Ticky Pass [Oneshoot]

Ticky Pass
by Luna

Genre:
Romance, Oneshoot

Cast:
Cho Kyuhyun | Kim Saena

Cuap-cuap Author:
Tolong, tolong, aku butuh air buat nenggelemin diri!
Kepalaku serasa mau pecah mikirin kelanjutan semua cerita wkwk._.
Tapi tenang aja, pasti dilanjutin kok.
Nah, karena aku lagi bosen dan pengen bikin yang beda lagi, aku kasih oneshoot okee?
Happy reading^^

Warning typo bertebaran!
—oo0000oo—

Gubrak! Bruk! Bruk!

“YAK!!”

Hyona yang sedang menikmati siangnya dengan melakukan ritual wajib wanita di salon—cuci rambut, manicure-pedicure, cat kuku, waxing dan semuanya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu—terlonjak dari posisi berbaringnya di kursi nyaman.

Karena terburu-buru bangkit, kepalanya sampai terpentok alat pengering rambut. Dia meringis kesakitan.

Seorang gadis tidak dikenal mengenakan seragam SMA ber-bandage sekolah ternama, sedang berkacak pinggang dan tersenyum sinis penuh kemenangan setelah sukses menjatuhkan barang-barang salon ke atas tubuhnya.

“YAK! Gadis tengik! Apa yang kau lakukan, hah?!”

Mata Hyona nyaris keluar, melihat kuku-kuku cantiknya yang sudah dicat dengan hologram nail art mahal dan belum kering RUSAK. Padahal dia sudah menghabiskan jutaan won kekasihnya untuk mendapatkan kuku cantik!

“Yak! Kau pikir uang sekolahmu bisa mengganti kuku-ku yang rusak ini?!”

“Cih! Kuku murahan saja dipermasalahkan.” cibir gadis SMA itu.

“Mwo? Kurang ajar!” Hyona merangsek maju, mencengkeram blazer gadis itu. Tidak peduli kini mereka menjadi tontonan pengunjung salon.

“Kau kira anak ingusan sepertimu apa bagusnya, hah?” Hyona meliriknya dari ujung rambut sampai kaki lalu kembali ke mata gadis itu. “Aku tidak mau tahu kau harus ganti rugi!”

Gadis itu mendengus kemudian mendorong tubuh Hyona hingga nyaris terjungkal ke lantai.

“Jauhi kakakku! Jauhi Cho Kyuhyun!”

Hyona terpana.

Kakak?

Setelah melancarkan peringatan pada Hyona, gadis itu melangkah menghentak-hentak keluar dari salon diiringi tatapan takut pengunjung lain karena tindakannya yang anarkis. Sedetik berlalu dan Hyona baru sadar akan ucapan gadis itu.

Dia adik Cho Kyuhyun. Kekasihnya!

Seolah lupa dengan keributan tadi Hyona meraih ponselnya yang tergeletak di meja kaca salon, menekan nomor yang dihapalnya di luar kepala.

.

.

.

BRAK!

Saena yang sibuk berdendang sambil mendengarkan musik lewat earphone terus saja bersenandung. Mengabaikan seorang pria yang ketampanannya bak dewa memasuki kamarnya dengan tangan terkepal, seluruh muka merah, rahang mengetat dan mata yang menyorot tajam.

“KIM SAENA! Aku tidak suka caramu mengganggu kekasihku! Dan—astaga!”

Pria itu mengerang kesal.

“Ini sudah yang ke dua puluh tujuh kalinya kau melakukan itu! Kau tidak punya hak! Kenapa kau berbuat seperti kau ini adalah kekasihku—ah, tidak—seperti istriku! Kau ini hanya adikku! Yak! Saena! Kau dengar aku tidak?!”

“Ya, ya, ya, aku mendengarnya.”

Saena melepas earphone-nya, membalik tubuhnya yang tidur menelungkup di kasur kemudian duduk di pinggiran kasur. Menatap malas wajah kakaknya yang terang-terangan menunjukkan kemarahannya.

“Lagipula aku tidak pernah menyukai pacar-pacarmu.”

“Lalu? Atas hak apa kau melarangku? Aish! Menyebalkan!”

“Aku adikmu, Kyuhyun. Jelas saja aku punya andil apa kau boleh memacari mereka atau tidak.”

Saena melipat kakinya menjadi bersila. “Mereka juga tidak benar-benar menyayangimu. Penjilat ulung yang luar biasa cerdik.”

Kyuhyun mendengus lagi. Memang susah jika harus berhadapan dengan Saena yang punya mulut setajam silet. Tidak tanggung-tanggung kalau dia sedang memaki orang lain.

Tapi Kyuhyun juga tidak boleh diam saja. Hyona adalah pacarnya yang ke-28 dan sisanya berguguran di tengah jalan akibat adiknya yang suka ikut campur.

Kyuhyun tidak mau kalau hubungannya dengan Hyona yang baru berjalan dua hari berakhir bahkan lebih cepat dari pacar-pacar sebelumnya.

“Jangan bicara sembarangan,”

“Aku mengatakan yang sebenarnya. Lihat saja, si setan tengil itu menghambur-hamburkan uang hasil keringatmu dengan mengecat kuku seharga belasan juta won! Betapa gilanya wanita itu!”

Alasan satu-satunya Saena sering ikut campur dalam masalah percintaan kakaknya karena tidak ada satupun dari pacar kakaknya yang bukan penjilat.

“Aku tidak pernah mempermasalahkannya. Toh, aku terus menghasilkan uang setiap waktu. Terserah mereka mau memakai uang yang kuberikan untuk apa.”

Kyuhyun menghempaskan pantatnya di kasur bersebelahan dengan Saena.

