rumah sakit membawanya langsung melesat kemari.

Dia memerankan peran sebagai ibu dengan sangat baik.

“Kau baik-baik saja?”

Soonya mengecek tubuh So Hee, ada plester menempel di tempurung lutut kiri dan siku kirinya dibalut perban. Gadis itu tidak langsung menjawab.

So Hee geram, sungguh. Dia menelepon berkali-kali ibunya sejak kakinya menginjak lantai rumah sakit, dan ibunya baru datang setelah pihak rumah sakit yang meneleponnya?

Astaga, ibu macam apa dia?

Tubuh So Hee bergeser, memberi tempat ibunya melihat kondisi lelaki yang berbaring. Seketika itu ibunya terperanjat.

Tatapannya beralih pada putrinya lalu kembali pada Kyuhyun. Matanya sorot akan cemas dan kesedihan, tapi So Hee tahu itu hanya pura-pura.

“Aku harus menelepon Cho Younghwan.”

Jangan sok peduli! Jerit So Hee dalam hati.

Soonya mengambil ponsel dari tas merk ternama barunya, memencet nomor pintasan seseorang yang berhak tahu kabar ini. Seseorang yang menunjang sekali kehidupan mewahnya sekarang.

Tak berapa lama ibunya malah terhanyut dalam aktingnya, mengatakan kondisi Kyuhyun sedang kritis dan orang di seberang sana harus segera datang.

Menghela napas perlahan, So Hee menatap wajah tenang Kyuhyun saat tidur. Pria ini berkali-kali lipat lebih tampan sekarang.

Tapi jika matanya terbuka, jangan harap ketenangan itu tersemat di wajahnya. Hanya ekspresi sedingin gunung es dan hanya akan meleleh ketika bertemu kekasihnya.

Ngomong-ngomong soal kekasih, pria sesempurna dia sudah pasti memiliki kekasih. Walaupun tidak sedikitpun menyurutkan semangat para fans-nya, bahkan semakin membludak.

Selama janur belum melengkung, Kyuhyun masih bebas memilih kan?

Tangan So Hee terangkat menyentuh poni Kyuhyun, menyelipkannya ke samping telinga. Rambutnya sedikit lebih panjang dari terakhir kali dia melihatnya.

Yah, So Hee akui, dia juga salah satu fans dari Cho Kyuhyun, tidak segila lainnya tentunya. Dia lebih senang memandangi kesempurnaan lelaki ini dari jendela laboratorium sekolah.

“Menyentuhku berarti hukuman untukmu.”

So Hee menghentakkan tangannya ke samping. Terkejut.

Kyuhyun membuka matanya. Tatapan tajam yang lemah menyorot gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

Blazernya sudah ditanggalkan, menyisakan kemeja putih ketat dan rok pendeknya, mencetak tubuh mungilnya, memperlihatkan tonjolan indah dadanya.

Memenjarakan napas lelaki normal sepertinya antara nafsu primitif ingin menenggelamkan wajahnya di dada gadis itu atau marah karna gadis itu memanfaatkan kelemahannya dengan menyentuhnya.

“M-maaf, aku…”

So Hee menghembuskan napas. Membersit hidungnya dengan lengan kemeja seragamnya kemudian berbalik. Rasa senangnya melihat Kyuhyun sudah siuman harus dikuburnya dalam-dalam.

Ibunya pergi keluar entah kemana. Dan dia merasa canggung ditinggal berdua saja dengan Kyuhyun yang selalu mengintimidasinya dengan tatapannya.

“Aku akan menelepon Nami agar segera datang kemari untuk menemanimu.”

So Hee hendak pergi ketika tangannya ditarik kuat dan tubuhnya terjungkal ke belakang, tidak, tepatnya terjatuh di atas ranjang rumah sakit, sedikit menindih lelaki yang juga berbaring disana.

Kyuhyun meringis saat siku So Hee tak sengaja menekan perut bekas operasi. So Hee segera bergerak menjauh tapi tetap di samping pria itu, wajahnya takut dan cemas.

