CLEFT Chapter 8

CLEFT Chapter 8
by Luna

Genre:
Romance, Chaptered

Main Cast:
Cho Kyuhyun | Kang Soo Jin

Support Cast:
Kim Haneul | Choi Siwon | Lee Hyukjae

Cuap-cuap Author:
Sebulan kemana ajaa hooo?
Adakah yang protes begitu? Wkwk._.
Jangan bosen-bosen dengerin kata “maaf” karena aku belum tepat waktu melanjutkan ceritanya yaaa
Lagi-lagi “sibuk” itu jadi istilah penyakit yang nggak bisa disembuhin Aku cuma bisa mengharap kesabaran kalian ^_^
Semoga di chapter ini tidak terkesan buru-buru dan kalian bisa menikmatinya
Dan untuk informasi aja, serial ini akan berakhir di episode ke depan. Jangan lewatkan yaa 😉
Happy Reading^^

Lupa bagaimana cerita sebelumnya? Tengok yuk: CLEFT Chapter 7

cleft

Warning! Typo dimana-mana!
—oo0000oo—

“Kau sudah sadar?”

Suara itu. Berat, serak, putus asa. Serat-serat cahaya bertabrakan, saling mendesak berebutan masuk ke retina sedetik gadis itu membuka mata.

Tujuh, tidak, sepuluh lebih kepala berkumpul di dekatnya. Beberapa dari mereka memasang ekspresi takut. Satu dari mereka bersimpuh dekat darinya. Dia, yang memanggilnya.

“Ya Tuhan!” pekik orang itu lirih. Tubuhnya diraih hingga setengah duduk dan didekap kencang.

Tangannya nyaris lumpuh tak mampu membalas. Kepalanya ditekan keras ke perbatasan leher dan bahu pria itu. Leher dan bahunya basah, sebagaimana dia.

Semua orang mendesah lega.

“Sebaiknya kau menggantikan bajunya. Dia bisa sakit.”

Pria itu mengangguk. Dengan sekali gerakan, dia berhasil menggendongnya. Membelah kerumunan ramai orang-orang dan membawanya melewati lorong-lorong kapal yang hening.

Selama dia berjalan, tetesan air dari rambut yang basah pria itu terus menetes di pipinya. Wajahnya tegang, namun tak dipungkiri terdapat kelegaan yang terpancar disana.

Kyuhyun meletakkan hati-hati tubuh Soo Jin di atas closet kamar mandi lalu kembali ke kamar mengobrak-abrik isi koper gadis itu berharap menemukan pakaian baru.

Tidak ada. Bahkan dalaman gadis itu habis terpakai. Beralih ke koper miliknya, Kyuhyun menarik sweater krem dan celana trainingnya yang belum dipakainya sama sekali.

“Kau butuh bantuanku untuk memakaikan baju?” tawar Kyuhyun.

Pria itu tahu gadisnya masih tercengang pasca tenggelam di kedalaman puluhan meter. Tidak berbeda darinya. Dia malah sempat berpikir gadis itu tidak akan selamat.

Alih-alih melakukan tindakan penyelamatan diri sendiri, berenang saja tidak bisa. Buruk sekali.

“Kau butuh bantuanku, tidak?” Kyuhyun berjongkok di hadapan Soo Jin, menggenggam kedua tangannya. Mencoba mendapatkan perhatian istrinya.

Lama sekali Soo Jin hanya diam menundukkan kepala tidak menjawabnya. Kyuhyun sampai geram dibuatnya.

Dia tidak ingin Soo Jin sakit karena terlalu lama memakai baju yang basah dan lembab. Meskipun dia suaminya, gadis itu berhak menolak. Gadis itu juga membutuhkan privasi.

“Diam berarti iya.” Ancaman tengil. Kyuhyun tidak benar-benar melakukannya. Dia hanya ingin menggertak. Diraihnya ujung dress yang dikenakan Soo Jin dan dalam satu tarikan dress itu terlepas.

Terbelalak karena Soo Jin tidak menolak! Astaga. Andai saja gadis itu sedang berada dalam kesadaran bulat, dia yakin kepalanya tidak akan selamat dari pukulan.

Pemandangan—hell!

Kyuhyun mati-matian tidak memusatkan panca inderanya pada tubuh dibalut bra renda biru dan celana dalam warna senada gadis itu. Dalam hatinya doa terus terpanjatkan semoga adiknya di bawah sana tidak membengkak.

Cepat-cepat Kyuhyun melepas kaitan bra biru itu lalu bergegas memakaikan sweaternya. Satu pekerjaan tuntas.

