Switch [Chapter 10 – END]

Switch Chapter 10 End
by Luna

Genre:
Sad, Married-life, Romance, Chaptered

Cast:
Cho Kyuhyun | Lee Yoo Jin | Lee Yoo Ri

Cuap-cuap Author:
Aku nggak pengen ending yang maksa juga ending yang terlalu happy
*pinjem senyum evil-nya Kyu*
Kan yang udah kubilang sudah-sudah, this story is really Angst a.k.a sad 😥
Bye-bye, my characters, semoga selalu happy kalian disana 😀
Ini juga yang jadi alasanku kenapa lama ngepost-nya,
karena pake acara nangis-nangisan dulu sama Yoo Jin (akhirnya kamu terbebas juga dari karakter menyedihkanmu)

Happy reading^^
*selalu ada kejutan buat readers tersayang ;)*

d

Warning typo bertebaran!
—oo0000oo—
Chapter 10 End
Getting On, Stop Over

“Hentikan!”

Hyukjae mencegah tangan Yoo Ri yang terangkat hendak meminum wine-nya. Gadis itu sudah setengah mabuk tapi dia sama sekali tidak berniat berhenti bahkan di gelas ke lima belas. Penat. Itulah yang sedang dirasakannya.

“Jangan ikut campur, kau tidak tahu apa-apa! Pergi!”

Hyukjae mendengus ketika Yoo Ri mendorongnya menjauh. Padahal dia sangat senang melihat gadis ini datang ke bar tempat dulu dia bekerja.

Dia adalah partner seks Yoo Ri selama beberapa bulan terakhir. Menikmati tubuh dan pelayanan yang diberikan gadis itu hampir tiap malam. Herannya dua bulan lalu tiba-tiba Yoo Ri menghilang dan malah dikabarkan pergi dengan seorang pria kaya.

Sekarang Yoo Ri disini, berantakan, mabuk dan merokok. Ck, gadis ini.

“Yak! Apa yang kau lakukan?” Ah, biarlah Yoo Ri kesal karena rokoknya direbut paksa Hyukjae lalu diinjaknya dengan sepatunya.

“Aku tidak suka melihatmu merokok,”

“Apa pedulimu?” Yoo Ri menyeringai sinis. “Toh, kau tidak akan mengencani wanita malam sepertiku dan parahnya dia merokok.”

“Siapa bilang?”

Yoo Ri meletakkan gelasnya, membalik badan menghadap Hyukjae yang sedang menatapnya tajam. Dia melipat tangannya di depan dada.

“Aku penasaran, apa yang kau lakukan disini, Tuan Lee? Sok ikut campur, mencegahku mabuk, dan membuang rokokku. Apa kau sengaja membuntutiku? Kau mau mengajakku bermain di atas ranjang malam ini, hm?”

Hyukjae menggeram. Dia tidak pernah menguntit gadis ini. Tadi saja dia hanya kebetulan mampir dan tak sengaja melihat Yoo Ri disini.

Tetapi jika gadis ini berpikir bahwa dirinya memang ingin mengajaknya berhubungan seks sekarang juga, dia tidak akan menolak. Lagipula sudah dua bulan ini hasratnya tidak pernah terpuaskan. Dia tidak mau bermain dengan wanita selain Yoo Ri.

Kenapa? Well, dia menyukai Yoo Ri, sesederhana itu. Dia baru menyadari perasaannya setelah kepergian Yoo Ri. Dan sekarang dia berniat mengikat gadis itu.

Hyukjae tidak memepermasalahkan kehidupan gelap gadis ini karena dia tahu masa lalunya yang kelam. Ditelantarkan ketika sedang hamil, apakah orang-orang terdekatnya tidak punya belas kasihan?

“Kalau begitu, ayo!” Hyukjae menarik pinggang Yoo Ri sebelum gadis itu menghindar menuju kamar VVIP di lantai atas.

.

.

.

“Kau berbohong, Yoo Jin. Aku tidak percaya.”

Kyuhyun hampir percaya Yoo Jin jauh-jauh datang kesini, membantunya, berbicara pada Mr. Zhang, meyakinkan pria tua itu bahwa tidak ada salahnya menerima tawaran perusahaan Kyuhyun, adalah demi dirinya. Karena perasaan gadis itu masih sama dan Yoo Jin bersedia memaafkan kesalahannya dan kembali padanya.

Tapi Kyuhyun salah.

Pernyataan Yoo Jin barusan memupuskan harapannya.

Yoo Jin tersenyum. Dia tahu Kyuhyun tidak akan semudah itu percaya. Dia merogoh tasnya lalu menyodorkan kartu undangan pertunangannya dengan Donghae.

Kyuhyun mengalihkan pandangan dari undangan itu. Hatinya langsung berjengit sakit sekilas melihat nama pria lain tertera disana. Langit akan runtuh jika sekali lagi melihat undangan itu.

“Tidak, tidak boleh.”

“Pertunanganku akan diadakan minggu depan. Jangan lupa datang. Jangan melewatkan hari kebahagiaanku.” Yoo Jin mengambil tangan kanan Kyuhyun, meletakkan kartu undangan di atasnya.