“Aku sudah cukup dewasa untuk memilih mana wanita yang pantas untukku. Aku bukan remaja lagi sepertimu yang masih labil. Bulan depan usiaku genap 26 tahun. Apa kau tidak sedih, kakakmu di usia setua ini belum juga menikah?”

Saena mempoutkan bibirnya. “Tapi mereka tidak baik,”

Kyuhyun menggeram, mencoba lebih bersabar. “Lalu siapa menurutmu gadis yang cocok untukku?”

“Hmm, belum ada.” Saena menggelengkan kepalanya. Sebenarnya ada. Tapi Saena tidak mungkin mengatakannya. Kyuhyun akan berpikir dirinya gila.

“Aku ini pintar membaca gelagat orang, Kyuhyun. Dan pacar-pacarmu itu sama sekali tidak ada yang memenuhi kriteria yang pantas menjadi istrimu.”

“Aku tidak butuh pendapatmu dan aku tidak suka caramu yang mengaturku.” Palu sudah diketok. Kyuhyun tidak ingin membicarakan omong kosong lagi dengan Saena. Remaja labil 17 tahun, apa yang mereka tahu soal cinta?

Saena mengejek, memeletkan lidahnya dibalik punggung kakaknya yang pergi meninggalkannya kamarnya sambil membanting pintu.

“Huh, padahal selama ini aku berusaha menjauhkan predator itu dari hidupmu. Mereka tidak benar-benar mencintaimu. Mereka hanya memanfaatkan kesibukanmu sementara mereka bisa bersenang-senang dengan pria lain memakai uangmu. Kau tidak pernah tahu itu kan?”

Saena menjatuhkan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya yang ditempeli planet-planet yang akan bercahaya jika keadaan kamarnya gelap. Saena sedih karena Kyuhyun selalu melihatnya sebagai adik tukang campur. Padahal dia melakukan itu demi kebaikannya.

Kyuhyun tidak pernah tahu jika diam-diam Saena melindungi pria itu. Tidak pernah membiarkan Kyuhyun terluka apalagi patah hati. Maka dari itu, Saena selalu memutar otak untuk memusnahkan wanita-wanita penjilat di sekitar Kyuhyun.

.

.

.

“Yak! Kim Saena! Mana kakak tampanmu itu?” Sambil mengerucutkan bibirnya, Saena tidak menggubris pertanyaan Ha Ni sahabatnya yang membuntutinya sepulang sekolah. “Kalian sedang bertengkar, ya? Ah, karena kau mencampuri urusan percintaan kakakmu lagi. Benar, kan?”

Saena sontak menghentikan langkahnya. Berbalik memandang Ha Ni garang. Kondisi hatinya hari ini sedang tidak baik. Kyuhyun masih kesal padanya masalah tempo hari dan mogok tidak mau menjemputnya.

“Cerewet! Kalau iya, kenapa?!”

“Eiyy,” Ha Ni menyeringai menggoda, “Jangan suka ikut campur, Saena. Kehidupan orang dewasa itu sangat berbeda dengan kita. Kalau kelakuanmu begini terus, aku khawatir kakakmu curiga.”

Saena merengut. Wajahnya yang jelek semakin jelek saat jengkel. Tapi kata-kata Ha Ni ada benarnya. Bagaimana jika Kyuhyun tahu? Parahnya, bagaimana jika Kyuhyun sengaja memacari wanita penjilat itu untuk memancingnya supaya kedoknya terbongkar?

“Aku kesal. Kyuhyun susah sekali dinasehati kalau pacar-pacarnya itu tidak ada yang benar.”

“Darimana kau tahu?”

“Tentu saja aku mencari tahu!”

“Yah, bagaimana ya menjelaskannya. Aku juga punya kakak laki-laki yang seumuran dengan kakakmu. Dunia mereka itu berbeda. Dan kita tidak bisa masuk seenaknya. Pemikiran mereka pun berbeda. Tidak sesederhana yang kita bilang jika pacar mereka tidak baik harus ditinggalkan. Mereka punya cara sendiri untuk mengatasi masalah. Dan kita tidak bisa ikut campur.”

Ha Ni yang bijak. Itulah yang diirikan Saena. Gadis itu tidak bisa mulai berpikir dewasa dan terbuka. Dia terlalu berjiwa pelindung. Mungkin akibat cekokan setiap hari film power rangers yang ditontonnya sewaktu TK dulu.

“Apalagi kau bukan adik kandungnya. Dia akan merasa kau tidak berhak mencampuri urusannya.”

Sial. Ha Ni benar. Kemarin Kyuhyun juga mengatakan hal yang sama. Huft, jadi maksud Kyuhyun begitu? Status saudara tiri itu harus ada ya, di antara mereka?

Sejak usianya lima tahun Saena sudah memiliki keluarga baru. Ibunya menikah lagi dengan seorang duda kaya raya yang juga memiliki seorang putra berumur 14 tahun.

Dulunya Kyuhyun sangat membencinya. Kyuhyun sering membuatnya menangis tapi ujung-ujungnya Kyuhyun meminta maaf dan menyogoknya dengan es krim vanila kesukaannya.

Kyuhyun berubah menjadi kakak yang perhatian, penyayang dan tidak menjengkelkan lagi saat Saena menginjak sekolah menengah pertama.

Pernah suatu saat Saena sakit cacar air dan semua orang di rumah mengisolasinya. Kecuali Kyuhyun, satu-satunya orang yang mau berdekatan dengannya. Seminggu setelahnya, giliran Kyuhyun yang terkena cacar air. Dia masih ingat pria itu sangat manja ketika sedang sakit. Saena sampai tidak dibolehkan masuk sekolah demi merawatnya. Padahal pria itu mahasiswa semester akhir yang sebentar lagi lulus.