Tinggal satu lagi. Mengganti celana dalam gadis itu dengan celana trainingnya. Sekali lagi ditatapnya wajah Soo Jin yang diam saja tidak mencegahnya.

“Sayang,”

Hati Kyuhyun bergeser setiap kali kata ‘sayang’ itu terlontar dari bibirnya. Dia juga tidak paham mengapa dampak yang ditimbulkan dari kata sederhana itu sanggup mendebarkan dan membantah otaknya untuk menyakiti gadis ini lebih jauh.

Alasan Kyuhyun memanggil sayang? Tidak tahu.

Hanya, bibirnya refleks mengucapkannya. Itu yang dulu sering dia lakukan untuk menarik perhatian Seena ketika wanita itu sedang keras kepala sementara Kyuhyun sedang memaksa akan melakukan sesuatu terhadap tubuh mendiang istrinya.

Sudah pernah dia bilang kan, dua gadis ini hampir sama. Sifat keras kepala mereka benar-benar menguji kesabaran seorang Cho Kyuhyun sebagai Tuan tidak sabaran.

Dan benar, Soo Jin menyahut panggilan itu dengan membalas tatapan Kyuhyun setelah sekian menit pria itu diabaikan keberadaannya. “Aku nyaris mati untuk kedua kalinya.”

Oh? Itukah yang di pikiran Soo Jin? Gadis itu ketakutan karena harus menghadapi maut yang kedua. Nyaris.

Kyuhyun tersenyum getir. Ini salahnya. Dia yang telah menyeret gadis ini ke dalam hidupnya. Membiarkan gadis itu menanggung beban berat menjadi istri Cho Kyuhyun.

“Tolong, jangan benci Ibu maupun Haneul.”

Sekejap kata-kata yang telah terkumpul di ujung lidahnya tertelan kembali dan Soo Jin merasa percuma ingin membeberkan kegilaan dua wanita yang baru saja disebut Kyuhyun.

Dua wanita jahat yang punya nilai lebih berharga daripada nyawa istri polosnya yang hampir melayang dengan sia-sia.

Dengan gampangnya pria ini menyuruhnya tidak membenci mereka? Kyuhyun juga mengatakan hal yang sama saat kakinya terkilir habis terjungkal di eskalator dengan Ibunya.

Sebegitu berartinya ya, mereka berdua di hati pria itu?

Menggunakan sisa kekuatannya, Soo Jin bangkit. Lututnya lemas. Tapi dia harus bertahan untuk pergi dari pria yang sama gilanya dengan dua wanita itu.

Pria itu tidak punya rasa empati. Ah, jangan jauh-jauh, bahkan simpati pun tidak ada sama sekali!

Istrinya. Kuulang. ISTRINYA. Nyaris mati karena didorong dari atas kapal ke laut. LAUT.

Jangan dikira dirinya ini kucing yang punya banyak simpanan nyawa yang kalau mati sekali bisa hidup delapan kali lagi.

Parfum maskulin menguar dari sweater yang dipinjamkan padanya. Menyesakkan sampai-sampai ingin dihancurkannya.

Sweater berukuran lebar dan menutupinya sampai lutut. Cukup tebal, hangat, dan semoga tidak menerawang!—karena Soo Jin berniat keluar hanya dengan memakai sweater dan celana dalamnya yang basah saja. Tanpa bra.

Gadis gila. Berani berjalan-jalan ke luar tanpa memakai bra. Biar. Biar saja dia jadi tontonan lapar pria-pria mata keranjang di luar sana. Toh, tidak akan ada yang marah karena dia istri yang tidak dianggap.

“Mau kemana kau?” sentak Kyuhyun sembari menarik lengan Soo Jin yang sudah terulur hendak membuka pintu kamar. Apa gadis ini berani keluar dengan penampilan mengenaskan begitu?

“Bukan urusanmu.” jawab Soo Jin dingin. Tangan kirinya yang bebas memutar kenop pintu. Kyuhyun membelalak.

“Tidak, tanpa celana! Kau gila?!” Kyuhyun menahan emosinya yang mudah tersulut. “Pakai celana training-ku, Kang Soo Jin!”

Soo Jin menghentak kuat tangan Kyuhyun. Tidak benar-benar kuat nyatanya dia masih terlalu lemas untuk bergulat dengan pria ini.

Matanya yang memerah akibat terendam puluhan meter di bawah permukaan air menatap lelah suaminya. “Apa sekarang kau sedang melakoni peran suami yang berpura-pura perhatian pada istrinya?”