Kyuhyun mencekal lengan Yoo Jin dengan tangan bebasnya. “Aku tidak mau datang.”

“Kau harus, aku yang meminta. Aku pergi sekarang.” Yoo Jin memaksa lepas dari genggaman Kyuhyun. Gadis itu berbalik.

“Inikah yang mau katakan padaku di malam aku datang ke rumah sakit?”

Tanpa menoleh sedikitpun, Yoo Jin mengangguk. Begitu saja dan gadis itu berlari kecil menyebrangi jalan. Ternyata, tanpa disadari oleh Kyuhyun, sejak awal seseorang sudah menunggu Yoo Jin di seberang sana. Donghae mengecup puncak rambut Yoo Jin kemudian membukakan pintu mobil untuk gadis itu.

Tubuh Kyuhyun terhuyung bersandar di kaca mobilnya. Undangan di tangannya diremas lalu dibanting ke tanah. Diinjak-injaknya kertas itu sampai kusut dan robek.

Kyuhyun tidak peduli harus membayar tilang karena membuang sampah sembarangan. Uang tidak penting lagi menurutnya.

Yoo Jin-nya, gadisnya, dia benar-benar pergi. Yoo Jin tidak pernah mau memaafkan pria brengsek sepertinya. Yoo Jin tidak ingin terluka lagi karenanya.

“AAKKH!”

Kyuhyun menendang-nendang ban mobil, memukul kaca mobil, melampiaskan kemarahannya, kebodohannya, keegoisannya, kebrengsekannya pada apapun di dekatnya. Diabaikannya tatapan heran orang-orang yang berlalu lalang di depannya.

Kyuhyun hanya menginginkan Yoo Jin. Gadisnya tidak boleh bersama dengan pria lain. Dia masih memiliki hak atas bayi dalam kandungan Yoo Jin. Tapi kau punya apa, Kyu?

Dewi batinnya mengejek. Meludahinya. Mencibirnya. Kau yang menyia-nyiakan gadis itu. Kau yang menyakiti gadis itu. Kau yang mempermainkan perasaan gadis itu.

Nah, bagaimana sekarang rasanya? Tidak enak kan rasanya disakiti, diabaikan, ditinggalkan! Itulah yang kau lakukan dahulu pada Yoo Jin! Itu karma untukmu!

“Aku ingin Yoo Jin kembali! Aku ingin Yoo Jin-ku! Yoo Jin, kembali padaku!”

Kyuhyun memukul dada, kepala, wajahnya dengan serabutan. Mencoba merasakan sesakit apa menjadi Yoo Jin.

Gadis itu menderita. Gadis itu kesakitan. Dan kau dimana? Memperjuangkan hal paling sia-sia di dunia. Menghempaskan harta paling berharga.

Pria itu menangis. Bersimpuh di tanah. Menangis keras-keras sambil sesekali memukul kepalanya, dadanya yang kesakitan ditinggalkan.

Begini perihnya. Begini pedihnya. Menabur garam di atas luka, tergores sembilu, tertusuk pisau tajam. Memikirkan Yoo Jin bersanding dengan pria lain. Tersenyum bahagia, menertawakannya yang sudah terhempas ke dasar jurang tak berujung.

Sesaat Kyuhyun tersesat. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tenggorokannya sakit, kepalanya berat, dadanya sesak karena menangis. Pengecut. Egois.

Sifat buruk apalagi yang kau miliki, Kyuhyun? Sekarang semua orang pergi karena sifatmu. Yoo Jin pergi, Ayahnya sudah tidak peduli lagi padanya, mantan mertua yang tidak akan menerimanya. Darimana lagi kau akan mendapat kebahagiaan?

Apa dia mati saja? Haha. Apa kau ingin menambah daftar sifat buruk dan dosamu? Dosamu pada Yoo Jin saja tidak akan bisa kau tebus. Dan kau ingin mengakhiri hidupmu? Dasar tidak berguna!

Hari ini pria paling brengsek sedunia menangisi kebodohan akibat kebrengsekannya.

Bocah lima tahun saja masih mengejar layangan yang terlepas dari tangannya. Tidak sepertimu. Membiarkan layangannya putus terbawa angin.

Kyuhyun, kau kalah.

Berpuluh-puluh kilometer jarak yang dijangkau mobil yang ditumpangi Yoo Jin menuju bandara, gadis itu membuang muka ke luar jendela. Menatap satu per satu mobil yang mereka lewati sambil lalu.

Pikirannya pecah. Hatinya tertinggal di puluhan kilometer di belakang. Kira-kira apa yang akan Kyuhyun lakukan? Menyerah? Dan akankah pria itu datang? Kalau dia datang, untuk mengacaukan ataukah menghancurkan?

Mengacaukan acara pertunangannya dengan Donghae, memporak-porandakan pesta, semisal? Atau menghancurkan perasaan Yoo Jin hingga terluka lebih dalam karena pria itu mendukung sepenuhnya jalan yang ditempuh Yoo Jin sebagai jalan terbaik yang pernah di ambilnya.

