Switch [Chapter 7]

Switch Chapter 7
by Luna

Genre:
Sad, Married-life, Romance, Chaptered

Cast:
Cho Kyuhyun | Lee Yoo Jin | Lee Yoo Ri

Cuap-cuap Author:
Sangat sangat minta maaf, baru bisa posting sekarang L
Dua hari ini sibuk mikirin alur yang pas untuk kelanjutan ceritanya. Bolak-balik hapus dan ngulang dari awal wkwk._.v
Oke, mungkin di akhir part ini kalian akan kembali jengkel seperti part-part sebelumnya.
Ingat kan, ini genre-nya sad?
Tokoh utama udah ditakdirkan menderita keke~
Saranku siapin jari-jari kalian ngetik panjang kali lebar kali tinggi yaa 😀

*aku janji update next partnya nggak akan lama gaes*

Happy Reading^^

d
Warning typo bertebaran!
—oo0000oo—
Chapter 7
Switch is Start

BRAK!!

Yoo Ri melempar berkas ke depan muka Bora sampai gadis yang terkena lemparan barusan menggeram sekaligus memucat. “Apa kerjaanmu selama ini, hah?! Aku tidak suka usulan proyek apapun dari jalang itu!”

Bora mengepalkan tangannya kuat-kuat di samping tubuhnya.

Andai saja dia bukan bawahan yang harus selalu menuruti kemauan bosnya. Andai saja dia bukan karyawan teladan di perusahaan ini.

Andai saja dia tidak dilatih oleh mantan atasannya untuk sabar menghadapi klien-klien yang menjengkelkan.

Sudah dipastikan mulutnya yang gatal ini akan membalas ucapan nenek sihir di depannya.

“Proyek itu sudah disetujui sejak lama oleh Komisaris Lee dan tentu saja ide cemerlang itu langsung diterima di rapat direksi dengan tiga belas suara.” Jelas Bora perlahan.

Oke, Bora harus ekstra sabar kalau berhadapan dengan wanita yang sok paham masalah bisnis. Tidak tahu soal bisnis saja sudah sok mengatur ini dan itu. Benar-benar menyebalkan.

“Aku tidak mau tahu! Kau harus menggagalkan proyek itu. Kalau kerjaanmu sebagai sekretaris hanya bermalas-malasan dan tidak berguna lagi, lebih baik kau keluar dari perusahaanku.”

Yoo Ri menghempaskan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya.

CIH! Perusahaanku? Kau pikir siapa yang selama ini mati-matian mempertahankan perusahaan agar tetap berdiri?

“Maaf Presdir, tapi saya tidak punya otoritas sama sekali untuk membatalkannya. Kalau anda ingin, anda sendiri saja yang melakukannya. Meyakinkan dua puluh kepala direktur lainnya tentu perkara yang mudah menurut anda, bukan begitu?”

“Kau—”

“Saya permisi,” sela Bora, dia membungkuk sekilas dan bergegas meninggalkan ruangan yang kini berubah menjadi neraka.

Benar-benar tidak bisa dipercaya! “Sialan! Argh!” Yoo Ri melempar barang-barang di atas meja kerjanya hingga berjatuhan di lantai. Mengerang kesal. Kenapa hari ini orang-orang begitu menyebalkan?

Mulai dari Kyuhyun yang mengabaikannya pagi tadi, ah tidak, sebenarnya sejak kepulangan dari rumah orang tuanya kemarin sore. Dan pagi ini sekretaris Yoo Jin ikut-ikutan berusaha melawannya.

Semua ini karena jalang itu! Lee Yoo Jin!

Tok tok!

“Apa lagi?!”

Wajah Bora yang berkali-kali lipat tidak ramah pagi ini muncul di celah pintu. “Ada rapat dengan dewan direksi tiga puluh menit lagi, Presdir.”

Yoo Ri membuang napasnya kasar. Tangannya mengisyaratkan agar Bora segera menutup kembali pintu ruangannya.

Baiklah, kita lihat setelah ini, apa aku bisa membuat para pria tua itu mau menyetujuiku untuk menggagalkan proyek usulan dari si jalang Lee Yoo Jin.

.

.

.

Hyo Rin memainkan pulpennya gusar. Sesuatu mendesak dan bergolak di perutnya melihat wanita yang dua bulan ini diangkat sebagai presdir baru berlagak di depan podium dengan omong kosongnya.

Dari kata-katanya sangat jelas menunjukkan kalau wanita itu sama sekali tidak pernah tahu-menahu apalagi bergelut di bidang bisnis. Pengetahuannya benar-benar nol.