“Kau—”

“Kau!” bentak Soo Jin memotong ucapan Kyuhyun. “Jangan berlagak peduli padaku. Kau bahkan menyuruhku tidak membenci dua wanita yang telah mencelakaiku. Suami macam apa kau?”

“Jangan memancing amarahku, Kang Soo Jin, jika tidak ingin menyesal.” geram Kyuhyun kesal.

Kyuhyun tidak berpura-pura. Dia sungguh mengkhawatirkan kondisi Soo Jin. Hanya orang gila yang tidak mencemaskan keadaan istrinya yang hampir mati di depan mata.

Dia hanya tidak ingin membesar-besarkan masalah. Itu saja.

“Jangan mengancamku seolah-olah kau berhak. Kau suami tidak becus yang bisanya menyuruhku diam sementara Ibu dan gadis yang mengaku sahabatmu menyiksaku! Ah, aku jadi berpikir jangan-jangan mendiang istrimu juga mati karena disiksa mereka sepertiku?!”

PLAK!

Darah segar tersedak keluar dari mulut Soo Jin bersamaan dengan tamparan panas yang melayang menghunus sudut bibir pucatnya.

Tangan Kyuhyun bergetar di udara. Terkejut. Apa yang barusan dia lakukan? Menampar istrinya sampai terluka?

Desisan sarat akan kesakitan keluar dari bibir gadis itu. Tamparan itu cukup menjelaskan segalanya. Menyadarkannya. Menarik raganya kembali pada realita.

Tiga tamparan berhasil dia dapatkan dalam satu hari. Bagus. Harusnya dia sudah mendapat penghargaan sekarang.

Dia hanya gadis biasa sebelum bertemu Kyuhyun. Gadis bebas yang tidak pernah dikekang siapapun, bahkan oleh ayah tirinya sekalipun.

Lalu, sekarang apa? Dia menjadi gadis lemah, dimanfaatkan oleh pria untuk dibalaskan dendamnya. Sekelebat kalimat demi kalimat menyakitkan yang dilontarkan Haneul sebelum tadi dia diterjunkan ke laut terngiang kembali.

Dia menikahimu hanya untuk menyakitimu! Dia akan membuangmu! Kau tidak ada apa-apanya buat Kyuhyun!

Brengsek.

Demi cinta kau jadi selemah ini? Dimana Kang Soo Jin yang selalu mendahulukan otot ketimbang otaknya? Kemana kekuatanmu untuk membalas orang-orang yang menyakitimu?

Bulir air matanya menetes tanpa sempat dicegah.

“Aku—aku,” Kyuhyun kehilangan kata-katanya. Dia kacau. Gadis itu menangis. Dan semua itu karena dirinya yang—shit! Kenapa dia tidak bisa mengendalikan emosinya barang sedetik?

Meskipun dia pernah menyakiti gadis itu, tapi tidak pernah menampar. Sekarang mereka berselisih dan berakhir dengan tamparan tragis. Kyuhyun sepenuhnya yakin jika setelah ini Soo Jin tidak akan mau melihat wajahnya lagi.

Tapi, dugaannya salah. Ketika tiba-tiba Soo Jin melemparkan tubuhnya memeluknya! Kausnya diremas erat-erat sekuat tangisannya yang memecah. Punggungnya dihukumi pukulan-pukulan tersiksa hingga gadis itu merasa puas.

Kyuhyun berpikir Soo Jin akan berlari keluar, meninggalkannya dan tidak pernah kembali. Atau, belum? “Aku tidak akan meminta maaf. Aku sudah memperingatimu untuk tidak memancing emosiku.”

Brengsek.

Kyuhyun tertawa sumbang dalam hati. Menertawakan jiwa pengecutnya. Jauh di palung hatinya dia beribu melantunkan kata maaf untuk Kang Soo Jin.

Gadis malang yang harus menerima kejahatannya. Salahkan juga gadis itu. Kenapa dia datang memporak-porandakan hatinya dan mengusik perasaannya.

Bibir Soo Jin bergetar hebat. Tangisannya kian membuncah. Pukulan di punggung Kyuhyun kian mengencang. Jangan biarkan rasa sakit menghancurkanmu.

Pria seperti Cho Kyuhyun memang tidak punya hati untuk diberikan.

Soo Jin menarik kerah kemeja Kyuhyun mendekat, “Aku juga akan memperingatimu.”

Kata-kata itu disambung ciuman hebat pada bibir tebal pria itu. Membungkam bibir yang pintar meremas-remas hatinya.

Dia tidak butuh tontonan picisan drama percintaan yang setelah si wanita ditampar akan lari terbirit-birit lalu menangisi kebodohannya.