Remasan di tangannya menggugah Yoo Jin. Membuyarkan lamunan gadis itu. Yoo Jin menoleh. Donghae tersenyum padanya. Satu lagi orang yang harus dikorbankan dalam jalan yang diambil.

“Maafkan aku, Donghae,”

“Tidak apa-apa. Aku tahu kau sudah berkorban besar untuk perasaanmu pada pria itu. Kau memilikiku, Yoo Jin. Jangan khawatir.”

.

.

.

Pesta pertunangan itu berlangsung di Plaza Hotel tepat pukul enam sore.

Tamu undangan kebanyakan datang dari kerabat keluarga Yoo Jin yang beberapa di antaranya adalah kolega perusahaan ayahnya.

Dari pihak pria, hanya Ibu Donghae yang datang, karena kerabatnya yang lain berada jauh dari Seoul.

“Sayang,” Nyonya Lee, Ibu angkat Yoo Jin memeluk tubuh gadis itu dengan sayang. Berapa lama dia tidak melihat putrinya yang dikabarkan telah menemukan orang tua kandungnya?

“Selamat atas pertunanganmu, Jin-ah. Maaf, Ayah berhalangan hadir malam ini. Dia perlu mengurus beberapa urusannya di luar kota.”

“Tidak apa-apa, Ibu datang saja aku sudah sangat senang.” Yoo Jin menyeringai lebar.

“Aku sangat merindukanmu. Oh, apa aku salah jika kukatakan tubuhmu lebih berisi sekarang?”

Yoo Jin tersenyum manis, mengusap punggung ringkih wanita yang bersedia mengangkatnya menjadi putri keluarga Lee dahulu. Setengah berbisik, Yoo Jin berkata yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, “Aku hamil, Ibu.”

“Benarkah?” Pelukan Nyonya Lee mengerat. Anak siapa? Donghae kah? Atau…

“Sebelum aku dan Kyuhyun bercerai, aku sudah hamil, Ibu. Ini anak Kyuhyun. Tapi, aku tidak akan mengulang kesalahanku. Aku tidak akan kembali pada pria yang sudah menyakitiku sangat dalam.” Lirihnya sangat pelan.

Donghae yang berdiri di sampingnya menoleh. Pria itu mendengarnya. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Yoo Jin.

“Kau yang lebih tahu yang terbaik untukmu, sayang. Ibu selalu mendukung keputusanmu.” Nyonya Lee menguraikan pelukannya. Kepalanya beralih pada Donghae, “Kau mendapatkan putriku seperti harapanmu, selamat Donghae-ya.”

“Terima kasih, Nyonya Lee.” Donghae menerima kecupan di pipi kirinya dari Nyonya Lee.

Usai Nyonya Lee memberikan selamat dan telah bergabung dengan para tamu lainnya, Yoo Jin berbisik pada Donghae. “Aku penasaran, apa saja yang dulu pernah kau ceritakan padaku Ibuku.”

Donghae menjabat tangan tamu mereka lalu membalas bisikan Yoo Jin tak kalah pelan, “Rahasia lelaki, Jin-ah,” Yoo Jin mencibir. Dia memukul pelan lengan Donghae sambil tersenyum.

Dari kejauhan pasangan itu terlihat sangat hangat. Bagaimana mereka saling melempar lelucon dalam bisikan dan bagaimana gerak-gerik si gadis bermanja pada pria di sampingnya.

Kyuhyun tidak pernah bisa memahami kemauan hatinya. Kenapa pada akhirnya kakinya melangkah sampai kesini? Dan kenapa pemandangan pertama yang ditangkapnya Donghae sedang mengecup pelipis mantan istrinya yang disusul tepukan tangan meriah para tamu undangan.

Sesuatu menahannya untuk melanjutkan langkahnya ke tengah ruangan. Egonya yang selalu dijunjung tinggi-tinggi, hancurnya tak berbentuk lagi menjadi kepingan kaca yang pecah dan remuk dilindas truk tronton.

Seseorang menubruknya tanpa sengaja. Orang itu terburu-buru pergi tanpa meminta maaf. Kyuhyun memandang sekilas siluet gadis yang barusan menubruknya dan sepertinya dia kenal. Saat dia hendak mengejarnya, suara lembut di belakangnya mengejutkannya.

“Kau datang, Kyuhyun.”

Punggungnya meremang. Dihadiahi senyuman manis saat Kyuhyun berbalik, melenyapkan pikiran kemungkinan dia mengenal siapa yang menubruknya tadi. Lagi-lagi hatinya berderit ngilu menatap lengan gadis itu bergelayut di sekitar pinggang pria lain.

“Sesuai keinginanmu.”

Kyuhyun berusaha memalingkan perhatiannya dari tautan lengan itu pada wajah gadis yang sebentar lagi menjadi milik orang lain.

Yoo Jin sangat cantik malam ini.

Mengenakan gaun putih gading tanpa lengan yang mengembang sampai lututnya. Riasan sederhana di rambutnya yang digelung ke atas, mengekspos leher putihnya yang dulu selalu menjadi tempat pelabuhan kepalanya ketika sedang lelah, dan membiarkan juntaian anak rambut di samping wajahnya.