Hubungan mereka sebagai kakak-adik berlangsung cukup lama. Tapi semenjak Kyuhyun disibukkan dengan pekerjaannya sebagai penerus perusahaan Ayah, sikap pria itu berubah. Tidak ada lagi sapa hangat di antara mereka karena pria itu akan pergi pagi-pagi sekali ke kantor dan pulang sangat larut. Saena tidak punya teman mengobrol dan teman tidur lagi.

Jangan bayangkan tidur yang bagaimana. Biasanya Saena selalu ketiduran di kamar Kyuhyun setelah begadang menonton film action atau bermain PS sampai pagi. Atau gara-gara menonton film di bioskop tengah malam dan dilanjut bermain kartu monyet sampai. Saena merindukan saat-saat itu.

Ah, Saena ingat. Ternyata dia sudah tidak pernah lagi tidur di kamar pria itu sejak Kyuhyun sering membawa kekasihnya datang ke rumah dan mengenalkannya pada orang tuanya. Macam-macam gadis yang Kyuhyun bawa. Tapi kebanyakan sih wanita seksi-seksi.

Entah itu sekretaris berdada besar Lee Yoo Jin, teman centil semega-proyek Han So Hee, penyiar radio tukang kedip mata Shin Tae Ri, atau si tomboy Kang Soo Jin yang rakus. Ugh, dan ratu menyebalkan Kim Hyona. Kekasih Kyuhyun baru-baru ini yang kerjaannya hanya menghabiskan uang dan tertawa keras seperti nenek sihir.

Intinya, Saena tidak suka dengan semua wanita Kyuhyun. Dan dengan liciknya Saena akan menyingkirkan mereka satu per satu. Paling-paling sehari setelah Kyuhyun membawa mereka ke rumah, para wanita itu langsung meminta putus dari Kyuhyun.

Haha. Bagaimana caranya? Saena pernah memasukkan tiga puluh cabe ke makanan mereka saat mereka di rumah, mengganggu mereka dengan menyetel musik keras-keras sambil menyanyi—dengan suara sumbangnya—dan mengumpat bahwa dia membenci kekasih Kyuhyun.

Nah, ada juga yang Saena dorong ke kolam renang di rumahnya saat akan makan malam. Yang paling parah, Saena pernah menempelkan lem perekat di kursi yang diduduki wanitanya. Jadilah ketika mereka sehabis menonton, si wanita tidak bisa berdiri dan dia harus menahan malu karena roknya robek!

Bagaimana para kekasih Kyuhyun tidak lari menjauh jika adik kekasihnya sekejam Saena.

“Yaish! Saena! Kenapa malah bengong? Kau mendengarku tidak?”

“E-eh? A-apa? Kau bilang sesuatu?”

Ha Ni mendengus sebal. “Dasar! Aku bilang kapan kita pulang? Bus terakhir sudah lewat!”

“WHAT?!”

.

.

.

Saena menendang sepatu ketsnya sembarangan ke rak sepatu. Gara-gara keasyikan melamun Saena harus pulang terlambat karena melewatkan bus terakhir yang lewat di depan halte sekolahnya. Salah Ha Ni sendiri sih, kenapa gadis itu tidak menyadarkannya saat bus datang?

Kenapa rumah sepi sekali? Padahal masih pukul tujuh malam. Ah, jangan ditanya si Kunyuk itu berada dimana.

Kalau tidak di kantor, pasti sedang makan malam dengan kekasihnya si nenek sihir Hyona. Tapi kemana Ayah dan Ibunya? Tumben sekali tidak ada di rumah jam segini.

“Tuan dan Nyonya besar pamit pergi tadi siang, nona.”

“Ah! Bibi Han mengagetkanku saja!”

Bibi Han tersenyum ramah mendengar seruan kaget Saena. Habisnya keadaan rumah kan sangat sepi, tiba-tiba ada suara di belakangnya, Saena kan kaget. “Kyuhyun?” Iseng-iseng bertanya, siapa tahu kakaknya itu tidak ada kegiatan.

“Tuan muda sudah datang dari tadi sore,”

“Jeongmal? Dimana dia sekarang?”

“E-eh, i-itu—” Saena menyipitkan mata. Bibi Han tidak sedang gugup kan? “Tuan muda tadi berpesan kalau nona datang jangan mengganggunya.”

Oh!

Saena tahu. Kalau Kyuhyun sampai berpesan demikian, pasti ada sesuatu yang dilakukan pria itu disini. Entah apa itu.

Tiba-tiba Saena tertarik bertanya lebih. “Siapa yang mau mengganggu? Aku sedang tidak bergairah malam ini untuk bermain-main.”

Saena tersenyum evil dalam hati saat melihat Bibi Han tanpa sadar mendesah napas lega. Bibi Han tahu tabiat nona mudanya yang senang menjahili setiap pacar baru Kyuhyun yang dibawa ke rumah mereka.

Bibi Han juga tidak heran kenapa majikannya tadi berpesan supaya mencegah Saena apapun yang terjadi agar tidak mengganggu kegiatannya dengan kekasihnya.

Tapi mendengar penuturan nona mudanya barusan, tanpa pikir panjang Bibi Han percaya-percaya saja.

“Memang dimana sih Kyuhyun?”

“Tuan Muda sedang di kolam renang belakang, nona.”

“Ah, baiklah, aku sangat lelah hari ini. Aku mau istirahat dulu,”

I got you!

Saena setengah berlari ke kamarnya di lantai atas, melempar tas ranselnya ke lantai, melepas blazer seragam dan dasinya, berikut kaos kaki baunya.

Sambil terkekeh, Saena mengambil tali pramuka dari laci meja belajar kemudian berlari menuruni tangga menuju kolam renang.

Lagu romantis yang asing di telinga Saena menyapa pendengaran gadis itu begitu tangannya menggeser pintu kaca yang memisahkan ruang bersantai dengan kolam renang. Kepala Saena melongok di antara celah pintu yang dibukanya. Mengintip dimana keberadaan kakaknya.