Dia juga bukan tokoh wanita yang akan mudah diluluhkan omongan hina dan palsu. Apalagi memohon-mohon pada prianya agar mau kembali.

Dia justru ingin menunjukkan pada pria—yang kini tengah menindihnya, menikmati tubuhnya, melesakkan kejantanannya ke dalam miliknya, antara kebimbangan mengapa reaksi gadis di bawah kuasanya bertolak belakang dengan perkiraannya dan hasratnya ingin menyentuh gadisnya—jika akan kalah.

.

.

.

Kyuhyun terlelap seusai menuntaskan percintaan mereka. Tapi tidak dengan Kang Soo Jin yang masih membuka kelopak matanya lebar-lebar.

Tak terhitung berapa kali mereka bercinta dengan posisi apapun yang diinginkan Kyuhyun, ternyata tidak membuatnya kelelahan. Mati-matian rasa kantuk yang menderanya ditahannya dulu menunggu sampai Kyuhyun tidur.

Setelah memastikan tidak ada pergerakan berarti dari pria itu, Soo Jin menuruni ranjang. Mengambil bra-nya dari kamar mandi dan memakainya kembali beserta celana dalamnya. Memungut sweater dan celana training milik Kyuhyun yang tercecer di lantai lalu mengenakannya.

Menatap kembali wajah sayu yang tengah tertidur itu di atas ranjang mereka yang acak-acakan. Ini percintaan mereka yang penuh ledakan emosi. Sebelum dia memutuskan benar-benar pergi, Soo Jin menghampiri Kyuhyun, mendaratkan kecupan panjang di bibir tebal pria yang sering melukainya.

“Tak perlu mengusirku. Aku bisa pergi dengan kedua kakiku sendiri. Selamat tinggal.”

.

.

.

6 Bulan Kemudian

Deru mesin motor bergemuruh seiring hentakan keras gas yang ditarik lantang. Roda itu meluncur deras membelah dataran abu-abu berkelok. Menuntaskan ambisi liarnya menjadi pemenang hari ini.

Melirik kaca spionnya sekali lagi. Lawannya tidak terlihat. Keyakinan menguatkannya jika kali ini tidak akan terjadi lagi kecelakaan mematikan seperti dulu lagi.

Peluit bertiup nyaring. Decitan bunyi gesekan roda dengan aspal memekakkan telinga. Mesin itu berputar pelan, mendesis, dan mati.

Pemenangnya berhasil mengalahkan lawan tangguh lainnya. Sudah dia bilang kan, hari ini tidak akan ada darah tercecer sia-sia.

“HEBAT! Kau luar biasa!”

Pelukan akrab rasa lega, bangga, dan haru bercampur jadi satu. Ucapan selamat datang bertubi-tubi dari kawan maupun lawan. Kekalahan tidak menyurutkan rasa kagum mereka meski dikalahkan seorang gadis.

“Aku mengagumimu, Nuna!”

Seorang laki-laki muda tersenyum lebar dan tanpa malu memeluk gadis itu erat. Setengah berharap gadis yang empat tahun lebih tua di atasnya itu bisa mendengar degupan jantungnya sehingga mau menerima cintanya.

Yah, dia sudah enam bulan ini mengagung-agungkan Kang Soo Jin yang termasuk pembalap profesional baru. Gadis itu memiliki karakter kuat dan skill di atas rata-rata. Baru setelah mengikuti pelatihan dan ditarik di bawah agensi dia bisa merealisasikan mimpinya tidak cukup menjadi pembalap liar.

“Bocah tengil!” Siwon menoyor kepala Henry tanpa ampun.

“Hyung, sakit!” Henry menggosok belakang kepalanya. “Kalau aku gegar otak bagaimana?” Satu pukulan ringan mendarat di kepalanya lagi kali ini dahinya. “Aduh, sakit!”

“Bodoh! Mana bisa pukulan ringan bisa membuatmu gegar otak? Kecuali aku melemparkan beton ke kepalamu.”

“Ck! Tetap saja! Huh!” ujar Henry tidak terima.

“Dasar bocah! Berlebihan!”

“Nuna,” Henry menggelayut manja di lengan Soo Jin. Gadis itu mengernyitkan dahinya. “Lindungi aku dari calon kakak ipar—”

“YAK!”

Siwon sudah akan melayangkan pukulannya lagi, tapi Soo Jin lebih dulu menyela, “Hentikan. Dia hanya ingin bicara padaku. Jangan hiraukan kelakukan kekanakannya.”

Tatapan Soo Jin kembali fokus pada Henry. Kalau sudah begini, Henry tidak bisa berkutik. Dia ketahuan. Ketahuan maksudnya mendatangi gadis itu.