“Sesuai undangan kami,” Donghae mengeratkan dekapannya di bahu Yoo Jin, memutuskan secara paksa tatapan memuja Kyuhyun pada tunangannya, membuat tatapan berkilat sedih berbayang di obsidian gelap Kyuhyun. “Terima kasih sudah datang.”

“Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Masih ada pekerjaan yang perlu kuurus.” Kyuhyun menjabat tangan Donghae dengan senyum dipaksakan. “Selamat.”

“Tuan Donghae,” Seseorang berpakaian serba hitam dengan earphone di telinga menghampiri Donghae. Membisikkan sesuatu di telinga bosnya yang membuat Donghae sedikit terkejut.

“Ada apa?” tanya Yoo Jin penasaran. Dia hanya merasa aneh kenapa keamanan keamanan yang dikerahkan Donghae yang harusnya hanya berjaga di luar ruangan sampai masuk ke dalam?

“Kutinggal sebentar, tidak apa-apa kan?”

Sebelum Yoo Jin sempat bertanya lebih, Donghae lebih dulu mengecup pelipisnya, melepaskan dekapannya. “Bisa kutitipkan tunanganku padamu?”

Setengah tidak rela mendengar panggilan Donghae untuk Yoo Jin seolah-olah menunjukkan siapa pemilik gadis itu sekarang. Tapi Kyuhyun tidak punya pilihan lain selain mengangguk.

Donghae melangkah cepat meninggalkan mereka berdua diikuti bodyguard-nya.

Perasaan Yoo Jin mendadak tidak enak. Dia memeluk perutnya. Sepertinya perutnya kram lagi. Kalau sudah begini, jika perasaannya benar, ini bukan hal yang baik.

Kyuhyun melihat kecemasan itu. Antara sedih, karena Yoo Jin mencemaskan Donghae, atau khawatir, karena Yoo Jin meremas perutnya seperti kesakitan.

“Apa ada yang sakit?” Yoo Jin menggeleng. Semoga bukan hal buruk yang terjadi. Kram di perutnya semakin terasa. Kyuhyun dengan sigap menangkap tubuhnya yang hampir ambruk. “Astaga, Yoo Jin, kau pucat sekali!”

“Perutku,” rintih Yoo Jin sembari meremas perutnya, tangannya bertopang pada lengan Kyuhyun. Pria itu jelas panik. Gadis itu kelihatan baik-baik saja sebelumnya. “Sakit sekali.”

“Ayo kucarikan tempat duduk.” Kyuhyun menyanggah tubuh Yoo Jin dan menyingkir dari keramaian sebelum para tamu menyadari sesuatu sedang terjadi pada gadis itu.

Kyuhyun membawa Yoo Jin ke beranda luar hall dekat balkon terbuka yang cukup sepi. Dia mendudukkan Yoo Jin di bangku panjang disana. “Aku ambilkan minum dulu,”

Grep! Yoo Jin menahan lengan Kyuhyun. Hatinya menjerit. Kumohon, jangan tinggalkan aku, perutku sakit sekali! “Tidak perlu, ini biasa terjadi padaku. Sebentar aku beristirahat pasti sakitnya akan menghilang.”

“Tapi, kau pucat dan—”

Yoo Jin menggeleng. Aku hanya ingin kau disini! “Aku yakin sakitnya akan berkurang sebentar lagi.”

“Oh!”

Kyuhyun bersimpuh di depan Yoo Jin. Dia sangat khawatir tadi. Dia takut terjadi sesuatu pada kandungan gadis itu. Anaknya berada di dalam sana. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Sekalipun Yoo Jin telah bertunangan dengan Donghae, pria itu sendiri kan yang tadi menyuruhnya menjaga Yoo Jin?

“Kenapa kau duduk di lantai? Duduk disini, Kyu,” Yoo Jin menepuk-nepuk bangku kosong yang dia yakin sangat cukup ditempati lima orang sekaligus.

“Kau membuatku takut.”

“Sudah kubilang kan, aku biasa mengalami kram.”

“Apa sekarang masih sakit?”

“Sedikit.” Jujur saja masih sangat terasa kram. Matanya yang terpejam, terbuka lagi. Kaget ketika merasakan hangatnya tangan Kyuhyun sudah berada di atas tangannya, menggantikan gerakan tangannya mengelus perutnya.

“Kau tetap menjadi wanita yang tidak pandai berbohong, Yoo Jin. Makhluk kecil di dalam sini juga bereaksi sebaliknya.” Perut Yoo Jin kaku sekali dan jelas gadis itu berbohong padanya.

Kyuhyun mengelus perut Yoo Jin dengan gerakan perlahan. Ternyata begini rasanya. Perasaan terharu dan gembira bersamaan melanda hatinya. Memikirkan makhluk kecil ini akan tumbuh di dalam sini dan lahir.

Sayang, panggilan ayah yang harusnya diperuntukkan untuknya tidak akan pernah terjadi. Yoo Jin mungkin tidak akan mengenalkan pada anak mereka siapa ayahnya. Yoo Jin mungkin akan melupakannya dan berbahagia dengan Donghae.