“Begitu saja? Kau mau meninggalkanku?”

So Hee menatap Kyuhyun bingung. Lelaki ini baru saja menyuruhnya tetap tinggal, kan? Kyuhyun menarik pinggang So Hee mendekat padanya, sehingga posisi mereka saling berhadapan.

Menyurukkan kepalanya di atas dada gadis itu yang empuk, sedangkan yang dibuat bersandar menjadi panas-dingin.

Mengecup dadanya dari luar kemejanya lalu menghirup aroma mawar bercampur keringat yang sudah mengering tapi tetap segar di hidungnya, Kyuhyun memejamkan matanya lagi.

Tangan kirinya yang terpasang selang infus digunakan mengurung tubuh So Hee merapat padanya. Gadis itu harus bertahan menekan debaran jantungnya yang tak karuan.

So Hee bersumpah harus memusatkan pikirannya pada hal lain, asal lelaki ini tidak bisa mendengar jantungnya.

Tapi sialnya, Kyuhyun malah semakin menempelkan pipinya di dada kirinya, tempat jantungnya melompat-lompat seperti kelinci.

“Nyaman sekali saat mendengar debaran jantungmu ini nona Han, obat tidur alami.”

Kyuhyun bergerak lagi. Mencari posisi ternyamannya.

Dan selama itu So Hee terus mengumpat karna rasa geli dan ada gelenyar aneh mengalir di tubuhnya jika harus sedekat ini dengan Kyuhyun.

“Tapi bukan berarti aku tidak akan memberi hukuman. Kau menyentuhku tanpa ijin.”

“Tapi kau selalu menyentuhku seenaknya.”

UPS! So Hee menutup bibirnya yang lepas kontrol. Kepalanya menunduk. Sial! Kau kemanakan kontrolmu?! Dewi batinnya memarahinya.

Kyuhyun tertegun. Dia mendongakkan wajahnya. Menatap bagaimana lingkaran hitam membingkai mata gadis itu. Selama itukah dia menunggunya siuman? Apa gadis ini tidak tidur?

“Kau tunanganku. Aku bebas melakukan apapun padamu.” So Hee mendengus pelan.

Kyuhyun menarik sebelah bibirnya naik.

“Tapi karna kau sudah menyelamatkanku,” Kyuhyun mengedikkan bahunya lalu kembali melabuhkan wajahnya di dada So Hee lagi. Memeluk perutnya erat.

“Aku mentolerirnya. Tidur. Kau tidak bisa menyembunyikan lagi wajah lelahmu.”

So Hee ikut terpejam. Dia senang Kyuhyun membebaskannya menyentuh lelaki itu. Kaget, bukan? Mereka sudah bertunangan. Dijodohkan tentu saja.

Ayah Kyuhyun ternyata teman lama ibunya dan secara tidak sengaja mereka terlibat pembicaraan serius setelah mengetahui anak mereka bersekolah di tempat yang sama.

Awalnya Kyuhyun menolak mentah-mentah—sudah pasti dan semestinya, tanpa ditanya dia pasti melakukannya—karena dia sudah memiliki kekasih.

Ayahnya pun berdalih, kekasih tidak mungkin selamanya, jika bertunangan kemungkinan melanjutkan ke jenjang pernikahan adalah 85 persen.

Apalagi menurut ayahnya, Han So Hee gadis yang tepat dan mudah diterima di keluarga mereka.

Pertunangan yang tidak didasari oleh cinta, berakhir dengan sebuah kesepakatan rahasia yang hanya Kyuhyun dan So Hee tahu.

Jangan sampai berita mereka bertunangan tersebar di sekolah sehingga mereka harus berpura-pura menjadi dua orang asing yang tidak saling kenal.

Sedang saat berkunjung ke rumah calon mertua masing-masing, harus menunjukkan keharmonisan hubungan mereka.

Setidaknya So Hee patut bersyukur, tidak seperti di drama tontonannya si pria akan bertindak kasar pada si wanita yang dijodohkan dengannya sebagai bentuk perlawanan.