“Aku mencium maksud terselubung disini.”

“Eh? Apa? tidak. Tidak ada kok.” Henry menyeringai lebar. Tapi, melihat senyum jenaka yang tercetak di bibir Soo Jin, Henry mendengus. “Oke, oke, aku cerita. Aku ingin memberikan ini.”

Sebuah surat berbahan tebal dan berkilauan dialihkan ke tangan gadis itu. “Nuna akan membutuhkannya untuk masuk ke dalam. Atau,”

Henry berbisik di telinga Soo Jin membuat Siwon ingin menendang selangkangan laki-laki muda itu. “merusaknya.”

Henry mengedipkan sebelah matanya menggelikan. Sebelum selangkangannya benar-benar dijadikan samsak kakak Soo Jin, Henry langsung mengambil langkah seribu meninggalkan lapangan sirkuit yang mulai sepi.

“Surat apa?”

Siwon merebut surat itu dari tangan Soo Jin yang masih tercengang tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tahu surat itu akan datang cepat atau lambat.

“Sialan. Suamimu mau menikah lagi? Kau tidak mau menghentikannya?”

Kang Soo Jin mengedikkan bahu tidak peduli. Dia melempar kunci motornya pada Siwon yang ditangkap dengan gesitnya.

“Tolong masukkan motorku, ya? Aku mau bersih-bersih dulu di basecamp sebelum makan malam. Kita bertemu di tempat biasa jam tujuh malam, oke?”

“Yaak! Kau kira aku pelayanmu?”

Tawa terkikik Soo Jin menjadi penutup percakapan singkat mereka. Dia berbalik dengan tak acuhnya menuju basecamp gedung agensi yang menaunginya.

Sifat apatisnya kembali. Harga dirinya sudah dipasak dalam-dalam. Mendekatinya adalah hal tersulit bahkan lebih sulit dari sebelumnya. Ketidapeduliannya pada dunia bermula dari rumah tanggannya yang berantakan.

Bukan, bukan. Ini bukan seperti yang ada dalam bayangan kalian. Mereka memang tidak bercerai, tapi status pernikahan mereka-lah yang terombang-ambing.

Soo Jin tidak menganggap Kyuhyun sebagai suaminya lagi. Dia tidak peduli. Dia bahkan tidak ingin tinggal satu atap dengan pria itu.

Anehnya, Kyuhyun merasa baik-baik saja dan malah asyik membawa wanita malam yang berbeda-beda tinggal di rumahnya.

Dan sekarang, tiba-tiba undangan pernikahan sampai di tangan Soo Jin dan disana berisikan nama gadis—bukan Kim Haneul—yang menurut rumor dinikahi Kyuhyun karena pria itu telah menghamilinya.

Gila. Brengsek. Bajingan.

Jangan membela Kyuhyun! Pria itu benar-benar brengsek. Apa yang ada di otaknya? Bisa-bisanya menghamili gadis di luar ikatan pernikahan dan berniat menjadikan adiknya istri pertama.

Kalau begitu, kenapa Soo Jin masih bertahan tidak meminta cerai saja?

.

.

.

Soo Jin melempar serampangan sepatunya ke dua loker besi di depannya. Jaket kulitnya dilepas kemudian dibanting ke lantai. Gadis itu menendang apapun yang berada di dekat kakinya. Meja, kursi, lokernya. Marah.

Bergegas dia mendinginkan otaknya yang mendindih ingin meledak di bawah guyuran air dingin. Mengerangkan umpatan teruntuk suaminya yang brengsek.

Jika kembali pada ingatan enam bulan lalu, setelah mereka bercinta, Kang Soo Jin meninggalkan suaminya. Dia memperkirakan pria itu akan mencarinya, memohonnya kembali, atau usaha apalah yang bisa meyakinkannya.

Tapi, apa?

Kyuhyun tidak melakukannya. Pria itu mengabaikannya. Setelah tamparan dan kalimat menyakitkannya Kyuhyun sama sekali tidak merasa bersalah.

Kelakuan bejat apa lagi yang Kyuhyun rencanakan? Setelah puas memuaskan diri di atas ranjang, menghamili salah satu dari mereka, lalu apa lagi?

Di tengah ketidakjelasan hubungan mereka pria itu seenaknya saja memutuskan menikahi wanita—yang entah siapa itu namanya—yang telah dihamilinya.

Apa tidak gila itu namanya?

Oh, apakah ini mungkin kesempatan dari Tuhan supaya dia bisa terbebas dari Kyuhyun? Menjadikan hari pernikahannya menjadi momen pas perceraian mereka.