“Akh, Kyu, disitu!” Saena seperti mendengar suara-suara aneh dari dalam. Jiwa penasarannya menggeliat. Saena berjinjit mendekati sumber suara. Kenapa sekarang lagu romantisnya bercampur dengan desahan-desahan wanita?

Begitu pinggiran kolam renang mulai terlihat, Saena melotot. Matanya membelalak terkejut.

Tubuhnya membeku. Ada sesuatu kekuatan besar yang menahan kakinya untuk tidak meneruskan langkahnya.

Bibirnya menganga lebar. Jeritan-jeritan halus yang didengarnya tadi semakin keras.

Kyuhyun bercinta di dalam kolam renang.

Menghimpit tubuh seorang wanita yang hanya memakai bikini seksi dan Saena yakin betul jika dibawah air, sesuatu yang tidak bisa dijangkau penglihatannya, mereka tidak memakai apapun.

Kyuhyun mendorong tubuhnya seakan mengubur sesuatu di dalam tubuh wanita di depannya. Menyentuh apa yang dibilang orang-orang? Titik-titik paling sensitif dalam tubuh seorang wanita?

Saena membalikkan badan dan menutup telinganya saat si wanita dan Kyuhyun mengerang keras. Seolah sehabis menuntaskan gairah mereka.

Jeritan Kyuhyun selanjutnya membuat Saena mengencangkan kepalan tangannya di telinganya. “It’s Greatest sex I’ve ever had!”

Sesuatu yang menyakitkan menyengat dadanya. Saena berlari keluar. Tadinya Saena berniat menjahili wanita Kyuhyun lagi dengan mengikatnya menggunakan tali yang dibawanya.

Tapi niat itu gagal karena dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat di umurnya saat ini.

Saena sering mendengar cerita-cerita dewasa dari obrolan teman sekolahnya. Saena tidak pernah tertarik apalagi mencoba mencari tahu tentang itu.

Dia hanya remaja polos yang tidak ingin meracuni otaknya dengan hal-hal terlarang. Dan otaknya sekarang benar-benar teracuni setelah menonton live percintaan kakaknya, di kolam renang pula!

Tapi bukan itu yang membuat hatinya sakit. Bukan karena otaknya yang mulai tidak waras lagi. Melainkan siapa yang melakukannya dengan siapa.

Saena membanting pintu kamarnya lalu menguncinya dari dalam. Berlari ke kamar mandi, tanpa melepas bajunya, Saena berdiri di bawah shower. Berharap guyuran air shower yang dingin membuatnya lupa dengan apa yang dilihatnya.

Sialan.

Harapannya tidak terkabul. Dua jam dia hanya berdiri dibawah siraman air, tidak membantu sama sekali. Tangannya sampai berkerut dan memucat karena yang dilakukannya barusan bisa-bisa membuatnya sakit. Saena tidak peduli.

Setelah mengganti seragamnya yang basah kuyup dengan baby doll-nya, Saena beranjak naik ke atas ranjang. Menelungkupkan wajahnya di antara bantal-bantal yang empuk. Bayangan Kyuhyun yang menjerit keras di kolam renang menghampirinya. Saena mengusap lelehan air matanya yang jatuh tanpa diperintah.

Kata-kata Ha Ni tadi siang berputar di kepalanya. Kehidupan orang dewasa yang tidak akan pernah bisa disentuh oleh remaja sepertinya.

Kenapa mereka bercinta sebelum menikah? Bagaimana jika si wanita sampai hamil? Apakah si pria akan menyuruh si wanita menggugurkan kandungannya seperti di film-film atau bertanggung jawab?

Ternyata dunia orang dewasa memang berbeda jauh dari dunia remaja yang masih dihiasi dengan main-main. Kyuhyun hampir genap 26 tahun.

Pria itu sudah sangat dewasa dan mapan dan memiliki segalanya. Wanita mana yang tidak terpikat dan berangan-angan bisa bersama dengannya?

Apalagi Kyuhyun tidak pernah mempermasalahkan berbagai jenis wanita yang silih berganti menjadi kekasihnya.

Hanya Saena.

Gadis tolol yang merasa perlu menjauhkan kakaknya dari para wanita. Gadis tolol yang menyukai kakaknya sendiri. Yah, Saena menyukai Kyuhyun. Bukan sebagai seorang kakak. Melainkan perasaan seorang gadis pada pria.

Saena adalah salah satu gadis yang juga terpikat oleh pesona Kyuhyun.

Dan karena dirinya merasa memiliki hubungan lebih dekat dengan Kyuhyun daripada para wanita di luar sana, Saena merasa di atas angin.

Padahal jelas-jelas Saena-lah yang tidak mungkin dilirik oleh Kyuhyun. Pria itu hanya akan menganggapnya adik.

Haha.

Saena mengusap air matanya lagi. Dia tidak suka menjadi lemah. Dia tidak boleh cengeng.

Sepertinya Saena harus mengalah kali ini. Tidak, menyerah, lebih tepatnya. Dia berjanji tidak akan menggangu kakaknya lagi, mengurusi kehidupan kakaknya.

Biarlah. Biarlah Kyuhyun dengan kehidupan dewasanya dan Saena dengan kehidupan remajanya.

Satu hal yang perlu diingat oleh Saena. Mereka bersaudara. Tidak ada saudara yang jatuh cinta pada saudaranya sendiri.

.

.

.

“Saena! Kim Saena! Kau belum bangun? Sudah jam berapa ini? Kau tidak berangkat sekolah?”

Kyuhyun masih setia menggedor pintu kamar adiknya. Tumben sekali Saena belum turun untuk sarapan padahal sekrang sudah jam setengah tujuh pagi. Kyuhyun menggedor pintu itu lagi. Saena tidak biasanya tidur mengebo seperti ini.