Hanya saja Kyuhyun melarang setitik sentuhan saja di tubuhnya dan ikut campur urusannya.

“Bisakah kau mengusap rambutku lagi?” tanpa melihat pun, Kyuhyun sudah tahu So Hee pasti bingung dengan perubahan dirinya.

Kyuhyun lalu meneruskan, “Membuatku seperti bayi, itu—menyenangkan.”

So Hee tertegun sesaat sebelum senyumnya terbit. Tangannya mulai bergerak menyusuri rambut Kyuhyun yang lembut.

Tiba-tiba dia penasaran, seberapa seringkah lelaki ini mencuci rambutnya? Setiap hari kah? Rasanya lembut sekali. “Bagaimana kau bisa terluka parah begitu?”

Semula mata Kyuhyun yang telah terpejam, terbuka kembali.

“Aku hendak pulang setelah mengunjungi rumah nenekku di Busan ketika seseorang mencopet dompetku dan aku langsung menghajarnya. Tapi aku malah dikeroyok sepuluh preman temannya.”

So Hee meringis seakan bisa ikut merasakan bagaimana jika dia berada di posisi Kyuhyun.

“Lain kali harus lebih berhati-hati.”

“Aku tahu. Aku mengantuk. Tidur.” So Hee menelan ludahnya.

Nada bicara pria ini kembali dingin seperti biasanya. Tahu kalau Kyuhyun tidak senang jika dia banyak bertanya, So Hee memilih diam dan melanjutkan mengusap rambut pria itu.

.

.

.

“Jangan masuk!”

Cho Younghwan yang hendak membuka kenop pintu kamar rawat putranya terhenti, dicegah oleh Han Soonya.

Tumitnya berputar dan keningnya berkerut. “Kau hampir saja menghancurkan keromantisan mereka.”

“Eh?”

Younghwan menilik dari kaca kecil di kamar itu dan dia mengerti maksud wanita di sampingnya. Putranya tengah berpelukan di atas ranjang dengan tunangannya. Dia mendesah lega.

“Senang rasanya melihat mereka akur. Oke, kita harus tinggalkan mereka.”

.

.

.

Besoknya ruang kamar rawat Kyuhyun seperti disulap menjadi ruang pesta.

Teman satu kelasnya yang mendengar kabar kecelakaan lelaki itu, berbondong-bondong menjenguk ke rumah sakit, membawa berbagai jenis buah-buahan, roti, susu, gulungan-gulungan kertas berisi harapan semoga Kyuhyun cepat sembuh.

Teman klub baseball-nya bahkan membawakan kaos baseball baru yang dipenuhi tanda tangan teman setim dan ucapan lekas sembuh.

Dan jangan lupakan fans-fans Kyuhyun yang memberikan berkotak-kotak cokelat yang katanya buatan mereka sendiri.

Benar-benar ramai dan Kyuhyun dibuat tertawa oleh lelucon-lelucon temannya. Tidak tertawa sungguhan, karena perutnya masih ngilu jika digerakkan atau disentuh sedikit saja.

Para fans-nya dibuat kagum oleh tawa yang terpasang di wajah tampan Kyuhyun yang jarang sekali bisa mereka lihat.

“Kau tidak masuk?”

So Hee hampir melompat saat seseorang di belakangnya membuyarkan lamunannya.

Yap, gadis itu hanya berdiri di luar kamar, memandangi Kyuhyun dari jauh.

Seharusnya dia yang berada di samping lelaki itu. Mendapat tawa renyah lelaki itu. Mendapat kecupan seringan kapas di pipi. Tidak, itu bukan dia.

Itu Nami, kekasih Kyuhyun yang kini tengah menyuapi lelaki itu dengan apel.

Dadanya sakit kerap kali mengingat bukan dirinya yang diakui oleh semua orang sebagai pemilik Kyuhyun. Bukan dirinya yang ikut tertawa di dalam sana.

