Crush on You [Chapter 1]

Crush on You Chapter 1
by Luna

Genre:
Comedy, Romance, Chaptered

Main Cast:
Cho Kyuhyun | Kim Saena

Cuap-cuap Author:
Mau cuap-cuap sebentar sebelum kalian melanjutkan bacanya.
Aku sebenernya udah nulis sejak tahun 2012 nulis.
Salah satunya FF ini yang udah pernah di-publish di SJFF Facebook di tahun yang sama dan di note facebook lamaku.
Karena ini karyaku yang pertama ku-post sepanjang masa, aku harap kalian jangan kaget dengan ceritanya yang mainstream.
Disini aku ganti main cast-nya. Kalau kalian pernah baca sebelumnya FF ini berjudul ‘Spring Blossom’, mungkin ada beberapa alur yang sedikit berbeda dari postingan awal. Terima kasih udah nyempetin mampir, baca, dan beri aku masukan 😀
Happy Reading^^

crush

Warning! Typo dimana-mana!
—oo0000oo—

Prolog
Saena POV

Wah.. hari ini cuacanya cerah sekali! Yah.. tentu saja, karena hari ini adalah musim semi pertama di Seoul. Musim yang paling kusukai diantara musim-musim yang lainnya. Meski suhunya dua derajat celcius, tapi aku merasa hari ini hari terhangat sedunia! Gila, kan?

Kalian pasti bertanya-tanya apa sih yang membuatku tertarik dengan musim semi? Itu karena.. setiap awal musim semi, terutama dua minggu awal, ada festival bunga sakura yang tentunya sangat indah—

BRUK!

“Wahaha! Didorong begitu saja langsung jatuh! Pakai menangis lagi! Dasar cengeng! Saena cengeng! Saena cengeng! Kalau dikelas suka mengompol, disini suka menangis! Alias CENGENG! Haha!”

Anak laki-laki itu menertawakanku yang menangis karena wajahku terjerembap di tanah basah sehingga mukaku sekarang jadi penuh coreng warna cokelat.

“Yak! Kenapa kau selalu bersikap menyebalkan, hah?!” Aku menyedot ingusku yang sudah akan keluar lagi.

“Ingusmu keluar tuh! Hahaha!!” dia menunjuk-nunjuk hidungku yang berlendir.

“Hei, Saena jelek! Coba kita ingat apa saja kelaukan konyol yang pernah kau perbuat selama ini? Hm, mengompol di celana olahraga, menyanyi lagu tiga beruang saat ujian, mengiler sewaktu pelajaran, menangis di depan laki-laki, ingusan, dan—”

“Cukup! Kau, aku membencimu Cho Kyuhyun jelek! Sruuk!” aku menyedot ingusku lagi. Ahh, benar-benar memalukan!

“Haha! Saena jelek, cengeng, ingusan, tangkap aku kalau..” Kyuhyun berhenti sejenak, “kalau bisa!” dia menaikkan sebelah alisnya dan bergegas lari meninggalkanku dengan amarah yang menggebu-gebu.

“Siap-siap mati saja kau KYUHYUN!” tanpa aba-aba lagi, aku mengejarnya. Dan jadilah kami menjadi pusat tontonan anak-anak disekitar lapangan yang sesekali tertawa terpingkal-pingkal.

“Wah, wah, kecilnya saja sudah sering ribut begini, apa jadinya kalau mereka sudah besar nanti??”

“Pasti sesuatu tak terduga akan terjadi!”

“Apa itu? Apa?”

“Mungkin mereka akan..”

“Mungkin apa??”

“Saling menyukai..”

.

.

.

Kyuhyun POV

Aku puas sekali mengerjai Saena kemarin. Entah kenapa, aku sangat senang mengerjai gadis kecilku itu. Dan sekarang ide jahilku kumat lagi. Hoho, maafkan aku Saena, kali ini kau harus jadi korban kekumatanku. Aku tidak sabar melihat ekspresi lucu nan menggemaskannya itu! Dan baguslah hari ini dia terlambat sesuai perkiraanku.