Tapi, bukankah saat Yoo Jin pergi, bagi Kyuhyun kebahagiaan Yoo Jin adalah mutlak? Gadis itu sudah menemukan kebahagiaannya. Hanya sekali lihat, Kyuhyun sudah tahu. Donghae adalah pria yang tepat.

Usapan pelan di pipinya, membuyarkan lamunan singkat Kyuhyun. Pria itu mendongak. Pandangannya mengabur saat melihat Yoo Jin bertanya-tanya, “Rasa sakitnya benar-benar menghilang. Terima kasih.”

Kyuhyun mengangguk. Dia mengusap air matanya yang menetes saat dia melamun. Sebenarnya Kyuhyun ingin tinggal lebih lama. Tapi hatinya tidak kuat. Dia ingin menangis lagi. Dan dia tidak ingin Yoo Jin tahu alasan Kyuhyun menangis karena gadis itu meninggalkannya.

“Maaf, sepertinya aku tidak bisa menepati ucapanku pada Donghae untuk menjagamu sebentar.” Karena tanpa diminta pun, aku bersedia menjagamu tanpa berbatas waktu!

“Aku akan mencari Donghae ke dalam dan menyuruhnya kesini.”

Kyuhyun melepaskan tangannya dari perut Yoo Jin. Bangkit dari posisinya lalu menunduk mengecup kening Yoo Jin, turun sedikit, mengecup hidungnya, semakin turun dan mengecup bibir gadis itu selama yang dia mungkin bisa lakukan.

Maaf, Donghae, aku mencium bibir tunanganmu di hari pertunangan kalian. Tapi aku berjanji ini yang terakhir sebagai ucapan selamat tinggalku untuk Yoo Jin.

Tangan Yoo Jin meremas lengan Kyuhyun yang memegangi kepalanya. Dia memejamkan matanya. Dia hampir menangis. Hampir saja Yoo Jin membongkar segalanya. Pertunangan pura-puranya dengan Donghae, perasaan cintanya, dan permohonan untuk pria itu agar tetap tinggal di sisinya.

Jangan tinggalkan kami! Jerit Yoo Jin dalam hati.

Ciuman Kyuhyun selalu menyedot semua energinya. Ciuman yang berapa lama tidak dia rasakan lagi? Yang dulunya setiap hari tidak pernah absen mengecupnya, mencumbunya, bercinta dengannya.

Hukuman untuk Kyuhyun harus berakhir. Yoo Jin tidak akan kuat. Pria itu sudah mendapatkan balasan sakit hati seperti yang dikatakan Hyo Rin. Dan Yoo Jin ingin mengakhirinya sekarang.

“Aku mencintaimu. Selamat tinggal.” Kyuhyun mengecup bibirnya sekilas, melepas tangannya dan berbalik pergi. Kyuhyun tidak ingin berlama-lama, jika tidak mau mengacaukan pesta pertunangan ini dengan membawa lari Yoo Jin.

Hati Yoo Jin mencelos. Kyuhyun sudah menghilang dari pandangannya. Yoo Jin menangis tanpa suara. Meraba bibirnya yang masih terasa hangat oleh ciuman Kyuhyun.

Bagaimana sekarang? Kejar dia, Yoo Jin!

Tapi bagaimana dengan Yoo Ri? Bukankah Kyuhyun akan menikah dengan Yoo Ri? Kenapa pria itu mengatakan mencintainya? Apa yang sebenarnya pria itu rasakan padanya?

Yoo Jin harus mendapatkan jawabannya sekarang.

Menuruti keinginan hatinya, Yoo Jin berlari masuk ke dalam hall. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Mengabaikan tatapan bingung para tamu undangan, Yoo Jin berlari keluar hall. Mengejar Kyuhyun yang berdiri menunduk di depan lift.

Lift berdenting keras. Kyuhyun masuk ke dalamnya. Tidak ingin melewatkan kesempatannya yang mungkin menjadi satu-satunya kesempatan untuk mengubah segalanya, Yoo Jin menekan tombol lift tepat sebelum pintu lift tertutup.

Kyuhyun mendongakkan kepalanya. Bingung kenapa Yoo Jin berada di depannya? Apa yang dilakukan gadis itu?

“Aku—”

“KEBAKARAN!!”

.

.

.

“Kau yakin melakukannya?”

“Kenapa? Kau takut tertangkap? Bukankah sudah kukatakan imbalannya, kau mendapatkan tubuhku.”

“Tapi tindakan kita termasuk tindakan kriminal!”

“Daripada kau disini hanya ribut hal-hal tidak penting, lebih baik kau pergi. Dan lupakan saja bayarannya.”

“Kau gila, Yoo Ri.”

Yoo Ri menyeringai sinis. “Inilah aku. Aku gila karena mereka.”

“Kenapa harus sampai mati?”

“Karena makhluk kecil itu juga aku dibuang.”

“Apa yang kalian lakukan?!” BUGH!

Donghae menghajar pria tidak dikenal, menghentikan perbuatannya yang sengaja menyiram cairan berbau menyengat yang Donghae yakin sejenis minyak tanah atau bensin ke lantai hall hotel di belakang panggung.