“Sa—”

Pintunya terbuka. Menampilkan gadis mungil, mata berkantung, bibir pucat.

Untung saja rambutnya tidak berantakan dan dia tidak memakai daster putih, kalau iya penampilannya benar-benar seperti hantu.

Tanpa melirik makhluk menggoda iman di depannya yang memakai kemeja mint pas badan. Saena tidak peduli.

Saena melangkah melewati bahu Kyuhyun dan menuruni tangga tidak bersemangat. Gadis itu tidak berbelok ke ruang makan, malah melengos ke pintu depan.

Kyuhyun terdiam. Ada apa dengan Saena? Tidak salam tidak apa langsung menghilang keluar rumah. Apa dia melakukan kesalahan? Biasanya Saena akan bersikap demikian kalau dirinya bersalah. Apa ini soal tempo hari lalu?

.

.

.

“Argh!”

Kyuhyun melempar jasnya ke lantai kantor. Mengacak-acak rambutnya hingga keadaanya berkali lipat lebih seksi dari tampilan rapinya. Kejadian tadi pagi masih saja berkeliaran di kepalanya.

Kenapa Saena mengacuhkannya? Kenapa Saena bersikap dingin padanya? Dan kenapa muka Saena pucat? Apa dia sakit?

Padahal tadi dia berniat mengajak gadis itu berangkat bersama.

Kyuhyun ingin meminta maaf karena beberapa hari ini sedikit menjauh dari Saena. Dia kesal dengan perbuatan Saena yang selalu mengekangnya.

Mencegahnya bertemu dengan gadis-gadisnya. Terlebih masalah Hyona yang dipermalukan di salon, itu cukup membuat darahnya mendidih.

Saena berubah menjadi gadis yang over-protektif semenjak dia membawa kekasih barunya ke rumah. Kyuhyun tahu adiknya tidak pernah suka dengan para kekasihnya. Menghalalkan segala cara untuk menendang mereka jauh-jauh.

Tidakkah Saena berpikir jika perbuatannya berlebihan? Dia sudah tidak muda lagi. Saatnya hidupnya berorientasi pada masa depan. Menikah, memiliki banyak anak, hidup bahagia.

Sedangkan Saena? Dia masih harus menuntaskan sekolahnya, kemudian kuliah, lalu bekerja. Pikiran Saena terlalu sempit jika hanya memikirkan kakaknya saja. Sedangkan Kyuhyun bisa mengurus semuanya sendiri.

Benarkah?

Tapi baru diabaikan Saena sekali saja, kenapa Kyuhyun marah? Saena tidak pernah mengacuhkannya. Gadis itu selalu menjadi adiknya yang paling cerewet dan energik. Bukan gadis yang dingin dan tak acuh.

Kim Saena, kau sudah mengacaukanku.

Ada telepon masuk. Whoa! Punggung Kyuhyun langsung menegak. Telepon dari Saena! Kyuhyun berdeham sebentar lalu mengangkatnya. “Saena?”

“O-oh, yeoboseyo Kyuhyun oppa. Mianhae, aku Oh Ha Ni teman satu kelas dengan Saena. Begini oppa, Saena tadi pingsan saat pelajaran olahraga. Bisakah oppa menjemputnya sekarang? Sepertinya dia demam dan sebelum Saena pingsan dia sempat mengeluh lapar.”

Sialan, Saena.

“Aku kesana sekarang.”

Kyuhyun mendecak kesal. Dengan terburu-buru dia keluar dari ruang kerjanya menjemput Saena di sekolah. Gadis itu. Tadi pagi bersikap aneh dan tiba-tiba sekarang pingsan. Apa saja yang dilakukan gadis itu kemarin? Lapar? Jelas saja. Saena tidak memakan sarapannya pagi ini.

Mengabaikan tatapan memuja para gadis remaja di sekitarnya, Kyuhyun membelah halaman sekolah yang ramai karena bertepatan dengan jam pulang sekolah.

Ada yang sampai tersandung saat melihatnya. Kyuhyun ingin tertawa geli, tapi sudah tidak sempat. Pikirannya berpusat pada ruang kesehatan sekolah. Dimana adiknya terbaring sakit.

“Oppa sudah datang?” Pertanyaan itu dilewatinya begitu saja. Kyuhyun memandang Saena yang sudah siuman. Gadis itu masih sama pucatnya dan semakin pucat sekarang.

“Aku ingin pulang.”

Hanya berkata begitu, Saena bangun dari posisi tidurannya. Gadis itu kesal. Kenapa Kyuhyun datang menjemputnya? Orang yang tidak ingin dilihatnya saat ini. Aish, pasti kerjaan Ha Ni. Lihat saja, sekarang dia malah terkikik.

Saena menyentak pelan tangan Kyuhyun yang hendak membantunya turun dari kasur. “Aku bisa sendiri.” Saena mengambil ranselnya yang dibawakan Ha Ni dari kelas dan langsung direbut oleh Kyuhyun.

“Kau ini kenapa?” Saena mendengus. Tidak menggubris pertanyaan Kyuhyun lalu melengos keluar.

Kyuhyun mengumpat dalam hati. Lagi-lagi Saena pergi begitu saja. Pria itu menoleh pada Ha Ni. “Terima kasih sudah membantu adikku.”

Ha Ni mengangguk. “Dia agak sensitif beberapa hari ini. Semoga oppa tahan berada di dekatnya.”

Beberapa hari ini Kyuhyun menjauhi Saena. Pantas dia tidak tahu suasana hati gadis itu. Kyuhyun pamit dan berjalan cepat menyusul Saena yang jauh di depan mendahuluinya.