Tok! Tok!

“Masuk!” perintah guru matematikaku. Guru paling killer di sekolah ini.

“Jeosonghamnida, Han Ssaem, aku terlambat,” Saena memasuki kelas dengan pandangan menunduk menghampiri meja guru. Oh, gadisku muncul juga!

“Kim Saena, kau tahu sekarang sudah pukul berapa?”

“Ne, pukul setengah delapan. Aku terlambat setengah jam, Ssaem.”

Han Ssaem menghembuskan napas panjang. “Ini sudah yang kesepuluh kalinya kau terlambat. Dan kau tahu kan, apa hukumannya?”

“Ne?”

Haha! Dia pasti disuruh duduk didepan meja guru lagi. Dan ini pasti akan menjadi tontonan yang mengasyikkan.

“Besok, jangan terlambat lagi. Arasseo?”

“Ne. Arasseo..” dengan pandangan masih tertunduk, Saena berjalan lesu dan duduk di kursi ‘istimewa’-nya. Aku yakin, saat bel istirahat berbunyi jam sepuluh nanti, dia akan benar-benar terkaget-kaget. Membuatku semakin tidak sabar saja.

Teng! Teng!

“Baiklah anak-anak, karena bel istirahat sudah berbunyi, kalian boleh meninggalkan kelas. Tapi ingat, jangan lupa kalu besok ada ujian matematika..”

Saena tampak gelisah dalam duduknya. Sepertinya dia sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan roknya. Pandanganku tidak pernah lepas darinya. Aku duduk bertopang dagu sambil bersenandung lirih dari bangkuku.

“Kim Saena, apa yang kau lakukan? Ada apa?” tanya guruku penasaran, mungkin karena melihat perubahan ekspresi Saena yang tiba-tiba jadi serba salah.

“Mengompol lagi mungkin!” celetukku, tak kuasa menahan bibirku yang gatal ini untuk menggoda Saena.

Gadis itu menoleh sengit padaku. Kubalas saja dengan lambaian tangan. Ingin sekali kucubit pipinya yang menggembung itu dan tertawa sekeras-kerasnya melihat keringat dingin mulai bercucuran dipelipisnya.

“T-tidak apa-apa, Ssaem. Hanya saja..” Lagi-lagi Saena mengintip ke bawah roknya. Tidak hanya Han Ssaem yang dibuat penasaran. Melainkan seisi kelas. Senyumanku kian mengembang.

“Lalu?”

“Heum, roknya, roknya menempel, Ssaem.” Saena mengangkat sedikit pantatnya sedikit. Dan benar, celah antara rok dan kursinya terdapat lem perekat sehingga pantatnya menempel sempurna dengan kursi. Dia takut kalau dia memaksa berdiri, roknya akan robek.

“HAHA!!!” Seisi kelas kompak tertawa melihat wajah Saena yang malu dan memerah seperti kepiting rebus.

“Selaluuu saja ada yang membuatnya menarik perhatian kita! Dia ingin kita memperhatikannya! Haha! Lihatlah! Roknya menempel begitu! Haha..”

“Tutup mulutmu, Kyuhyun!” Saena menarik paksa roknya. Meski terkejut ternyata roknya tidak robek seperti yang ada dalam khayalannya, tetap saja dia marah. Mungkin dia sudah tahu kalau aku pelakunya. Dia berbalik menghadapku.

Ada kilat marah terpancar dari wajahnya. Pipi gembungnya memerah dan kata-kata selanjutnya mencengangkan aku.

“Kau yang mengerjaiku, kan? Pintar sekali! Menyebalkan! Tukang onar! Aku membencimu! Aku, aku sangat sangat mem-ben-ci-mu!” Dengan gerakan memutar, Saena berlari meninggalkan kelas yang sekejap berubah hening. Aku menatap pintu kelas yang terbuka lebar.