Haruskah dia menciptakan skenario untuk mengejutkan pria itu?

.

.

.

“Kau sudah siap?”

Kyuhyun mematut bayangan tubuh jangkung tegapnya di hadapan cermin dengan angkuhnya. Tidak ada senyuman bahagia khas orang yang akan merayakan hari pernikahannya.

Beberapa menit ke depan dia akan mengucapkan sumpah suci untuk ketiga kalinya.

Tertawa getir meratapi ulang keputusannya. Alasan mengapa dia menikah lagi bukan seperti yang media beritakan. Dia tidak menghamili siapapun. Dia tidak membawa wanita luar masuk ke rumahnya. Dia juga tidak bercinta selain terakhir kali dengan istrinya.

Kang Soo Jin. Gadis itu menghilang di pagi sepulangnya mereka dari Pulan Jeju. Kyuhyun mengira Soo Jin mungkin membutuhkan waktu untuk berpikir, jadi dia membiarkan.

Tapi, apakah waktu enam bulan kurang cukup baginya untuk berdamai dengan pergolakan hatinya?

Kyuhyun pikir dengan mengirimkan Henry—sahabatnya—sebagai kurir atas undangan pernikahannya akan mengejutkan gadis itu sehingga dia akan datang.

Kenyataannya, situasi justru aman-aman saja sampai detik-detik pernikahannya. Sampai detik ini pun gadis itu belum menampakkan batang hidungnya.

Memikirkan masa depan pernikahannya dengan Soo Jin saja tidak mampu. Akankah masih ada kata masa depan?

Pikirannya sepenuhnya berjalan atas kehendak hatinya yang menginginkan Kang Soo Jin menjadi wanita terakhir dalam hidupnya.

Namun, ego yang memblokade dan memborbardir harga dirinya hingga setinggi langit berkhianat pada nuraninya. Dimana hati manusia sehingga tidak memperhitungkan lagi kebahagiaan diri sendiri?

Di tengah kesesatan itu, Lee Hamun, gadis yang dulu pernah menjadi adik tingkatnya semasa kuliah dikenalkan sebagai putri dari sahabat orang tuanya.

Ibunya, orang yang tidak pernah berhenti menjodohkan Kyuhyun dengan gadis pilihannya, tidak lagi menggunakan Haneul. Sebagai gantinya, dia langsung memperkenalkan gadis itu sebagai tunangannya.

Kyuhyun menolak, tentu saja. Gila saja dia harus memperistri gadis lain sementara dia masih memiliki istri yang sah yang begitu keras kepala yang sangat dirindukannya, berkeliaran di luar pengawasannya.

Sebenarnya Hamun pun tahu keadaan Kyuhyun yang masih berstatus sebagai ‘suami’ orang lain. Tapi dia masa bodoh.

Dengan liciknya, gadis itu menjebak Kyuhyun. Mereka pernah di suatu pagi terbaring di atas ranjang yang sama di sebuah kamar hotel dengan tubuh telanjang bulat dan hanya tertutupi selimut.

Bagaimana tidak gempar dua keluarga mereka? Tidak mau mengambil resiko Lee Hamun hamil di luar pernikahan, Kyuhyun terpaksa bertanggung jawab meskipun dirinya yakin seratus persen tidak melakukan apapun terhadap Hamun dan gadis itulah yang telah menjebaknya.

Dan lagi-lagi, Kyuhyun kalah telak. Keputusan mutlak telah ditentukan dari kedua pihak keluarga. Mereka harus menikah secepatnya sebelum rumor aneh beredar di tengah masyarakat dan mengganggu stabilitas perusahaan.

Bisakah ini jadi lebih gila lagi?

Pasrah. Itulah yang Kyuhyun lakukan sekarang. Semacam karma yang harus diterimanya atas perbuatannya dahulu menyakiti fisik dan batin istrinya.

Harusnya Kyuhyun bersujud di kaki istrinya dan meminta maaf. Bukannya semakin menyakitinya dengan mempertontonkan pernikahan ketiganya di mata dunia.

“Kau siap sekali rupanya.” Kyuhyun sedang tidak bermimpi, kan? “Kau bahkan mempersiapkannya dengan sangat baik.”

Gadis yang sukses meluluh-lantakkan hatinya. Tidak cukup, dia juga telah mencerai-beraikan keputus-asaannya menjadi sebuah harapan jika kekacauan ini bisa berakhir.

“Apa kau senang dengan pernikahan ketigamu? Apa sebentar lagi aku akan resmi menjadi istri pertama? Atau kau sengaja memberiku kesempatanku supaya bisa terlepas darimu?”