Sepanjang perjalanan pulang mobilnya sunyi senyap. Tidak ada percakapan atau lontaran lelucon-lelucon hambar seperti biasanya. Padahal Kyuhyun selalu menikmati waktu-waktu bersama Saena.

Gadis itu selalu bisa membawa suasana menjadi menyenangkan. Tidak seperti sekarang. Begitu mobilnya berhenti di depan rumah, tanpa mengatakan apapun, Saena melengos turun.

Kyuhyun menggeram kesal. Ini tiga kalinya Saena meninggalkannya. Ada apa sih dengan gadis itu?

“Sa—”

BLAM! Andai saja Kyuhyun melangkah lebih cepat lagi, mungkin hidungnya akan menjadi sasaran bantingan pintu kamar Saena.

“Saena! Buka pintunya! Kau ini kenapa? Jangan kekanakan, Saena. Kau sedang sakit. Aku tidak ingin kau semakin sakit. KIM SAENA!”

Kyuhyun menendang pintu kamar Saena kesal. Gadis itu tidak juga membuka pintunya. Perasaan tidak enak menghampirinya. Ada dia benar-benar melakukan kesalahan di mata Saena? Apa ini soal tempo hari saat dia memarahi gadis itu dan menyuruhnya tidak ikut campur masalahnya?

Sampai malam menjelang pun, tidak ada tanda-tanda Saena akan keluar kamar. Mau sampai kapan Saena mengurung dirinya di dalam kamar? Saena sedang sakit. Dia tidak mungkin bisa merawat dirinya sendiri saat sakit.

Apa sih yang dipikirkan gadis itu? Menyiksa diri?

“Saena! Keluar, Saena! Buk—”

“Kenapa kau berisik sekali? Aku jadi tidak bisa tidur.” Saena menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya. Wajahnya benar-benar suntuk. Bibirnya yang pucat mengerucut.

“Ada apa denganmu?”

“Apa?” Saena malah balik bertanya.

“Kenapa kau mengacuhkanku? Kenapa sikapmu dingin? Aku melakukan salah apa?”

Saena bungkam. Ditatapnya kakaknya yang sedang frustrasi karenanya. “Kau membingungkan. Bukankah ini yang kau inginkan? Aku yang diam, tidak ikut campur urusanmu. Iya, kan?”

Benar. Kyuhyun yang menginginkan adiknya tidak mengaturnya ini-itu. Kenapa rasanya aneh?

“Aku paham, Kyuhyun. Kau tidak perlu khawatir lagi. Aku tidak akan mengganggumu. Terserah kau mau berbuat apa di luar sana dengan kekasihmu. Aku harusnya tahu posisiku sebagai adik. Aku minta maaf atas sikap kekanakanku. Nah, sekarang aku mau makan.”

Saena tidak ingin mengacuhkan Kyuhyun terlalu lama. Dia memang harus mengatakannya agar pria itu berhenti berpikir jika Saena tukang ikut campur urusannya.

Kyuhyun mencekal lengan Saena saat gadis itu akan pergi. “Biar aku yang buatkan bubur untukmu.”

“Well, aku tidak bisa menolak kebaikan kakakku, kan?” Saena mengedikkan bahunya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan Kyuhyun turun ke dapur membuatkan bubur.

Saena begitu bersemangat saat Kyuhyun kembali membawa nampan lengkap di atasnya bubur, segelas air, dan obat. Dia melonjak di atas ranjangnya dan mulai memakan buburnya.

Enak. Bubur paling enak adalah buatan tangan Cho Kyuhyun. Mungkin kalau Kyuhyun menikah nanti, Saena pasti akan sering-sering berkunjung ke rumahnya dan meminta dibuatkan bubur.

Saena tersenyum pahit. Bubur kunyahannya terasa hambar memikirkan Kyuhyun tidak lagi pulang ke rumah ini sendirian. Melainkan membawa serta istri dan anaknya.

Saena menggeleng. Dia tidak boleh berpikiran terlalu jauh. Yang terpenting sekarang Kyuhyun masih bersamanya. Dia akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Bukannya menghabiskan dengan aksi saling diam. Tidak ada gunanya.

Kyuhyun melihat Saena dengan berbagai ekspresi. Adiknya yang lucu saat sedang makan. Saena hanya berusaha menjadi adik terbaik untuknya.

Sikapnya kemarin-kemarin menunjukkan betapa sayangnya dia pada kakaknya. Saena tidak ingin Kyuhyun bersama dengan gadis yang mencintainya tanpa pamrih.

Sebenarnya Kyuhyun juga tidak buta. Dia tahu Saena benar. Kyuhyun selalu mengencani orang yang salah.

Wanita-wanita itu hanya menginginkan ketampanan dan kekayaannya. Kyuhyun sengaja membiarkan mereka mendekat karena dia tahu Saena tidak akan tinggal diam. Saena pasti akan berusaha menyingkirkan mereka.

Lalu apa maksud sikapmu yang marah saat Saena dengan ide-ide kejamnya mengusir mereka? Karena Kyuhyun tidak ingin bergantung pada Saena. Semakin gadis itu berusaha menyingkirkan kekasihnya, semakin membuka peluang dirinya melajang. Dan jika itu terjadi, akan menjadi sulit bagi Kyuhyun menahan hasratnya ingin memiliki Saena. Apa?

Kyuhyun menyukai Saena. Sejak gadis itu beranjak dewasa. Mungkin saat dia berada di sekolah menengah pertama.

Kyuhyun berubah menjadi pria yang suka bermanja-manja pada Saena. Saena hanya mengeluh kenapa memiliki kakak laki-laki super manja. Tanpa tahu jika Kyuhyun sudah menaruh perasaan padanya.