Bukan dirinya yang padahal tunangan sah pria itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Donghae, ketua kelas, baru datang dengan menenteng keranjang buah merasa aneh dengan So Hee yang bukannya ikut masuk malah melamun di depan pintu.

Yang dia tahu So Hee murid kelas sebelah, tapi tidak ada salahnya kan kalau dia juga masuk?

“Masuklah duluan, Donghae-ssi. Aku sedang tidak enak badan. Flu berat—srut!”

So Hee menyedot ingusnya berbohong, sebenarnya itu ingus dari air mata yang mendesak keluar.

“Aku tidak mau menulari Kyuhyun. A—aku pulang duluan!” So Hee mencengkeram tali tasnya kemudian berbalik cepat.

“Hei! Kau tidak mau menitip salam untuk Kyuhyun?” teriak Donghae yang dibalas gelengan kepala So Hee. Mengedikkan bahunya tidak peduli, dia menggeser pintu dan berjalan masuk.

“KYU! Aku merindukanmu!”

Sontak seruan Donghae barusan mengundang seruan-seruan ledekan dari teman-teman yang lain.

Dan ledekan yang semula ditujukan pada Shindong, beralih pada Donghae, yang selalu menjadi bulan-bulanan teman sekelas untuk di-bully.

Kyuhyun tersenyum lebar. Benar-benar menyenangkan mendengar celotehan-celotehan khas murid SMA. Menghiburnya yang sedang terkena sindrom post-operasi. Mual, muntah, sakit di sekujur tubuh.

Tapi itu tidak lagi dia rasakan saat teman-temannya berada di dekatnya.

“Sayang, buka mulutmu lagi.”

Nami di sampingnya menyuapinya buah jeruk. Buah kesukaannya. Dengan senang hati Kyuhyun menerimanya sambil mencuri kecupan ringan di tangan kekasihnya itu.

Matanya menatap satu per satu temannya. Mencari seseorang yang menghilang sejak pagi tadi dia bangun tidur.

Kemana gadis itu? Dari ayahnya dia tahu kalau So Hee sudah pamit pergi ke sekolah. Kenapa gadis itu tidak membangunkannya?

Tiba-tiba perasaan senangnya meredup. Padahal dia juga ingin berbagi kesenangan dengan gadis itu. Karena jika bukan So Hee yang menemukannya, dia pasti tidak akan bisa seperti ini.

“Melamunkan apa, Kyu?” tanya Donghae. Yang ditanya menggelengkan kepala.

“Ah, iya, aku tadi melihat Han So Hee dari kelas tetangga berdiri di luar.”

Kyuhyun serentak menolehkan kepalanya mendengar nama gadis yang menjadi pikirannya sekarang disebutkan Donghae.

“Lalu kemana dia sekarang?”

Donghae mengerutkan keningnya.

“Katanya dia sedang tidak enak badan jadinya dia mau langsung pulang.”

Kyuhyun bungkam. Wajahnya mendadak murung. Kenapa? Padahal So Hee kan bisa berpura-pura menjadi temannya juga?

Sekalipun mereka tidak pernah terlibat pembicaraan saat di sekolah. Tangan Kyuhyun mencengkeram selimutnya. “Kau baik-baik saja?”

Kyuhyun menggeleng, menghela napas. Tidak. Dia tidak baik-baik saja. Ada yang mengganggu pikirannya. Tidak enak badan? Setahunya kemarin So Hee baik-baik saja.

Apa gadis itu menghindarinya?

Sementara Donghae merasa ada yang aneh. Kenapa Kyuhyun terlihat kecewa mengetahui So Hee tidak menjenguknya? Ah, biarlah. Itu bukan urusannya.

.

.

.

“Kau sengaja menghindar dariku?”

So Hee menutup novel tebal yang sedang dibacanya.

Sebulan sudah berlalu pasca kecelakaan yang menimpa lelaki itu. Dan selama itu pula dia selalu berhasil menghindarinya. Dengan alasan apapun.

Berkelit ada tugas sekolah, harus menginap di rumah teman, belajar di sekolah sampai malam, ekstrakulikuler yang padat, segala jenis alasan agar tidak bertemu dengan lelaki itu.