Gadis itu mengenakan gaun hitam yang mencetak jelas lekuk tubuhnya yang sempurna. Gaun tanpa lengan berpotongan rendah memanjang indah menghiasi kaki jenjangnya. Rambutnya yang digulung tinggi memberi kesan anggun.

Semuanya terlihat sempurna. Kecuali, dua hal. Warna gaun yang tidak cocok dengan nuansa pernikahan. Dan, kantung hitam tersamarkan yang membingkai kedua mata bengkak seperti orang habis menangis.

Merasa tidak akan mendapat jawaban atas pertanyaannya, Soo Jin memberanikan diri maju beberapa langkah. Saat itulah Kyuhyun baru menyadari ada sebuah amplop cokelat besar yang tergenggam di tangan istrinya.

“Selamat. Kau sudah berhasil mewujudkan ambisimu untuk membuatku jatuh cinta lalu membuangku. Jangan khawatir, aku datang bukan untuk menghancurkan kebahagiaanmu.”

Soo Jin melempar amplop cokelat di tangannya ke muka Kyuhyun hingga pria itu serasa ditampar. Amplop itu jatuh tepat di kakinya.

“Kau sudah sangat sehat dan fisikmu telah kembali seperti semula. Jika yang kau inginkan adalah ganti rugi atas kecelakaan kemarin, aku akan membayarnya. Dan itu artinya aku tidak berhutang apa-apa lagi padamu dan pernikahan bodoh ini selesai.”

Bergetar. Dada Soo Jin bergetar, berdebar, dan cemas. Berakhir. Semua selesai. Dia sudah mengakui perasaannya dan sekarang saatnya dia pergi. Semua yang telah mereka lalui, penderitaannya, berakhir sudah.

Pintu hitam itu tertutup rapat. Kini langkah yang telah dia ambil menjadi derap mantap meninggalkan tempat itu. Kyuhyun tidak mengejarnya.

Ada perasaan kecewa dalam dirinya. Bodoh. Harapan tinggal harapan. Kyuhyun bukan pria yang akan mempertontonkan adegan romantis murahan, mempermalukan dirinya dengan mengabaikan harga dirinya.

Inilah dunia di balik layar yang sesungguhnya.

Sebelum kaki Soo Jin hendak menginjak paving block taman, secara tiba-tiba lengannya ditarik ke belakang dan tubuhnya dipaksa berbalik menghadap pantulan pria dengan rahang mengeras dan sorot mata tajam tersiksa.

“Aku pernah diperingati olehmu dan aku mengabaikannya. Sekarang aku baru sadar ternyata peringatan itu bereaksi padaku.”

“Kyuhyun—”

Tidak menghiraukan penolakan gadis itu, langsung saja Kyuhyun menyeretnya masuk ke dalam gereja, mengejutkan para tamu undangan. Bahkan Ibunya melotot tidak percaya.

Keluarga lain juga tampaknya terkaget-kaget dengan perubahan situasi disana. Gadis yang diseret Kyuhyun bukan gadis yang akan dinikahinya hari ini.

“Kyuhyun, lepaskan. Orang-orang akan mengiramu gila!” desis Soo Jin yang juga tercengang dengan tindakan nekat Kyuhyun. Apa yang pria ini akan lakukan padanya di depan umum?

Kyuhyun berhenti tepat di depan altar. Dia menautkan jari-jemari mereka lalu mengacungkannya tautan keduanya ke udara.

“Aku telah bersumpah di hadapan Tuhan bahwa aku, Cho Kyuhyun, tidak akan berpisah dari istriku, Kang Soo Jin, hingga mau memisahkan kami. Dan aku, tidak akan mengkhianati janjiku untuk selalu menjaganya, melindunginya, memberikan ketulusanku hanya untuknya.”

Semua orang terperanjat. Calon mertuanya terhempas di bangku barisan terdepan dengan mata terbelalak. Mereka merasa dibodohi karena mengira Kyuhyun belum beristri seperti yang dikatakan oleh Hanna, Ibu Kyuhyun.

“Apa-apaan Kyuhyun, apa maksudmu?”

Soo Jin berusaha melepas lengannya dari cengkeraman Kyuhyun. Namun, bukannya melepasnya, Kyuhyun malah menarik pinggangnya. Mendekatkan wajah mereka hingga hidung mereka bersentuhan. Dengan lantangnya dia berucap, “Aku sangat mencintai istriku.”