“Aku melihatmu,” Saena meletakkan sendoknya di mangkuk buburnya yang telah habis. Dia meminum obatnya dan menghabiskan air di gelasnya. Perhatiannya beralih pada Kyuhyun.

“Melihat apa?”

Saena menelan ludahnya. “Kau bercinta dengan seorang gadis di kolam renang belakang.”

.

.

.

Kyuhyun POV

Sialan. Saena benar-benar membahasnya. Aku tahu Saena melihatku bercinta di dalam kolam renang dengan Hyona, siapa lagi? Inikah yang menyulut kemarahan Saena? Tapi kenapa Saena harus marah?

Aku sengaja bercinta dengan Hyona karena aku tahu Saena pasti membujuk Bibi Han untuk memberitahu keberadaannya. Saena melihatku. Aku tahu.

Tujuanku hanya satu, membuat Saena pergi dan tidak menggangguku lagi. Dengan begitu, perasaanku padanya yang sudah tak terbendung lagi bisa bertahan lebih lama.

Kenyataannya aku kalah. Aku tidak suka Saena mengacuhkanku. Aku tidak suka Saena tidak berbicara padaku. Dan aku semakin tidak suka Saena yang sakit karenaku.

“Maaf, aku mengintip. Yah, kau tahu, remaja sepertiku memiliki keingintahuan yang tinggi. Aish, aku malu! Kalian benar-benar panas.” Saena menutup wajahnya dengan dua tangannya.

“Tidak perlu minta maaf. Salahku juga kenapa melakukannya di rumah. Aku lupa kau bisa saja membobol masuk dan melihatnya.” ucapku dingin. Aku benci saat mengatakannya Saena menatapku dengan tatapan terluka?

“Aha, yah, aku tidak akan melakukannya lagi mulai sekarang.” Saena tertawa hambar. Dia menatap mangkuknya yang sudah kosong sambil melamun.

Mendadak ada sesuatu yang ingin kuketahui. Jika perasaanku benar, aku akan memaksa Saena untuk membuka mulut. “Tapi kenapa matamu berkata sebaliknya?”

“Apa?”

“Bibirmu bisa berbohong, Saena. Asal kau tahu, aku tidak mengenalmu sehari-dua hari. Aku bisa tahu mana kau yang berbohong dan jujur.” Saena menggigit bibirnya. Seolah sedang mengkhawatirkan sesuatu. Takut aku mengetahui sesuatu. Apa itu?

“Aku sedang berusaha menjadi adik yang baik.”

“Adik yang baik tidak akan berbohong pada kakaknya. Kau menyembunyikan sesuatu dariku. Apa itu?”

Saena menggeleng. Membuatku gemas. “Kau keberatan sendiri dengan keputusanmu? Kau masih ingin menyingkirkan gadis-gadis itu? Kau ingin aku meninggalkan mereka?”

“Iya!” Tiba-tiba Saena menjerit.

Aku kaget.

Dia menutup wajahnya lagi sebelum berkata lagi dengan sangat lirih, “Apa aku salah menyukaimu, Kyuhyun? Pasti salah kan? Kita bersaudara. Harusnya aku tidak memiliki perasaan padamu. Harusnya aku tidak membiarkan perasaan ini berkembang. Tapi aku hanya gadis biasa. Yang merasa bebas menyukaimu tanpa memandang status di antara kita.”

Aku mendengar dengan sangat jelas apa yang Saena katakan. Aku tidak tuli dan aku juga tidak sedang mendengarkan musik lewat earphone saat Saena mengatakannya.

“Kyu—”

Aku berdiri cepat ke arah pintu kamarnya, menguncinya dari dalam dan berbalik lagi. Kau pikir aku akan meninggalkanmu?

“Aku bersalah, aku minta maaf, aku—”

Kubungkam bibir Saena dengan bibirku. Bibir yang selama beratahun-tahun ini kudamba untuk kucicipi.

Bibir yang selalu mengucapkan kata-kata ketus dan cerewet sekarang berada dalam mulutku. Bibir Saena yang manis tidak pernah disentuh oleh pria manapun.

Yah, karena jika itu terjadi, kuhajar pria yang berani melakukannya.

Kubiarkan Saena berbaring dengan aku yang berada di atas tubuhnya. Aku tahu setelah ini Saena akan bertanya-tanya kenapa aku melakukannya.

Aku tahu mungkin saja setelah ini Saena akan membenciku. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya menginginkan gadisku. Aku hanya ingin menunjukkan jika perasaannya tidak salah terhadapku dan semua teka-teki ini terjawab.

Kenapa Saena tidak pernah berpacaran. Kenapa Saena tidak memiliki teman pria. Kenapa Saena bersikeras menyingkirkan para gadis itu dariku. Kenapa sikap Saena berubah pagi ini. Saena menyukaiku. Sama sepertiku.

Saena memukul dadaku. Dia membutuhkan oksigen. Kulepas sejenak bibirku. Dia terengah-engah. Matanya terpejam. Bibirnya membengkak. Pipinya merona. Kuusap puncak rambutnya. Matanya terbuka. Ada berjuta pertanyaan tinggal disana.

“Kenapa kau menciumku?”

“Karena aku ingin.”

“Tapi kenapa? Kita kakak-beradik, Kyuhyun!” Matanya membelalak kaget. Seolah baru sadar kalau perbuatan kami barusan adalah terlarang.

“Lalu? Kau hanya adik tiriku. Tidak ada aturan yang melarang kakaknya mencium adiknya.”

“Kau mencium bibirku! Dan, ya Tuhan, ini salah. Ini salah. Menyingkir dari atasku, Kyuhyun!”

“Aku juga menyukaimu.”

Aku malu. Jujur, aku sangat malu. Kupagut lagi bibir Saena. Melumatnya dengan ganas. Tidak ingin kegiatan ini berakhir begini saja, aku mengangkat tubuh mungilnya sampai duduk di pangkuanku.