Bahkan membaca grafik perubahan saham yang paling mudah saja harus memanggil sekretarisnya dulu. Siapa sih yang mengijinkan wanita tidak berpendidikan seperti itu menjadi presdir?

“Aku ingin pembatalan proyek pembangunan di Pulau Jeju,”

Orang-orang di ruang rapat saling menoleh. Berbisik pelan dan hati-hati karena presdir mereka yang baru adalah orang yang mudah tersinggung.

Kalau mereka sampai salah bicara satu kata saja, bisa-bisa kepala mereka dipenggal.

Hyo Rin mengangkat tangannya. Dua orang yang duduk bersisian dengannya melirik kaget.

“Apakah ada alasan paling rasional atas keputusan tiba-tiba ini? Sangat terlambat sekali untuk membatalkan proyek itu mengingat kita sudah membuat perjanjian hitam di atas putih.”

Hyo Rin menautkan tangannya di atas meja dan mencondongkan sedikit badannya, “Tentu anda harus memikirkan solusinya jika tidak ingin kredibilitas perusahaan ini dipertanyakan.”

Semua orang di ruangan mengangguk setuju. Ini bukan proyek sembarangan. Perjanjian itu dibuat enam bulan yang lalu oleh Presdir sebelumnya dengan segala konsekuensi dan pertimbangan yang matang.

Kalau sekarang tiba-tiba mereka membatalkan, kemungkinan membangun lagi kepercayaan kedua belah pihak di masa depan akan sangat sulit.

“Itu urusan kalian. Kalian digaji tinggi di perusahaan ini untuk mencari solusi. Mudah, kan?”

Yoo Ri mengedikkan bahunya tidak peduli kemudian memainkan kukunya yang dua hari ini terlantar. Mungkin setelah rapat membosankan ini dia bisa pergi ke salon dan melakukan berbagai jenis perawatan.

“Apa wanita itu gila?” ujar Hyukjae sebal di samping Hyo Rin.

“Ah, kurasa rapat ini kucukupkan sampai disini.” Yoo Ri bangkit lalu melangkah keluar dari ruangan rapat diiringi bungkukan badan dari para direktur disana.

“Aku tidak mengerti jalan pikirannya. Seenaknya saja membuat keputusan tanpa mempertimbangkan suara kita.”

“Oh, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Aku jadi menyesalkan pengunduran diri Nona Lee Yoo Jin dari jabatan Presdir.”

“Kalau begini caranya, bukan hanya nama perusahaan yang dirugikan, bisa-bisa saham perusahaan akan mengalami penurunan tajam di rapat saham minggu depan.”

Hyo Rin mendengus sebal. Segalanya menjadi runyam.

Kalau dulu dia tidak pernah suka saat Yoo Jin memimpin rapat karena kepintaran gadis itu benar-benar superior dan sulit mendebatnya.

Sekarang Hyo Rin rasanya ingin membanting meja rapat dan memaki-maki Yoo Ri karena sikapnya yang otoriter.

Ketidaksukaannya pada Yoo Ri jelas murni beralasan. Gadis itu seperti seorang bayi baru lahir yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba disuruh memimpin perusahaan sebesar JN Chorp, apa jadinya?

Rasa kesal yang terpaksa Hyo Rin bawa ke rumah langsung menguap begitu matanya menangkap siluet gadis yang dulunya pernah dibencinya tapi sekarang menjadi kakaknya sedang menyiapkan makan malam bersama Han ahjumma di dapur.

“Eonni,” dengan manjanya Hyo Rin menggelayut di lengan Yoo Jin. “bagaimana kabar keponakanku?”

Yoo Jin tertawa saat tangan Hyo Rin mengelus perutnya yang masih datar. “Kenapa semanja ini? Padahal dulu kau yang paling semangat menyindirku.”

“Kau tahu, aku melakukannya karena aku iri padamu.” Yoo Jin memiringkan kepalanya heran.

“Kau gadis yang sempurna. Cantik, pintar, baik, sabar, semua sifat yang diidamkan oleh para lelaki untuk dijadikan istri ada padamu.”

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini,”

Hyo Rin menggeleng tidak setuju, “Kau memiliki segalanya,”

“Tapi aku tidak memiliki seseorang yang mencintaiku dengan tulus,” Yoo Jin menunduk sedih. Lagi-lagi bahasan tentang seorang pria mengingatkannya pada Kyuhyun. Apa kabar pria itu sekarang?

“Dia pria brengsek. Harusnya aku tahu sejak dulu.” Yoo Jin tertawa.