Apa aku keterlaluan?

 

Aku memutuskan untuk menyusul Saena yang aku tahu, dia pasti sedang menangis di toilet. Begitu kudekati satu-satunya pintu toilet yang tertutup, aku bisa mendengar Saena menangis didalam.

Kugedor pintu itu pelan. Aku takut. Ini pertama kalinya dia marah padaku. Sebelum-sebelumnya Saena tidak akan menangis kalau aku mengerjainya. Aku tidak mau Saena membenciku. “Saena, keluarlah.. aku ingin berbicara sebentar denganmu..” Kugedor pintu itu sekali lagi.

“Pergilah! Aku muak mendengar suaramu! Aku tidak mau melihatmu! Pergi dari hidupku! Jangan menggangguku! Aku membencimu!”

“Ani. Aku tidak akan pergi sebelum kau mau berbicara denganku.”

Beberapa saat aku menunggu, akhirnya Saena keluar dengan mata sembap, hidung kemerahan, dan bibir membengkak.

“Belum puas kau mempermainkanku? Kau sengaja menaruh lem perekat itu dikursiku? Kau belum puas kemarin mengerjaiku? Kemarinnya lagi? Dan kemarin-kemarinnya lagi? Apa masih kurang!? Sekarang, aku minta kau pergi.”

Aku terdiam.

“Tunggu apa lagi? Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan barusan? Apa perlu aku mengulangnya?” Saena mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Aku membencimu.” ucapnya dingin dan pergi dengan menabrak kasar bahuku.

“Aku akan pergi. Aku akan pergi sesuai permintaanmu.”

Saena berhenti. “Baguslah. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!” Setelah berkata begitu, Saena pergi dan tidak berbalik lagi.

Mungkin aku memang pergi sekarang. Tapi aku berjanji, aku akan kembali.

.

.

.

Keesokan harinya, Saena tidak mendapati lagi manusia bernama Cho Kyuhyun di kelas. Dia lega, semua penderitaannya berakhir. Tidak ada lagi yang menjahilinya. Tidak ada lagi manusia biadab berkedok malaikat yang akan mengganggunya. Akan lebih bagus lagi jika tidak ada setan menyebalkan itu lagi di dunia ini.

.

.

.

Chapter 1 is Begin.

Saena berlari secepat mungkin menuju gedung kantornya karena sebentar lagi akan tepat pukul delapan pagi. Artinya ini akan jadi kesepuluh kalinya dia terlambat! Saena bergegas absen dengan finger scan yang menempel di dinding kantor kemudian berlari kencang menuju ruangannya.

“Mana Kim Saena? Dia belum datang?! ASTAGA! Jam berapa sekarang kenapa dia terlambat lagi?!” Saena mendengar ketua timnya mengerang kesal sambil membentak-bentak pegawai HRD lainnya. Saena melompat kaget melihat tampang horor Choi Siwon.

“A-aku disini ketua Choi,” Saena menggigiti kukunya, sarat akan ketakutan yang mendalam.

“Kau dipanggil presdir ke ruangannya, sekarang!”

“Ba-baik…” Saena mengekor dibelakang Siwon sambil bibir merapalkan kata maaf pada teman sekantornya yang terkena imbas omelan ketua HRD yang super cerewet.

Semua temannya juga mengerti alasan Saena selalu terlambat itu. Dia harus merawat halmeoni-nya dulu baru ke kantor. Sepagi apapun dia bangun, ujung-ujungnya pasti akan terlambat juga!

“Kali ini, alasan apa lagi untuk menjelaskan keterlambatanmu hari ini nona Kim?” tanya Siwon di perjalanan mereka menuju ruangan Presdir.

Saena mendesis gelisah. “Hmm.. aku..”