Andai saja keamanan-nya tidak mencurigai gerak-gerik mencurigakan dari salah satu tamu mereka, mungkin sekarang gedung ini sudah habis terbakar. Dan semakin tidak percayalah Donghae saat mengetahui siapa dalang dibalik semua ini. Lee Yoo Ri.

Gadis itu berdiri mematung, terkejut karena perbuatannya diketahui orang lain. Sialnya lagi orang lain itu adalah orang yang akan mati-matian berusaha menyelamatkan nyawa gadis yang akan dicelakainya.

“Dan apa yang kau lakukan Lee Yoo Ri?! KAU GILA?!”

“Benar! Aku gila! Dan semua itu karena kalian! Keegoisan kalian!” teriak Yoo Ri dengan terengah-engah. Dia benci semua orang yang berada di kubu Yoo Jin. Dia benci semua orang yang membela Yoo Jin. Dia benci semua orang yang rela meninggalkannya demi seorang Lee Yoo Jin!

“Kau sudah tidak waras! Harusnya kau masuk ke rumah sakit jiwa! Apa dengan perbuatanmu ini semua orang akan berbalik baik padamu? Mereka justru akan semakin membencimu!”

“ARGH!” Yoo Ri menutup telinganya.

“Kau tidak tahu betapa Yoo Jin menyayangimu seperti adik kandungnya. Dia tidak melampiaskan kemarahannya padamu karena sudah merebut Kyuhyun darinya, karena apa?! Karena dia menyayangimu lebih dari menyayangi dirinya sendiri!”

“Kau sudah pernah kehilangan bayimu, bagaimana rasanya? Sakit, bukan? Kenapa kau malah berusaha mencelakai Yoo Jin hampir kedua kalinya, padahal kau tahu dia sedang hamil! Kau tidak punya hati, Lee Yoo Ri!”

“Apalagi kesakitan yang harus dirasakan Yoo Jin? Dia berpura-pura bertunangan denganku, demi apa?! Agar kau bisa bahagia dengan Kyuhyun! PUAS KAU?!”

“Sedetik pun dia pernah memikirkan perasaannya sendiri, melainkan kebahagiaanmu! Sialan!” Donghae melontarkan kekesalannya. Amarahnya. Berharap kata-katanya setidaknya ada yang meresap di dalam hati Yoo Ri.

Tapi Donghae lupa.

Yoo Ri tetaplah Yoo Ri. Dia tidak akan menaruh hatinya lagi pada apapun yang dilakukannya sekarang. Dalam hatinya yang gelap penuh ambisi melenyapkan nyawa Yoo Jin malam ini, harus terlaksana.

Donghae lengah. Itulah yang dimanfaatkan Yoo Ri. Gadis itu mendorong Donghae sampai terpeleset jatuh di antara bensin yang sudah disiram ke lantai.

Hyukjae berdiri tegak. Mengumpulkan kekuatannya, menendang seluruh tubuh Donghae sampai pria itu tidak bisa menjerit kesakitan.

Puncaknya, Hyukjae melempat kursi di dekatnya ke kepala Donghae hingga pria itu pingsan. Tidak hanya itu, Hyukjae juga menghajar para pria berpakaian serba hitam yang datang bersama Donghae.

Yoo Ri menyeringai. Tidak salah dia mengikutkan Hyukjae dalam rencananya. Dia tahu pria itu pemegang sabuk hitam dan melumpuhkan lima pria berbadan dempal masalah kecil.

Yoo Ri tidak membuang waktu lagi. Dia menuangkan semua isi bensin dari tong besar yang diselundupkannya melalui orang suruhannya.

“Stop, Hyukjae!” Dia menarik Hyukjae jauh-jauh. Dengan sekali lemparan, pemantik api yang dilempar Yoo Ri pada cairan itu meledak!

“KEBAKARAN!!”

Api berkobar mengikuti aliran bensin yang mereka tumpahkan. Membakar hall hotel yang semula ramai oleh pesta pertunangan, sekarang ramai karena kebakaran terjadi secara tiba-tiba.

Semua orang terpontang-panting keluar menyelamatkan diri. Tidak terkecuali Yoo Ri dan Hyukjae yang berlari melalui tangga darurat. Sebelum polisi datang dan mengamankan tempat kejadian.

Tak bertanggung jawab meninggalkan hall terlalap api. Hangus terbakar tak tersisa. Tanpa tahu jika ada orang yang tidak sadarkan diri masih terjebak di antara kobaran api dan keselamatannya diragukan.

.

.

.

Hyo Rin berdiri termangu di depan pintu kamar operasi. Tidak tahu apa saja yang terjadi di dalam. Dua jam terlampaui sudah pengevakuasian korban kecelakaan kebakaran di hall hotel tempat pesta pertunangan kakaknya.

Pesta pura-pura pertunangan yang dia rencanakan. Kenapa malah berakhir dengan tragis?

Donghae salah satu di antara sepuluh korban luka parah dalam kebakaran itu. Saat dievakuasi, pria itu sudah tidak sadarkan diri dengan seluruh tubuh menghitam.