“Kau bahkan pernah menyatakan cinta padanya.”

Gurauan Yoo Jin itu mengundang erangan kesal dari Hyo Rin. Gadis itu malu jika diungkit-ungkit masa lalunya. “Aku menyesal, kau puas?”

“Ya, ya, ya,” Yoo Jin memutar bola matanya seolah tak tertarik membahas hal itu lagi. “Sayangnya pria brengsek yang kau maksud adalah satu-satunya pria yang kucintai sampai detik ini.”

“Wanita yang baik hanya untuk pria yang baik. Kau pantas mendapat yang lebih daripada Kyuhyun. Kau harus berusaha melupakannya.”

“Akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Hey, bisakah kita tidak meneruskan pembicaraan ini? Perutku sakit dibuatnya,”

“Oke, oke, kakakku yang cerewet. Kita makan saja, aku tidak ingin keponakanku meneteskan liurnya di dalam sini.” Hyo Rin terkikik.

Yoo Jin menghela napas panjang. Dia bersyukur keluarganya menerimanya dengan tangan terbuka. Walaupun dia sedang hamil, mereka tetap mendukung Yoo Jin agar mempertahankan kandungannya.

Ibunya yang paling berderai air mata begitu tahu kedatangannya kemarin. Betapa Tuhan masih baik padanya mempertemukan dia dengan putrinya setelah 25 tahun berlalu.

Segalanya yang indah-indah memang selalu datang di waktu yang tepat. Di saat Yoo Jin berada dalam keterpurukan, Tuhan menyediakan tempat pulang ternyaman untunya.

Keluarga. Tempat dimana orang-orang menyambutmu dengan hangat. Tanpa unsur keterpaksaan. Tanpa unsur keharusan. Melainkan kebutuhan.

Sudah lama dia mendambakan kehidupan sesederhana ini. Dan sudah selayaknya kisah menyedihkan ini berakhir dengan happy ending.

.

.

.

Hampa.

Itulah yang dirasakan Kyuhyun ketika menatap pantulannya di cermin sedang mengenakan tuksedo putih untuk pesta pernikahannya yang akan dilangsungkan bulan depan.

Apa yang kau lakukan?

Kyuhyun tertawa sumbang. Menceraikan istrimu dan menikahi adiknya. Menukar gadis sesempurna Yoo Jin dengan Yoo Ri yang justru menciptakan kehampaan dalam dadanya.

Apa sangat terlambat menyadari bahwa dia sudah menyia-nyiakan Yoo Jin?

Lalu apa maksudmu? Meminta Yoo Jin kembali? Tidak mungkin. Mustahil. Kau sudah membongkar kartumu sebagai pria brengsek.

Dan haruskah kau menjadi pria brengsek lagi dengan membatalkan pernikahanmu lalu memohon Yoo Jin kembali?

Plin-plan. Tidak punya pendirian. Orang-orang akan mencelamu. Reputasimu hancur. Perusahaanmu akan kacau. Haha. Sejak Yoo Jin pergi saja perusahaannya sudah sekarat.

Yoo Ri benar-benar tidak bisa diandalkan. Kerjaannya hanya bersantai-santai dan menghabiskan uang.

Berbeda dengan Yoo Jin. Gadis itu begitu rajin. Kepintarannya memainkan saham perusahaan tidak diragukan lagi. Seringkali mereka terlibat pembicaraan serius tentang bisnis. Dan Kyuhyun menyukainya.

Yoo Jin tipe gadis yang mudah diterima oleh orang-orang di sekitar mereka. Dia ramah, lugas, dan sederhana.

Bahkan ayahnya yang dulunya sangat dingin pada gadis yang pernah dibawa Kyuhyun ke hadapannya, begitu luluh saat bertemu Yoo Jin pertama kalinya.

Sedangkan Yoo Ri? Gadis itu ditolak mentah-mentah oleh ayahnya saat seminggu lalu datang ke rumahnya.

Aha! Kau mulai membanding-bandingkan mereka, Kyu!

Shit!

Kyuhyun menendang tong sampah pendek di dekat kakinya sampai dua penjaga toko menoleh padanya. Kyuhyun tidak peduli. Dia meremas rambutnya frustrasi.

Kenapa dia baru menyadarinya sekarang, di saat keadaan sudah tak terkendali lagi?

Akankah alasannya diterima oleh Yoo Jin? Jika perceraian mereka terpaksa Kyuhyun lakukan demi mengembalikan kehidupan Yoo Ri? Apa itu masuk akal? Ya Tuhan! Semua ini membuatnya sakit kepala.