“Bangun kesiangan lagi?” potong Siwon seakan bisa menebak kelanjutan kata-kata Saena. “Kan sudah kubilang berkali-kali, pasang alarm-mu baik-baik! Jangan tidur larut malam, jangan datang terlambat, jangan berulah.”

Siwon memencet tombol lift menuju lantai eksekutif. “Kau tahu alasan Presdir memanggilmu? Itu karena trade record-mu beberapa bulan terakhir ini semakin merosot. Kerjaanmu hampir selalu tidak beres, banyak kesalahan, dan tidak jarang kau melalaikan hal penting.” Siwon menghela napas lelah.

“Maafkan aku, ketua Choi. Aku berjanji akan bekerja lebih keras lagi. Kumohon beri aku kesempatan, aku—”

“Bukan aku yang berhak memberimu kesempatan atau tidak.” Lift berdenting keras. Menandakan mereka telah sampai. Siwon mendorong bahu Saena agar keluar dari lift. “Hadapilah, Presdir. Kemukakan alasan masuk akalmu padanya. Aku juga berharap kau bisa tetap bekerja disini.”

“K-ketua Choi tidak ikut masuk?” tanya Saena gelagapan. Dia tidak pernah bertemu dengan atasannya langsung. Bagaimana dia sekarang, yang sekali bertemu seorang diri?

“Presdir berpesan supaya kau yang masuk kesana sendirian. Semoga berhasil membujuknya!”

Belum sempat Saena berbicara lagi, pintu lift telah tertutup. Siwon benar-benar berharap Saena diberi kesempatan. Meski kedengarannya tidak akan mudah, melihat tindak-tanduk bos besar pemilik perusahaan ini yang tidak pandang bulu dalam hal memecat pegawainya yang tidak kompeten, Siwon ragu Saena akan selamat.

Saena menghembuskan napas berat. Sungguh berat. Bagaimana jika hari ini adalah hari terakhirnya bisa bekerja disini? Padahal perusahaan ini satu-satunya perusahaan yang mau menerimanya yang serba pas-pasan.

“Permisi, aku Kim Saena dari bagian HRD. Ketua tim-ku bilang aku disuruh menghadap Presdir sekarang.” jelas Saena gugup. Saking gugupnya dia sampai tanpa sadar menggigit kukunya.

Sekretaris yang bekerja di balik meja itu menatapku sekilas lalu tersenyum ramah. “Biar aku menghubungi Presdir dulu.” Wanita itu menekan beberapa tombol telepon dan berbicara dengan orang di seberang sana. Beberapa detik kemudian dia mematikan sambungan teleponnya.

“Langsung masuk saja, nona Kim.”

Saena menarik napas dalam-dalam tapi gagal dia hembuskan perlahan. Yang terjadi dia malah seperti orang sesak napas. Rasa gugup yang menjalar hingga ke punggungnya membuat Saena lupa mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan atasannya yang luar biasa menakjubkan.

Ruangan megah berdinding krem keemasan dengan kandelar kristal mewah di tengah ruangan memberi kesan klasik sekaligus angkuh. Sofa sepaket berwarna pastel dibentuk di bawahnya.

Ada sebuah lukisan yang menarik disana. Aneh, sedikit rumit, tapi mendetail hingga ke pori-pori objeknya. Mirip potret orang dari kamera biasa, tapi itu adalah lukisan.

“Penulis puisi sastra Yunani Kuno Iliad dan Odyssey, Homer. Terlihat seperti manusia sungguhan, bukan?”

Suara berat di belakang tubuhnya menghentikan lamunan liar Saena, menariknya paksa pada kenyataan. Dia keterlaluan lancang melihat-lihat isi ruangan orang lain. Saena membungkukkan badannya, “Jeosonghamnida.”

Lagaknya pria yang menyadarkannya tidak keberatan dengan kelakuan lancang Saena. Sejak gadis itu masuk ke dalam ruangannya, dia tidak berhenti menatapnya. Gadis itu terlalu fokus mengagumi ruangannya hingga tidak sadar jika pemilik ruangan itu menghampirinya.