Aku menggeram saat kaki Saena tidak sengaja menyenggol milikku yang sudah mengeras. Saena meminta lepas, tapi tidak kubiarkan. Kesalahanmu Saena yang memilih tempat tidur sebagai tempat kau menyatakan perasaanmu padaku.

Aku memeluk tubuh hangat Saena yang sedang demam mendekat padaku. Memiliki bibir Saena. Menikmatinya. Saena sudah tidak memberontak lagi dan mulai mengikuti gerakanku. Dia mengalungkan lengannya di sekitar leherku.

Saat napas kami sudah mulai tidak beraturan, kulepas pagutan kami. Kami saling menatap dalam diam.

Aku ingin memilikimu, Saena. Aku bersumpah. Tidak ada wanita selain dirimu yang paling kuinginkan di dunia ini. Kenapa kau harus ditakdirkan menjadi adikku?

Kenyataan itu memukulku. Aku merasa bersalah sudah mencium Saena tanpa ijinnya. Aku merasa aku menjadi pria yang brengsek karena mungkin perbuatanku melukai perasaan Saena.

“Kita saudara kan, Kyuhyun? Tidak ada saudara yang mencium saudaranya di bibir. Dengan hmm, menggebu.”

Kuusap bibir Saena yang membengkak.

“Kau benar,” Aku memeluk tubuhnya. Kucium bahunya yang hanya terbalut kaos putih polos sepaha. Kuusap pahanya yang terekspos.

Aku benci. Aku benci saat memikirkan bahwa kami tidak mungkin bersama. Aku benci karena Saena tidak akan bisa menjadi milikku. Kami bersaudara. Aku benci itu.

“Kyuhyun,” Saena mencegah tanganku yang bergerak tanpa sadar masuk ke dalam kaosnya. Aku tahu aku harus berhenti sebelum aku tidak bisa dihentikan. “Kita salah. Kita tidak boleh saling menyukai.”

Aku mengangguk. Tidak ingin berlama-lama sedih dengan perasaan benciku, aku mendongakkan kepalaku. Menatap wajahnya yang sama sedihnya denganku. Ada satu cara agar perasaan ini harus terkubur dalam-dalam. Aku harus menyakitinya.

“Aku melakukannya karena aku ingin kau tahu perasaanku sebelum aku menikah.”

“Apa?”

Saena terperanjat.

“Orang-orang tidak akan pernah tahu kalau aku pernah menciummu dan menyatakan perasaanku. Aku akan membunuh perasaan tidak pantas ini padamu. Aku akan menikahi gadis lain.”

.

.

.

The End

Kurang Puas?
Vote disini:
Voting Request Sequel FF

24 thoughts on “Ticky Pass [Oneshoot]

  1. Hyun says:

    Woaaaa… Ga tanggung jawab dia.. Woahh, luna ff mu kenapa? Kamu kenapa? Duh, i think kamu baru ada masalah deh, hehehe
    Sebenernya ga perlu minta sequel, ini ending udah jelas, ga maksa endingnya, suka.
    Tapi yg bikin ga sreg, kenapa gyu lagi2 nyakitin hati.. Buh pertanggung jawaban, dia kudu ngrasain sakit hati juga karena cowok saena T.T

    Liked by 2 people

  2. Vikyu says:

    Genre nya romence kok malah berakhir sad kaya gini ,gantung lagi
    Aku ga bisa kalau ada diposisi saena, menyukai kakk nya sendiri dan si kakak suka juga tapi mau nyakitin saena biar saena benci dia
    Huaaa kok aku sukak banget sama ceritanya walau gantung,butuh seq nih kak , pliss jangan pisahkan saena dengan kyuhyun, jangan hanya satukan mereka sebagai kakak adik tapi… Huaaa aku bicara apa ya,butuh seq kak ,fighting ya

    Liked by 1 person

  3. Chan Yoen says:

    Astaga.
    Jadi mereka saling suka. Dan endingnya nyiksa banget. Huhuhu
    Dan kenapa tiap baca ff mu selalu saja bikin nyesek hehehe
    Btw keep writing yeth^^
    Di tunggu ke lanjutannya cerita lainnya^^

    Liked by 1 person

  4. LeeAhn says:

    Gantung kakkkkkk…..
    Paling gak kyuhyun nikah sama siapa? Trus masak habis menyatakan perasaannya d jatuh in gitu aja??
    Ini ortunya mereka berdua juga blm muncul…..
    Sequel kakkkkk….
    Semangat kak d tunggu kok karya kakak….

    Liked by 1 person

  5. lyeoja says:

    Wa .wah waaahhhh….
    Lunaaaa… lagi lagiiii makan malam dgan ff nyelekkitttt….

    Tapi awal2nya sih lucuuuu… heheeeh
    Gemmmesss2 gimana gtu sm ade_kaka inii

    Aku jg gak suka sm hyona, apaann tuhh… 😠😠😠

    Ya udh kyu,,, nikah sama aku ajaaa..
    Ahahahahkkk

    Liked by 1 person

  6. Hana Choi says:

    Yah eonni kenapa endingnya kaya gini, butuh sequel nih. Kasian mereka, padahal mereka udh tau kalau mereka saling suka. Semoga aja kyuhyun batal menikah

    Liked by 1 person

  7. Audrey Riley says:

    kok rada gimana lihat endingnya. saena cuman adik tiri. bukannya bisa ngebuat mereka bersatu? rada ga rela kalau akhirnya mereka pisah hehe

    Liked by 1 person

  8. via agnesia says:

    G tau mesti ngoming apa nih…
    setuap orang memang bebas mencintai siapa aja, apa apa cunta itu tepat untuk kuta berikan pada siapa???

    Liked by 1 person

Leave a comment