“Oppa, bagaimana?”

Yoo Ri tersenyum manis di depan Kyuhyun yang menatapnya datar. Gadis itu mengenakan gaun putih berekor tanpa lengan.

Cantik. Pujian itu hanya sampai di bibir Kyuhyun namun tidak diucapkan. Karena yang terjadi malah rasa muak.

“Pulang.” Satu kata yang diucapkan Kyuhyun itu mencengangkan Yoo Ri. Pria itu berbalik masuk ke bilik ganti, melepas tuksedonya dan menggantinya dengan bajunya.

Sementara Yoo Ri bingung. Ada apa dengan Kyuhyun? Pria itu mengabaikannya. Pasti ada sesuatu yang mengganggunya. Tapi apa?

Sepanjang perjalanan menuju apartemen, suasana di dalam mobil begitu hening. Yoo Ri bahkan tidak berani memutar lagu atau menyalakan radio. Kyuhyun kelihatan tidak baik-baik saja.

“Bos, maaf, malam-malam begini mengganggumu. Aku sudah menghubungimu tapi ponselmu mati,”

Ryeowook langsung menegakkan punggungnya saat dilihatnya bosnya dengan calon istri barunya melewati lobi apartemen dengan tergesa.

“Ada apa? Kenapa tidak di kantor saja?”

Kyuhyun kesal dengan kedatangan asistennya itu. Apa Kyuhyun harus membelikan jam tangan biar Ryeowook tahu sekarang jam berapa. Sepenting apakah urusan kantor itu sampai harus datang kemari.

“Tidak bisa bos, undangannya mendadak. Kau harus mendatangi undangan Jumei Chorp malam ini.”

Kyuhyun terdiam. Jumei Chorp adalah penyumbang saham terbesar kedua di perusahaannya. Kyuhyun adalah tipe orang yang selalu mengutamakan kepuasan orang-orang yang bekerjasama dengannya.

Dia menghela napas lelah. Melirik jam tangannya. Baru jam delapan malam dan dia sudah merasa lelah. “Undangan apa?”

“Ulang tahun putri keduanya.”

Yoo Ri menyentuh lengan Kyuhyun. Dia cemberut karena menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu tentang apa yang dua pria di depannya ini bicarakan.

“Rekan bisnisku.” Yoo Ri mendengus kesal. Pasalnya Kyuhyun tampaknya tidak berniat menjelaskan lebih lanjut.

“Oke, aku pergi.” Kyuhyun mengambil undangan itu. Kepalanya menoleh pada Yoo Ri, “Kau mau ikut?”

Gadis itu langsung mengangguk-angguk semangat. Dia pikir ini akan menjadi kesempatannya agar bisa mengenal teman-teman calon suaminya.

“Setengah jam lagi kita akan siap. Kau tunggu di luar dan siapkan mobilku.” Kyuhyun melempar kunci mobilnya pada Ryeowook yang bergegas melaksanakan perintah bosnya.

“Dandan tidak pakai lama. Aku sangat lelah dan ingin segera pulang.” Hanya berkata demikian dan Kyuhyun berjalan mendahului Yoo Ri yang merengut di belakangnya.

Yoo Ri menghentakkan kakinya kesal saat tahu sedang diacuhkan oleh Kyuhyun. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan pria itu.

.

.

.

Yoo Ri tidak pernah tahu kalau pesta yang dihadiri calon suaminya adalah tempat dimana seseorang yang paling tidak ingin ditemuinya berada. Lee Yoo Jin.

Gadis itu tampak cantik mengenakan dress silver selutut berbahan satin. Dandanannya pun sederhana sekali.

Tidak dengan Yoo Ri yang lebih terlihat seperti wanita malam dengan mini dress pas badan berwarna hitam.

Harusnya Kyuhyun sadar akan hal itu. Harusnya dia melihat tidak dengan sebelah mata.

Donghae menyeringai sinis saat pasangan itu memasuki ruang utama yang sudah didesain sedemikian rupa untuk hall pesta ulang tahun.

Di antara sekian banyak hal yang menyakitkan, kenapa harus dua orang itu yang muncul? Tidak adakah hari lain untuk menghancurkan kebahagiaan sahabatnya selain malam ini?

“Hyo Rin-ssi, saengil chukkae,” Donghae mengecup kedua pipi merah Hyo Rin yang semakin merona saat Donghae melakukannya.

“Terima kasih,” balas Hyo Rin tulus.