“Bukan puisi Homer yang bercerita tentang perang Troya atau perjalanan Odiseus yang membuatku jatuh cinta. Tapi lukisan karya Joongwon Charles Jeong-lah yang membuatku rela menghabiskan jutaan won demi membeli lukisan aslinya. Dia seorang pelukis realistis.”

Saena diam. Dia tidak kenal siapa itu Hames atau Chajeong. Apalagi tertarik mempelajari lebih jauh tentang apa itu perang Troya dan segala tetek-bengeknya.

Nilai ilmu pengetahuan umumnya dulu di SMA sangat pas-pasan. Dapat nilai enam saja dia sudah bersyukur. Saena heran. Kalau Presdirnya sangat mendalami hal-hal mengenai sastranis, kenapa dia tidak jadi seniman saja?

“Aku jadi bicara tidak jelas. Kau pasti tidak mengerti apa yang kukatakan.”

Meski benar, tapi Saena kesal juga lantaran kalimat jujur pria itu menohoknya. Dia memang bukan gadis pintar yang bisa dibanggakan. Ngomong-ngomong, dia ingat tujuan awalnya kesini.

“Ketua Choi bilang anda mencariku, Presdir.”

“Ah,” Pria itu memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana dan menatap Saena. “Siapa namamu?”

“Kim Saena dari bagian HRD, Presdir.” ucap Saena tegas. Entah salah lihat atau apa, Saena merasa sudut bibir pria itu terangkat. Apa ada yang lucu? Apa penampilannya pagi ini menggelikan sehingga pria ini menahan tawa?

“Nama yang bagus. Mengingatkanku pada seseorang.”

Alis Saena otomatis menyatu. Dia dipanggil kesini bukan untuk mendengar pujian bahwa namanya bagus, kan? Kenapa Saena merasa risih dipandangi lekat begitu. Dia tidak pernah berada sedekat ini dengan seorang pria. Apalagi mendapat tatapan intens.

Bukan apa-apa, Saena hanya tidak ingin gampang terpesona apalagi sampai jatuh cinta. Kalau dilihat-lihat, pria ini persis seperti gambaran teman-temannya.

Tampan, panas, mempesona, dengan segala keagungannya. Sepertinya mereka lupa menambahkan jika Presdir mereka memiliki tatapan yang mengintimidasi, mematikan, dan tajam seakan siap menelanjangi wanita manapun yang mendatanginya.

“Ada keperluan apa Predir memanggilku?”

“Aku, Cho Kyuhyun. Senang bertemu lagi denganmu, Kim Saena.”

.

.

.

Saena berjalan lesu ke mejanya. Dia masih sangat shock dengan kenyataan pahit yang baru diketahuinya. Dia tidak tahu kenapa dia harus memelihara otak burungnya.

Bagaimana bisa dia tidak mencari informasi dulu sebelum melamar pekerjaan disini. Bahwa pemilik perusahaan ini adalah pria menyebalkan dari masa lalunya yang telah dibuangnya jauh-jauh ke dasar jurang.

“Kau sudah bertemu dengan Presdir Cho?” tanya Siwon yang bergegas menghampiri meja Saena begitu gadis itu tiba. Tadi dia lihat ekspresi Saena seperti orang habis dikejutkan oleh badut malam minggu.

“Ne.”

“Ada apa?” tanya Siwon tanpa basa-basi. Dari mimik muka Saena dia bisa menebak sesuatu telah terjadi pada gadis itu.

“Kumohon, jangan pernah menyuruhku menemui Presdir lagi.”

“Wae? Ada masalah apa kau dengan Presdir Cho?”

Saena melayangkan tatapan merana. Dia ingin menangis. Tapi tidak mungkin di depan teman-temannya apalagi di depan ketua timnya yang terlihat cemas.