Satu-satunya yang menjadi alasannya, dia tidak mau menjadi obat nyamuk di antara mereka.

Kyuhyun dan kekasihnya—siapa lagi, yang setiap hari tidak pernah absen menjenguk Kyuhyun.

Lalu, apa alasan keberadaannya? Dia bukan teman dekat apalagi keluarga Kyuhyun. Nami pasti akan curiga. Dan Kyuhyun sendiri kan yang selalu bilang tidak ingin hubungan mereka terekspos?

Jadi buat apa lagi dia susah-susah pergi ke rumah sakit? Toh, dia sudah tidak dibutuhkan.

So Hee tahu dari balik bahunya Kyuhyun sedang mengawasinya.

Gadis itu mengambil novelnya kemudian beranjak dari kursi perpustakaan yang tiga jam ini sudah menemaninya.

So Hee berbalik dan tertegun, kenapa perpustakaan sesore ini sudah sangat sepi? Dan seringaian sinis Kyuhyun menyadarkannya.

Lelaki ini punya otoritas berlebihan. Mengusir semua orang dari sini dan menyewa perpustakaan sekolah untuknya sendiri pasti pekerjaan gampang.

“Kau sengaja kan menghindariku?”

Kyuhyun melangkah mendekat. Sebelah tangannya menenteng bola basket. Kaos putihnya menempel bersama keringat yang tercetak jelas dari luar.

Sepertinya dia baru menyelesaikan permainannya atau dia sedang beristirahat sebelum pertandingan lanjutan.

Yang jelas So Hee turut senang melihat Kyuhyun sudah bisa beraktivitas kembali. Sekalipun dia tidak tahu perkembangan pastinya.

“Kyuhyun-ssi, annyeong.” kata So Hee dengan ekspresi datar, membungkukkan badannya sekilas lalu berjalan melewati Kyuhyun yang segera ditahan lelaki itu.

Kyuhyun menatapnya sangat tajam. Tidak suka dengan sikap formal yang terang-terangan So Hee tunjukkan padanya.

Tangannya mencekal kuat pergelangan gadis itu, memaksanya berbalik. “Ada perlu denganku?”

“Jangan bersikap begini, aku tidak suka.” ancam Kyuhyun seraya mengeratkan cekalannya. Gadis itu meringis sakit, tapi Kyuhyun mengacuhkannya.

“Maaf, Kyuhyun-ssi, tapi aku ingin segera pul—”

“Pulang denganku.” potong Kyuhyun dengan nada tegas.

“Tidak, Kyuhyun-ssi, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri.” So Hee memaksa agar Kyuhyun mau melepasnya.

Bukannya melepas, malah Kyuhyun menarik gadis itu padanya, mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas meja tempat gadis itu tadi membaca novel.

So Hee memekik kaget, tidak ingin keseimbangannya jatuh, dia memegang pundak Kyuhyun erat.

Posisinya yang lebih tinggi dari Kyuhyun membuatnya kikuk. Mereka tidak pernah berada di posisi seperti ini. “Apa yang kau lakukan, Kyuhyun-ssi?”

Kyuhyun mengamati pipi So Hee yang merona. Dia juga tidak mengerti kenapa dia melakukan ini.

Mungkin akumulasi dari kekesalannya selama satu bulan ini pada So Hee, atau hanya ingin mengusilinya, dia tidak yakin.

“Turunkan aku!” titah So Hee menjadi alarm baginya. Tidak ada yang pernah membentaknya sebelum ini dan gadis ini begitu menggemaskan dan berani!

Menggemaskan? Astaga, apa iya, Cho Kyuhyun?

“Katakan padaku kenapa kau menghindariku.”

“Sepertinya kau salah alamat. Aku tidak pernah menghindari siapapun. Turunkan aku!”

So Hee memberontak dan hal itu semakin mengeratkan pelukan Kyuhyun di pinggangnya. Hmm, gadis ini memiliki pinggang yang pas di tangannya.