Ah, sejak Yoo Jin resmi kembali, Hyo Rin patut bersyukur karena Donghae jadi lebih sering berkunjung ke rumah. Dan itu artinya membuka peluang lebih lebar untuknya bertemu dengan pria dambaannya.

“Kemajuan bagus, nona Min,” Donghae menyilangkan tangannya di depan dada. Dia melirik penampilan Hyo Rin, “kau mempesona kalau tidak sedang mengajak debat denganku.”

Hyo Rin dibuat merona lagi. Tapi sejurus kemudian gadis itu teringat sesuatu yang penting, “Hey, aku jadi ingat, kau belum menuntaskan kerjaanmu minggu lalu!”

Donghae adalah bawahan Hyo Rin di Divisi Pemasaran. Boleh saja pria itu menjadi pujaannya. Tapi soal pekerjaan, Hyo Rin tidak akan memberi toleransi sedikitpun.

Donghae tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Aish, bahasnya lain hari saja, jangan sekarang! Lagipula aku malas mengerjakan perintah nenek sihir itu,”

“Haha, awas, karena nenek sihir itu ada di belakangmu!” Tepat setelah Hyo Rin berkata, orang yang dimaksud sudah berdiri tepat di belakang Donghae.

Donghae terpaksa menyingkir dan memilih pergi menemui Yoo Jin sebelum dua orang itu menyadari keberadaannya.

“Malam, Direktur Min, apa kau lupa tidak mengundangku untuk datang ke pesta ulang tahunmu?” Hyo Rin mendesis kesal. Baru bertemu saja sudah disindir.

“Kurasa aku sudah mengundang calon suamimu, jadi tidak ada bedanya kan? Toh, kalian datang kesini bersama.” Hyo Rin melirik Kyuhyun sekilas.

Astaga, pria berdarah panas ini kenapa pesonya tidak hilang-hilang sih? Pantas menjadi rebutan banyak wanita!

“Ah iya, kami memang tinggal bersama untungnya. Kalau tidak mungkin aku akan membuat perhitungan denganmu besok di kantor.”

Hyo Rin menjabat tangan Yoo Ri dan Kyuhyun bergantian dengan senyum tidak ikhlas di bibirnya.

“Dan sepertinya aku akan kabur kalau sampai kau memanggilku,”

Yoo Ri memutar bola matanya sinis. Gadis di depannya ini memang memiliki mulut tajam sama sepertinya. Tajam dan tajam. Tidak akan pernah senada apalagi sepaham.

“Well, aku lupa tidak membawa kado karena terburu-buru. Jangan cemas, kau cukup mengirimkan nomor rekeningmu dan beritahu aku berapa yang kau minta,”

Sombong! Hyo Rin berdeham-deham kemudian tertawa dibuat-buat. “Wah, aku khawatir kau akan takjub melihat berapa nominal yang kuinginkan.”

“Candaan yang bagus.” Yoo Ri melihat sekeliling, “Berapa uang yang kau habiskan untuk membuat pesta semegah ini?”

Yoo Ri terheran-heran. Rumah ini tidak terlihat sedang mengadakan pesta ulang tahun. Melainkan seperti pesta perayaan akhir tahun.

“Presdir akan tahu setelah ini.” Hyo Rin tersenyum misterius kemudian mengalihkan perhatiannya pada Kyuhyun yang jadi pendiam. “Apa kabar Cho Kyuhyun-ssi?”

Kyuhyun tergagap. Dia tidak bisa fokus pada pembicaraan dua wanita di dekatnya karena terlalu fokus memperhatikan wanita yang sudah menyita perhatiannya sejak dia memasuki rumah ini.

Kenapa Yoo Jin ada disini? Apa dia mendapat undangan juga? Tapi apapun itu, Kyuhyun mengakui kalau Yoo Jin sangat cantik mengenakan gaun itu.

Badannya lebih berisi dari terakhir kali. Tidak seperti Kyuhyun yang merasa mengalami penurunan berat badan drastis pasca perpisahan mereka.

“Baik,” Kyuhyun menjawab seadanya. Tatapannya menggelap saat seorang pria yang dia ketahui bernama Lee Donghae memeluk pinggang Yoo Jin tiba-tiba. Mengobrol dengan gadis itu sampai tertawa renyah.

Oh. Betapa dulunya dia tidak bisa membuat Yoo Jin tertawa karena obrolan mereka. Yoo Jin lah yang lebih sering membuatnya tertawa.