Dipecat kedengarannya akan jadi keputusan terbaik sekarang namun akan berdampak buruk untuk masa depannya. Bagaimana ini? Dia tidak mau bekerja di bawah kuasa pria itu!

“Tidak apa-apa. Hanya, akan lebih baik kalau kau tidak lagi menyuruhku menemuinya.”

Seketika kepala Saena ambruk di atas meja. Dia mengerang kesal. Menyalahkan takdir yang membawanya pada neraka. Susah payah dia menjalani kehidupan tentram tanpa gangguan. Sekarang, gangguan itu pasti datang lagi.

“Oke, yang penting kau tidak dipecat kan?” Saena menggeleng. “Bagus. Sesuai janjimu tadi, bekerjalah lebih keras!”

“Oke!” Saena membentuk jarinya menjadi huruf ‘O’ tanpa sedikitpun menatap Siwon. Kepalanya dipenuhi doa-doa yang dipanjatkan untuk dewa-dewa. Semoga kedatangan pria itu bukan untuk merecoki hidupnya lagi.

“Kenapa mukamu kusut begitu?” Nah, datang juga, si Ratu Haus Informasi. So Hee, teman kerja sekaligus sahabatnya dari jaman kuliah, merapatkan tubuhnya ke meja Saena setelah Siwon pergi. “Habis melihat setan?”

“Benar. Aku baru melihat setan. Setan tengil dari purba, dia telah kembali.”

“Setan tengil apa?”

“Huwaa! Aku bisa gila! Aku gila! Aku mau mati saja!” Saena berteriak tidak jelas sambil menggebrak-gebrak mejanya. Mengundang teman-temannya mendekat. “Aku tidak bisa hidup begini.”

“Kenapa? Kenapa? Ada apa?” Gyo Ra buru-buru mendekat dan kepalanya menyembul dipintu bilik ruang kerja Saena.

“Aku tahu! Aku tahu! Kau pasti mau mati gara-gara habis melihat wajah tampan Presdir kita. Benar, kan?” seru Hyo Rin ikut-ikutan. Dia memainkan kedua alisnya bergantian bermaksud menggoda Saena.

Saena mengerang lagi. Mana mau Saena mati cuma karena melihat wajah memuakkan pria itu? Aish, menyebut namanya saja dia ingin muntah.

“Aah, jadi tentang si Presdir itu?” So Hee melangkah maju, menggeser paksa pantat Saena supaya dia bisa duduk. “Saena, kupikir kau harus buang jauh-jauh impianmu untuk mendekati pria itu. Masih banyak pria panas di luar sana yang mau mengantri untukmu, sayang.”

“Siapa juga yang mau mendekatinya.” ujar Saena seraya memutar bola matanya.

“Jika kalian memang sedang membicarakan si Pria Terpanas Korea itu, aku setuju dengan pendapat So Hee. Sebaiknya kau jangan menyukainya.” Gyo Ra mengangguk-angguk sok diplomatis.

“Dia sudah bertunangan, Kim Saena sayang! Berita murahan begitu saja kau tidak tahu?”

Bertunangan?

.

.

.

Dia sudah bertunangan, Kim Saena sayang! Berita murahan begitu saja kau tidak tahu?

Kalimat itu berputar-putar di kepala Saena. Kenapa dia tidak bisa menghilangkan kalimat itu barang semenit?

Saena tidak mengerti kenapa dia malah bimbang setelah mengetahui kenyataan Kyuhyun sudah bertunangan (akhirnya Saena bisa menyebut nama itu lagi setelah sekian tahun).

Harusnya Saena senang. Jika memang berita itu benar adanya, Saena tidak perlu repot-repot menyiapkan pertahanan diri dari gangguan Kyuhyun. Pria itu pasti sadar diri. Tidak mungkin mengganggu wanita lain di saat dirinya telah memiliki tunangan.

“Saena..”