Ya ampun, apa yang kau pikirkan, Kyu?!

“Tidak sebelum kau mengatakannya.”

“Cho Kyuhyun-ssi, turunkan aku atau aku bisa teriak dan kekasihmu yang menunggu di luar pintu bisa mendengarnya dan berpikiran macam-macam.”

Memang dia sempat melihat Nami yang menyandarkan tubuhnya di pintu perpustakaan.

So Hee mengeratkan pegangannya di Kyuhyun ketika lelaki itu semakin mendekatkan tubuh mereka berdua.

Membiarkannya menghirup aroma maskulin bercampur mint dan keringat, membuat kepalanya pening. Apa sebenarnya yang sedang lelaki ini lakukan?

“Biarkan saja, aku memang ingin macam-macam padamu.” So Hee melotot.

Tawa Kyuhyun pecah seketika. Mata So Hee yang melebar, mulut ternganga, sangat menggemaskan di mata Kyuhyun.

“Aku akan berteriak! TO—”

Kyuhyun membungkam bibir So Hee, melesakkan lidahnya ke dalam bibirnya yang terbuka. Melumat bibir atas dan bawahnya bergantian, menggigit bibir bawah gadis itu.

Untuk sepersekian detik So Hee terdiam. Tidak membalas setiap lumatan di bibirnya sampai Kyuhyun menghentikan aksinya.

“Balas ciumanku!”

Begitulah, Kyuhyun mencium lagi bibir So Hee yang memabukkan menurutnya. Seperti tidak pernah dijamah oleh siapapun.

Tapi So Hee bertahan tidak membalas ciuman itu. Tidak dapat merasakan apapun dari ciuman itu. Ciuman yang dilakukan atas dasar nafsu semata.

So Hee mendorong bahu Kyuhyun, melepas ciuman mereka secara paksa, turun dari atas meja dengan pandangan nanar.

Kyuhyun jelas terkejut dengan tindakan tiba-tibanya. Sesaat dia merasa So Hee berlebihan dan dia tidak bisa melihat kesalahan pada dirinya.

Sampai dia melihat air mata gadis itu mengalir dari sudut matanya.

Saat itulah Kyuhyun sangat menyesal sudah mencium paksa gadis itu tanpa ijin pula. Dia sudah melampaui batasnya. Batas yang dibuat antara dirinya dengan So Hee.

Tidak menyangka hanya alasan kesalnya dia bisa bertindak sembarangan. Menyamakan So Hee dengan gadis-gadis di luar sana yang pasti akan suka rela dicium olehnya.

Bahkan Nami pernah menawarkan tubuhnya kalau saja tidak ada telepon yang menginterupsi mereka dan menghentikannya.

Brengsek!

Tapi Kyuhyun terlalu gengsi mengakui kesalahannya.

Kyuhyun hanya berbalik dan hendak pergi ketika suara bergetar di belakangnya menyahut, “Kita akhiri saja pertunangan ini.”

Tubuh Kyuhyun menegang. Tidak menyangka So Hee bisa memutuskan pertunangan mereka saat mereka bersitegang.

Dan tanpa pikir panjang, Kyuhun menjawab, “Oke, kita akhiri saja. Akhirnya aku bisa memutus dua parasit sekaligus dari kehidupanku dan ayahku.”

So Hee memandang punggung Kyuhyun yang semakin menjauh. Hatinya hancur.

Jadi itukah pendapat Kyuhyun tentangnya selama ini? Parasit? Padahal dia berharap setidaknya Kyuhyun mengatakan hal baik tentangnya.

Kau menghancurkanku Kyuhyun. Menjatuhkanku dari ketinggian 3000 kaki, menenggelamkanku ke dasar jurang tak berujung.

Kuharap kita tidak akan bertemu lagi. Tidak, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Aku tidak ingin dihempaskan lagi.

.

.

.

THE END

Kurang Puas?
Vote disini:
Voting Request Sequel FF

56 thoughts on “1% Desperate Love [Oneshoot]

Leave a reply to rahma Cancel reply