Yoo Ri penasaran ada apa dengan Kyuhyun malam ini? Kelihatan sekali pria itu tidak fokus. Pikirannya seolah mengembara entah kemana. Dan tangan Yoo Ri terkepal erat saat mengetahui arah pandangan Kyuhyun kemana. Yoo Ri meremas lengan Kyuhyun agar pria itu menatapnya.

“Oppa, gelagatmu seperti pria yang menangkap basah kekasihnya sedang berselingkuh. Fokuslah oppa, sebentar lagi kau akan jadi milikku,”

Bisikan lirih Yoo Ri barusan membuat Kyuhyun tersinggung. Dia menarik remasan Yoo Ri di lengannya. Dia tidak suka dengan pernyataan bahwa dia akan menjadi milik Yoo Ri.

“Perhatian hadirin sekalian,” Suara Tuan Min menggema, meminta perhatian para tamu undangan agar melihat ke arah panggung.

“Ada dua hal paling membahagiakan yang pada malam hari ini perlu kusampaikan. Pertama, selamat ulang tahun kuucapkan untuk putriku, Min Hyo Rin.”

Semua orang bertepuk tangan dan Hyo Rin membungkukkan badannya sambil tersenyum lebar. “Kedua,”

Kyuhyun menatap heran pada Yoo Jin yang melangkah malu-malu menghampiri Tuan Min lalu menerima pelukan pria itu. Apa? Tuan Min tidak mungkin mengumumkan akan menikahi Yoo Jin?

“Aku tidak pernah menyangka akan dipertemukan kembali dengan gadis di sampingku ini setelah 25 tahun berpisah. Putriku, Yoo Jin, selamat datang kembali sayang,” Tuan Min mengecup puncak kepala Yoo Jin bersamaan dengan tepukan meriah dari para tamu.

Berita itu sungguh mengejutkan dan hampir tidak bisa dipercaya. Putri yang dulunya pernah dikabarkan hilang telah kembali.

Sama halnya dengan Kyuhyun dan Yoo Ri yang terperangah. Ini benar-benar di luar dugaan dan kejutan yang hebat.

Satu per satu para tamu menjabat tangan Yoo Jin. Mengucapkan selamat dan mendoakan hal yang baik datang untuk gadis itu.

Yoo Jin tidak bisa menyembunyikan lagi kegembiraannya. Hari-harinya tidak pernah lagi suram. Hanya kebahagiaan yang selalu silih berganti menyapanya.

Kyuhyun sudah akan mengumpat ketika seseorang menepuk pundaknya sedikit keras hingga dia berbalik. “Cho Kyuhyun!” Orang itu memeluknya, memukul-mukul bahunya. “Lama tidak berjumpa!”

Begitu pelukan itu dilepas, Kyuhyun baru bisa melihat siapa yang menyapanya dengan gaya seperti itu. “Siwon!”

Dua pria itu berjalan bersisian, melupakan Yoo Ri yang berdiri jengkel di samping Hyo Rin. Gadis itu menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai sebelum menyingkir dari sana. Hyo Rin meledek dari jauh.

“Kau menghilang setelah hari kelulusan dan baru muncul sekarang. Keterlaluan!”

Siwon tertawa mendapat pukulan ringan di perutnya. “Yak! Aku pergi untuk memperbaiki diri. Lihat, aku sekarang dokter kandungan muda yang banyak digandrungi kaum wanita.”

“Cih!” Kyuhyun mencibir. “Tapi aku tidak melihat wanita manapun yang kau gandeng malam ini?”

“Aku masih mencari-cari. Belum ada yang cocok.”

“Pasti sulit mencari tipe gadis idaman seorang Choi Siwon.”

“Begitulah,” Siwon mengedikkan bahunya, “Oh, dan biar kutebak, kau adalah pengusaha sukses yang wajahnya sering dijadikan cover majalah bisnis.” Siwon ingat saat membaca tabloid harian wajah Kyuhyun menjadi covernya.

“Tidak ada yang mengalahkan pesonaku!” Kyuhyun membusungkan dadanya bangga. Siwon berdecak sebal. Tapi mau tidak mau dia memang mengakui wajah Kyuhyun bisa dibilang tidak pasaran.

“Tunggu-tunggu, ada yang ingin kutanyakan. Kenapa barusan aku melihatmu berdiri berdampingan dengan Yoo Ri? Kau tidak menemani Yoo Jin?”

Inilah yang Kyuhyun khawatirkan sejak tadi. Lambat laun Siwon pasti akan bertanya.

Baru saja Kyuhyun akan mengatakan hal yang sejujurnya saat Siwon menepuk keningnya lalu berkata, “Ah iya! Ngomong-ngomong soal Yoo Jin, aku belum mengucapkan selamat untukmu secara resmi! Selamat ya! Kau benar-benar pria perkasa!”