Kaki Saena terhenti oleh suara yang memanggilnya. Ketika berbalik, Saena kaget melihat seseorang berpakaian serba hitam, topi hitam, dan bermasker hitam. Saena sedang berjalan sendirian melewati gang kecil menuju rumah neneknya. Rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

Anehnya, ini baru pertama kali Saena diikuti oleh seseorang. Apa dia seorang penguntit? Saena kurang yakin orang itu laki-laki atau perempuan karena pencahayaan di gang itu terlalu minim. Saena harus memicingkan mata sebelum bertanya siapa orang itu.

“Kau siapa?” Saena bukan gadis yang suka berhalusinasi kalau dia akan tiba-tiba diculik oleh orang berpakaian serba hitam seperti di film-film action.

Tapi dia juga patut waspada. Mengingat sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Siapapun bisa berbuat jahat asal ada kesempatan.

“Kau lupa padaku? Aku kekasihmu.”

Gila!

Pupil Saena melebar. Saena yakin jika orang yang berdiri dua meter di depannya adalah orang gila. Dia tidak memiliki kekasih! Tuhan! Saena sudah siap mengambil langkah seribu kalau pria itu berani melangkah ke arahnya.

“Aku tidak mengenalmu!”

“Aku kekasihmu. Kau kekasihku. Kita adalah sepasang kekasih yang sebentar lagi akan menikah.”

Pria itu maju selangkah dan Saena langsung menjerit ketakutan sambil berlari ke arah yang berlawanan dari rumahnya. Saena berlari melalui belokan kecil yang juga sepi. Sementara di belakangnya, pria itu mengejarnya!

Saena sampai tidak tahu harus berlari ke arah mana dan dia sedang berada dimana sekarang. Dia hanya berlari. Mencari keramaian.

Hingga seseorang menariknya ke dalam pelukannya. Saena berpikir kalau dia telah tertangkap. Lengan orang yang memeluknya menenggelamkannya dan setengah menyeretnya ke tempat lain lagi.

“Jangan berisik, kau aman bersamaku.” bisik orang itu. Saena tidak bisa melihat rupa orang yang sepertinya berniat menolongnya karena wajahnya tenggelam di dalam pelukannya.

Apa dia aman sekarang? Apa orang gila itu sudah pergi?

“Dia pergi. Dia tidak mengejarmu lagi.”

Barulah pelukan pria itu mengendur. Saena langsung mendongak ingin menatap siapa orang yang berbaik hati menolongnya. Pria itu ternyata juga tengah menatapnya.

“Kau tahu betapa bahayanya seorang wanita berjalan sendirian malam-malam begini?” Kata-katanya penuh intimidasi. Ancaman. Marah. Kenapa orang ini harus marah?

“Tidak ada taksi yang lewat sampai depan rumahku.” balas Saena.

“Ya Tuhan, kau bisa pindah rumah ke tempat yang tidak semenyeramkan ini! Aku kaget kau bisa bertahan di tempat terpencil dan gelap begini.”

“Tak perlu kaget. Sejak kecil aku juga tinggal disini.”

“Dan itu membuatku khawatir. Andai aku tidak mengikutimu tadi, kau pikir apa yang akan terjadi padamu?”

Seketika air muka Saena berubah tegang. Jantungnya berdegup keras. Matanya mungkin bisa salah mengenali wajah asli pria yang hanya diterangi lampu temaram ini. Tapi, suara berat dan nada tak terbantahkan itu, mengingatkannya pada satu-satunya orang yang memilikinya. Cho Kyuhyun.

“Kau menduga siapa pria itu?” tanya Kyuhyun lagi. Tanpa melihat wajahnya pun Saena bisa tahu pria itu sangat mencemaskannya. Bahkan pria itu masih memeluknya walaupun tidak seerat tadi.