Dokter mengatakan luka bakar yang diderita Donghae termasuk derajat empat. Kemungkinan kesembuhannya kecil hanya beberapa persen karena lukanya sangat parah sudah mencapai tulang.

Berita kebakaran yang terjadi menyebar di semua pemberitaan Korea. Berikut penangkapan tersangka kasus kebakaran hall Plaza Hotel. Dua tersangka sudah dibekuk ke kantor polisi dan sekarang sedang menjalani pemeriksaan lanjut.

Hyo Rin menyesal. Andai pertunangan ini tidak terjadi, mungkin Donghae tidak akan terluka. Ini semua salahnya. Dia bersalah. Bagaiman jika Donghae tidak bisa diselamatkan?

“Aku takut,” Yoo Jin menggenggam tangan adiknya.

“Aku pun begitu, eonni. Ini semua salahku. Harusnya aku tidak melibatkan Donghae. Kalau tidak, mungkin Donghae masih bersama kita sekarang. Bukan terbaring tak tahu akan selamat atau tidak di dalam sana.”

Yoo Jin memeluk Hyo Rin. Gadis itu tidak bisa menghentikan tangisnya sejak Donghae dibawa ke rumah sakit.

Mereka berdua beruntung bisa selamat, tapi masih tanda tanya untuk Donghae. Sepanjang perjalanan di dalam ambulans Yoo Jin terus memanjatkan doanya untuk pria itu. Semoga dia selamat.

“Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk keselamatan Donghae.”

Kata-kata putus asa yang bisa diucapkan bibirnya. Yoo Jin bahkan melupakan niatnya sejenak untuk membongkar semuanya pada Kyuhyun.

Kyuhyun. Pria itu berdiri menyandarkan punggung di dinding. Dia datang ke rumah sakit karena dia juga salah satu orang yang berada di pesta itu. Dan tidak mungkin dia meninggalkan Yoo Jin. Gadis itu terlihat sangat terpukul.

Yah, tentu saja, bodoh! Bagaimana tidak sedih kalau seseorang yang baru saja resmi menjadi tunanganmu mengalami kecelakaan di pesta pertunangannya sendiri.

Sejujurnya Kyuhyun masih penasaran dengan kalimat menggantung Yoo Jin. Apa yang mau dikatakan gadis itu? Membuat Kyuhyun nyaris mati penasaran.

Dan lagi, berita penangkapan Lee Yoo Ri dan seorang pria yang dikabarkan kekasihnya atas tersangka kasus kebakaran di hotel membuatnya terguncang. Baru saja dia mengira gadis itu menyerah dan tidak akan mengusik lagi kehidupan Yoo Jin, dia berulah lagi.

Keluarga Yoo Jin dan Ibu Donghae datang tak lama kemudian. Ibu Donghae berhambur ke dalam pellukan Yoo Jin dan menangis meraung-raung.

Donghae adalah putra satu-satunya. Jika Donghae tidak bisa diselamatkan, siapa yang akan menemaninya? Suaminya sudah lama meninggal dan kerabatnya banyak yang tinggal di luar Seoul. Bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya?

Kyuhyun merasa asing. Dia siapa disini? Dia bukan keluarga Yoo Jin, juga bukan keluarga Donghae. Dia orang luar. Buat apa dia tinggal? Toh, dia yakin Yoo Jin sudah tidak membutuhkannya lagi.

Pintu ruang operasi terbuka. Dokter yang menangani Donghae keluar.

“Nyonya Lee dan nona Lee Yoo Jin, pasien meminta anda masuk.” Sambil tetap berpelukan, Yoo Jin masuk ke dalam ruang operasi, tepatnya setelah mengenakan pakaian serba biru dan masker.

Cukup lama mereka di dalam. Sementara Hyo Rin yang menunggu di luar dengan kecemasan luar biasa. Apa yang mereka bicarakan? Kenapa hanya Ibu Donghae dan Yoo Jin yang diperbolehkan masuk?

Dari ekor matanya, Hyo Rin melihat Kyuhyun sedang duduk di kursi tunggu. Perasaan bersalah datang lagi. Ada yang perlu Hyo Rin luruskan disini. Dimulai dari Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun-ssi,” panggil Hyo Rin lirih. Gadis itu duduk di samping Kyuhyun yang tidak menyahut, tidak menoleh.

“Aku minta maaf. Ini kesalahanku. Harusnya aku tidak memaksa eonni menuruti keinginanku. Aku terlalu marah. Aku terlalu benci. Padamu.”

“Apa maksudmu?” kini Kyuhyun baru memusatkan perhatiannya pada Hyo Rin.

“Pertunangan ini hanya pura-pura. Aku tahu aku salah. Aku yang menyuruh eonni untuk menghukummu. Tapi aku tidak tahu wanita jalang itu menggunakan kesempatan ini untuk mengacaukan pesta dan parahnya menyakiti Donghae.”