Tepat setelahnya ciuman lembut mendarat di bibir merah mungilnya. Lengan kekar itu melingkari pinggang Soo Jin, menopangnya agar tetap berdiri, memberitahukan pada dunia jika inilah gadis pilihannya.

Ciuman itu tidak berangsur melemah, malah semakin menuntut sampai lidahnya menerobos ke dalam mulut gadisnya. Intens dan lama. Soo Jin meremas jas putih Kyuhyun saat lumatan demi lumatan memenuhi bibirnya. Menghangatkan dadanya.

“Apa kau mengira aku tidak berani berbuat kekanakan demi mempertahankanmu?”

.

.

.

Epilog

“Aku tahu ini akan terjadi. Mereka—sangat romantis.” ujar Heechul sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada lalu berbalik keluar. Jika dia menonton lebih banyak lagi, dia tidak yakin tidak bisa menahan hasrat meniduri kekasihnya malam ini.

“Wah, Kyuhyun jantan sekali mencium istrinya sehebat itu tanpa rasa bersalah pada calon istrinya.” Shindong melirik Lee Hamun yang menangis di dekapan ayahnya setelah melihat adegan di depan sana. “Dasar wanita gila. Menjebak pria seperti Kyuhyun adalah ide terbodoh.”

“Biarkan saja. Toh dia juga yang menderita.” Kibum mengedikkan bahu tidak peduli.

“KYAAA! NUNA-KU!” protes Henry yang begitu dia hendak berlari segera dicegah oleh ketiga sepupu Kyuhyun agar tidak menghancurkan keromantisan mereka.

“Bocah tengil! Kau mau merusaknya?!”

.

.

.

To Be Continue

 

28 thoughts on “CLEFT Chapter 8

  1. miumiu says:

    Wahh akhirnya muncul juga eon 😁
    Kyuhyun jatuh juga di permainannya sendiri, cuman eon kurang diceritain pas sojin ninggalin kyu itu, tiba² udh enam bulan aja wkwk tp tetep seru dan bikin penasaran, ditunggu lanjutannya
    Keep writing 😊

    Liked by 1 person

  2. shfly3424Arista says:

    Aduhhhh

    Udah deg degan bnget sumpah
    Udah ngira yg aneh

    Untungnya kyu berani jg nurunin ego
    N berani jg ngelawan eommany sendiri

    Hahah

    Hamun haneul

    Duo H

    DUO YANG HATIIII NYA TERLUKA KRN TERGILA2 AMA KYU

    Liked by 1 person

  3. Kyuyang says:

    Asssa nongol juga yg do tunggu2, ga sabar buat nunggu lanjutannya
    Yuhuuu kyuhyun akhirnya ngaku juga ahhaha
    Semoga abis kejadian ini mereka jafi baikan dannnnnn makin romantis

    Liked by 1 person

  4. nadia_she says:

    wahhh karakter kyu dsni ga terduga soalnya diawal sempet kesel ama kyu yg brani nampar sojin dan ga peduli.trus klo sojin ga dtng brarti kyu nikah lagi labil jg kyu dsni.biasanya garang ga terbantahkan mau ama eomanya ato appanya skalian ga peduli klo untuk wanita tercintanya.
    tp dr semuanya itulah yg membuat ff ni perfecto 👍👍
    makasi luna da mau d lanjut di tunggu kelanjutannya ya.😃

    Liked by 1 person

  5. Vikyu says:

    Aku kira mereka beneran bakalan pisah
    Ternyata kakak punya cara lain untuk menyatukan mereka lagi
    Merinding pas kyu cium soojin
    Pengen jadi soojin
    Ngayal ga bayar kan? Hahah
    Henry plisss ganggu bnget sih kkkkk

    Liked by 1 person

  6. ammy5217 says:

    Akhirnya kyu mengambil keputusan yg tepat untuk memilih istrinya bukan malah pasrah dengan keinginan ibu gilanya dan calon istri gilanya hamun. Huftttt gemes bgt dengan wanita2 jahat itu termasuk haneul… Ohh kemana dia ya??kenapa bukan dia yg di jodohkan?m

    Liked by 1 person

  7. Nenkchobantet says:

    Gw ngiranya kyuhyun bakal di jodohin sama haneul,, ternyata bukan🙅🙅 gatau knpa gw seneng ajj😆😆setan betina emang jangan di kasih kesempatan😎😎
    Udah deg degan thor,, kirain si kyu bakal pasrah sampe akhir,, alhamdulillah sujud syukur 😁 si kyu waras juga😂😂 moga kyuhyun & yoo jin bakal bersama yaa longlast pokoknya😍😍

    Liked by 1 person

Leave a comment