Saena menggeleng sebagai jawaban. Dia terlalu lemas mengakui hatinya lega luar biasa karena keberadaan Kyuhyun dan pria itulah yang menyelamatkannya. Tumben sekali pria itu datang sebagai hero, bukan parasit.

“Sepertinya kau harus waspada mulai sekarang. Jangan sampai kau pulang selarut ini lagi dan bertemu dengan pria itu.”

Kyuhyun melepaskan pelukannya dan berganti menggandeng tangannya. Pria itu hendak mengajak Saena pergi dari sana ketika gadis itu justru menarik tangannya dari genggaman Kyuhyun.

“Kenapa kau mengikutiku? Kenapa kau menolongku?”

“Pertanyaan bodoh,” dengus Kyuhyun lirih tapi mampu Saena dengar.

Gadis itu merasa perlu tahu apa yang membuat Kyuhyun bertindak sampai sejauh ini. Padahal hubungan mereka di masa lalu sangat buruk.

“Tentu saja karena aku mengkhawatirkanmu, Kim Saena.”

“Kenapa kau mengkhawatirkanku? Setahuku sejak dulu kau tidak pernah ambil pusing kerap kali kau berhasil mengerjaiku. Kenapa sekarang kau tiba-tiba berubah haluan menjadi pahlawan?”

Saena bisa merasakan tatapan Kyuhyun menajam. Pria itu meraih kedua pundak Saena dan memaksa gadis itu menatapnya. “Itu masa lalu. Aku tidak mau jadi pecundang lagi.”

“Kau memang tidak perlu jadi pecundang lagi. Karena di mataku, dari dulu hingga sekarang kau adalah pecundang.”

Rahang Kyuhyun mengeras. Tatapannya yang semula cemas berubah menjadi dingin. Tidak disangka, setelah menyelamatkan gadis ini ternyata tidak mampu menghapus predikat buruknya di mata Saena.

Tindakannya sia-sia. Saena masih menganggapnya seperti dulu. Apa boleh buat, jika itu yang diinginkan gadisnya, maka dia tidak akan mengubah sikap. Biarlah Saena menganggap dirinya sebagai pria tukang onar.

“Oke.”

.

.

.

To Be Continue

 

 

13 thoughts on “Crush on You [Chapter 1]

  1. shfly3424Arista says:

    Nah loh
    Kyu udh suka kah dr dulu

    Secara kan yaaaa
    Biasanya kan dizaman sekolah klw saling ganggu atau ejek berarti ad ketertarikan

    Lucu ya ejekan2 mereka
    Berasa real
    Jd nostalgia zaman skolah dulu
    Zaman sd smp

    Tp penasaran bnget siapa ituuu yg tiba2 ngaku sbg kekasih

    Pengagum kah ???

    Lah kyu kok jawab oke
    Mau balik kek dulu kah
    Kyu yg jahil

    Liked by 1 person

  2. Chimin~ says:

    kyk ngerasaaa kyuu emank suka ama saena…
    iaa gak sehh… hehe…
    tp mungkin dluuu dia gk bisa ngungkapin.. malah nunjukkin melalui kegiatan jahilnyaa..

    Liked by 1 person

  3. Dhianha Kim says:

    Heol. Dasar Kyuhyun kalo ngggak bikin orang gemesh nggak bisa apa hehehe. Waah kata-kata Saena bikin nyesek, makanya Kyu jangan jail oan jadi buruk di mata Saena hehehehe btw ceritanya seru dan selalu bikin penasaran. Di tunggu lanjutannya^^ keep fighting ^^

    Liked by 1 person

  4. lyeoja says:

    Haiiinggg,,, ini mah kisah wktu ebijih banget lun.. hihihi
    Murid2 cwe keseringan jd bahan jailan murid2 cwo.
    .ini yg ngaku2 sbgai kekasihnya saena siapa sih.. ? Org gila ya..?

    Si kyu bakal balik jd manusia jail lagi.. ?

    Liked by 1 person

Leave a comment