Kyuhyun mengerutkan keningnya. Memutar bola matanya. “Apa kau manusia goa? Tidak tahu ya peradaban luar sudah berkembang?” Kyuhyun sebal kalau Siwon berpura-pura tidak tahu. “Dan apa maksud tanda selamatmu itu?”

“Memang aku ketinggalan informasi penting apa? Dan, oh, ayolah Kyu! Masa Yoo Jin tidak memberitahumu?”

“Kau bertemu Yoo Jin?” Kyuhyun bingung. Kerutan di keningnya bertambah. Apa maksud Siwon sebenarnya? Sepertinya ada benang putus dalam perbincangan mereka. Maklum saja, bertahun-tahun tidak bertemu, beginilah.

“Aish, kalian ini, suami-istri apa bukan sih? Lee Yoo Jin, istrimu, dia datang ke klinikku dan mengundangku kemari. Jangan bilang kau tidak tahu?”

Diamnya Kyuhyun, mengherankan Siwon. “Kami sudah bercerai.”

Terguncang? Pasti! “Tidak mungkin! Bukankah Yoo Jin sedang hamil anakmu?”

“APA?!”

PRAANGG!!!

.

.

.

Yoo Ri POV

Membosankan. Kuputar-putar gelasku dengan malas. Dari sini aku bisa melihat Kyuhyun sedang terlibat pembicaraan dengan Siwon. Sunbae sekaligus teman dekat Kyuhyun saat SMA.

Sesuatu yang membosankan harusnya menjadi menarik kalau ada pertunjukan malam ini. Dan satu-satunya peran utama yang bisa memainkan permainan ini dengan baik adalah Yoo Jin.

Kuhampiri gadis yang sedang tersenyum lebar pada tamu undangan. “Boleh minta waktu sebentar dengan Lee Yoo Jin-ssi?”

Yoo Jin membalikkan badannya menghadapku. Aku ingin tertawa. Wajahnya sangat kaku dan terkejut. Well, well, memangnya aku hantu sampai harus sekaget itu?

Beberapa orang yang mengelilingi Yoo Jin melangkah ke tempat lain. Sehingga meninggalkan kami berdua. “Selamat, sudah menemukan keluargamu.”

“Terima kasih.” Aku bisa melihat senyum yang dipaksakan terukir di bibirnya.

“Kuharap setelah ini kau tidak muncul lagi apalagi mengundang kami, kau tahu kan maksudku, aku dan Kyuhyun oppa ke dalam hidupmu. Kau sudah punya kehidupan sendiri sekarang.”

“Aku tahu. Ayah yang mengundang Kyuhyun, bukan aku.”

Mencoba berkelit? Aku mencibirnya. Mencebik kesal dan sinis. “Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja melakukannya.”

“Untuk apa? Aku sudah berjanji tidak mengusik kalian lagi. Kalau ini yang ingin kau bicarakan, maafkan aku, aku tidak mau meladenimu. Permisi.”

Kutarik lengan Yoo Jin yang hendak berbalik agar menghadapku kembali. “Kupegang omonganmu!”

“Tenang saja, aku bukan sepertimu, lepaskan tanganku!” Yoo Jin mengelak lagi. Kutarik lagi lengannya. Kubiarkan dia meringis kesakitan karena kuku panjangku melukai lengannya. Aku tidak peduli. Aku terlalu marah dengan apa yang dia katakan barusan.

“Apa maksudmu? Memang aku seperti apa?”

“Merebut milik orang lain!”

“Brengsek!”

Karena amarah yang tak terkendali, secara tidak sadar aku sudah mendorong tubuh Yoo Jin dan tak kuperhitungkan sama sekali jika di dekat kami ada sebuah meja kaca berisi berbagai jenis minuman di atasnya. Entah darimana datangnya kekuatan tanganku dan kejadian itu terjadi begitu cepat, tubuh Yoo Jin menghantam meja itu, ambruk di atasnya, dan memecahkan kacanya.

PRAANGG!!!

Semua orang terkesiap. “EONNI!”

Tubuhku kelimpungan didorong dari berbagai arah. Mereka berebutan menolong Yoo Jin.

Aku terkejut. Aku masih shock dan tidak tahu harus berbuat apa. Tercekat. Terperanjat. Dan suara napas itu, menderu dan menggema di gendang telingaku. Mendorongku nyaris ke dasar jurang.

“Apa yang kau lakukan, LEE YOO RI?!”