Kyuhyun berusaha memaknai kata-kata Hyo Rin satu per satu. Pura-pura? Itu artinya Yoo Jin bukan milik Donghae? Itu artinya, perasaan Yoo Jin sesungguhnya—

“Aku takjub, setelah apa yang kau lakukan padanya dia masih memaafkanmu.” Hyo Rin menoleh, “Eonni masih sangat sialan mencintaimu. Aku benci itu. Tapi, bagaimana? Dia benar-benar jatuh pada pesonamu sejak hari pertama kau pindah ke sekolah kami.”

“Jangan heran aku tahu darimana. Eonni yang bercerita sendiri padaku.”

Kyuhyun tidak pernah tahu sampai sedetail itu. Dia kira, Yoo Jin dulu sama saja dengan gadis-gadis lain yang memujanya. Hanya sekadar suka, tidak benar-benar sampai tahap cinta.

Yoo Jin tidak akan percaya kalau Kyuhyun mengatakan bahwa perasaan gadis itu tidak pernah bertepuk sebelah tangan. Kyuhyun juga menyukai Yoo Jin sebagai gadis yang apa adanya.

Tapi lagi-lagi, Kyuhyun remaja adalah remaja yang nakal dan pemain wanita. Dia lebih suka ditemani wanita-wanita kelab malam yang usianya terlampau jauh di atasnya, asal memiliki tubuh yang seksi, Kyuhyun akan mengiyakan.

Mendengar kejujuran Hyo Rin, Kyuhyun merasa lega luar biasa. Yoo Jin masih mencintainya dan mereka bisa bersatu lagi. Impian yang dia bangun sejak Yoo Jin meninggalkan kehampaan dihatinya. Meskipun dia juga merasa jengkel dengan Hyo Rin. Bisa-bisanya gadis itu ikut campur dalam masalah mereka berdua.

“Selamat, mungkin setelah ini kau bisa kembali merajut kasih dengan kakakku.”

“Tentu saja. Aku tidak akan melewatkan satu detik pun lagi kesempatanku untuk membahagiakan Yoo Jin.”

Pintu kamar operasi terbuka lagi. Tangisan yang keluar dari Ibu Donghae bertambah keras. Yoo Jin menundukkan kepalanya dengan muram dan tidak berhenti memeluk wanita di sampingnya.

Kyuhyun kira semua akan berjalan dengan semestinya. Yoo Jin akan kembali ke pelukannya dan masalah akan selesai.

Tapi.

Tidak ada yang tahu rencana Tuhan seperti apa.

Seseorang yang harusnya tidak terlibat dan dikorbankan dalam permasalahan hati dua anak manusia, direnggut lebih dahulu meninggalkan orang-orang tersayangnya penuh luka.

.

.

.

Yoo Jin POV

“Yoo Jin,” Remasan di bahuku membuat punggungku menegak.

Upacara pemakaman Donghae baru saja usai. Semua orang yang datang mulai berhamburan pergi. Kecuali aku dan pria itu. Ibu Donghae tidak kubolehkan pergi karena aku tahu dia tidak akan kuat berdiri melepas putranya pergi.

“Yoo Jin aku sudah tahu semuanya. Ayo pulang,”

Kuhempaskan tangannya dari bahuku. Aku berbalik. Menatap balik mata yang sedang menatapku terkejut. Teka-teki lagi. “Kemana?”

“Ke rumah kita.”

“Kita? Tidak ada lagi kata kita. Hanya ada aku dan kau.”

“Aku pikir kita bisa mengulang segalanya dari awal. Kita dan anak kita.”

Kupeluk perutku erat-erat. Satu-satunya yang kumiliki adalah makhluk mungil di dalam perutku. Aku tidak ingin kembali pada Kyuhyun. Aku menarik kata-kataku yang ingin kembali padanya. Aku tidak mau.

“Jangan pernah muncul lagi.”

Kyuhyun terperanjat mendengar kata-kataku. Mungkin di telinganya kalimatku barusan terdengar konyol. Tapi aku tidak sedang main-main.

“Jangan pernah muncul lagi.”

Kataku begitu seterusnya sambil berjalan mundur meninggalkan Kyuhyun yang hanya berdiri membeku. Tidak mengejarku. Dia hanya berdiri tidak melakukan apapun. Aku tahu kubuat hidupnya porak poranda karena keputusanku.

Keputusan tidak kembali pada Kyuhyun.

.

.

.

The End

Kecewa? Pengen Sequel?
Vote disini:
Voting Request Sequel FF

63 thoughts on “Switch [Chapter 10 – END]

  1. jaemijhe says:

    Yang atas salah komen.. Wkwkwk..

    Donghae?
    Astagaaaaaa…
    Kenapa jadi begitu..
    Ga nyangka..

    Baiklah sad ending..
    Semoga nanti kedepannya lebih baik kehidupan mereka..

    Liked by 1 person

  2. yuliantif0488 says:

    Sad ending😧😧😧😧😧😭😭😭😭
    Aku pikir mereka bisa bersatu lagi dan hidup bahagia, secara donghae sudah tidak ada jadi tak perlu melihat ada seseorang yang terluka hati nya atas kebahagiaan kyuhyun dan yoojin….meskipun terdengar kejam tapi donghae sudah tenang kan…

    Liked by 1 person

Leave a comment