Kyuhyun mendorong tubuhku menjauh. Priaku terlihat ketakutan menghampiri Yoo Jin yang astaga, sejak kapan gadis itu berdarah-darah? Padahal kurasa aku hanya mendorongnya ringan. Darah segar mengalir di antara sela kakinya. Gadis itu pucat dan kesadarannya nyaris menghilang.

“Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!”

“Dia bisa saja keguguran! Cepat!”

Apa? Keguguran? Kutatap wajah yang tampak sayu itu. Itu artinya Yoo Jin sedang hamil?

“Brengsek! Kau apakan kakakku?” Satu tamparan keras mendarat di pipi kananku. Hyo Rin memandangku dengan marah sampai ke ubun-ubun. Aku menggeram. Aku tidak bisa melawan. Tubuhku terlalu kaku untuk membalas.

Kyuhyun menggendong tubuh Yoo Jin seolah gadis itu tidak berat sama sekali. Kyuhyun tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. Jelas sekali dia takut, cemas, dan semua perasaan tidak enak bercampur menjadi satu di wajahnya.

Saat Kyuhyun hendak melangkah melewatiku, dia berhenti sebentar untuk berbicara, “Akan kuperhitungkan kembali pernikahan kita. Kau benar-benar keterlaluan!”

Aku menelan ludahku susah payah. Kutatap nanar sosok priaku yang menggendong tubuh mantan istrinya keluar rumah. Semua orang menatapku jijik. Mereka berbisik entah apa ke arahku.

Tangan kiriku terkepal di sisi tubuhku. Sakit hatiku bertambah parah mengetahui bagaimana semua orang sangat memperhatikan keselamatan Yoo Jin.

Sial. Kalau aku tahu dia sedang hamil, sudah sekalian kubuat dia keguguran bahkan sampai dia tidak bisa hamil lagi!

.

.

.

To Be Continue

79 thoughts on “Switch [Chapter 7]

  1. lyeoja says:

    Wah wah wahhh.. si hyori ternyata ganas yaaa, macem singa yg kehilangan anakk, macem mak lampirrr yg jahatnya mnta ampunn…
    Udh bodoh, sok sokan lagii..
    Dasaarr gillaaaaa…

    Kepala bner2 berasap lunnn…
    Issshhhhhhhh..
    Kyu ma yoori menyebalkannn

    Liked by 1 person

  2. Cho Ai says:

    Sial*** klo hanya dengan memaki yoo ri gk akan puas.. Rasanya pgn gue cabik cabik tau gakjk sihhhhhh… Arrrggghhhh 😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠

    Semoga yoo jij dan kandungannya baik baik aja.. Tpi dilihat dri kondisinya aku pesimis

    Liked by 1 person

  3. novi says:

    Yoori jahat bangt sumpah, ngeselin…

    Aq kira udh bca part 7 eh taunya blom, pntesan pas bca part 8 kok agak ga nymbung, trnyta part 7.y kelewat. 😀😀😀

    Liked by 1 person

  4. amaliamstka says:

    ini yoori rasanya pingin gue geret ke sungai amazon trus gue dorong biar dimakan piranha, saking keselnya. ayodong kyu sama yoo jin bersatu lagii, kangen tauuu

    Liked by 1 person

  5. Vyea Lyn says:

    Yoori sialan sekali..!! Udah tahan biar gk ucapin kata kotor tapi udah gk bisa lagi sekarang. Yoori benar” keterlaluan. Apa dia tidak bisa bercermin dgn diri nya yg dulu,,yg jg kehilangan bayi nya.
    Ah…sial. kenapa jg Kyuhyun harus tau!! Siwon ember….!!

    Liked by 1 person

  6. Indribaekiii says:

    Ahhhhhh sumpah kesel banget sama yooriiiiiiiiiii rasanya pengen ngacak2 muka nya yoori ish masih gaada puasnya kh udh bikin kyu pisah sama yoojin skrng udh bikin ulah lagiii.

    Mudahan kandungannya yoojin gpp hiksss

    Liked by 1 person

  7. syalala says:

    bhahahaha kyuhyun kaya orang bego kan baru tau kalo yoojin hamil.itupun dari siwon ahhaahha dan dengan polosnya bilang kami sudah bercerai trs yg satunya lagi kaget bilang yoojin hamil anak kyuhyun hahaha gemes ga sih ug gini2 lakinya minta dijedutin palanya ke meja kaca wakakaka aku sedih bgt tp mau ketawa aja biar ga nangisssss

    Liked by 1 person

  8. Nenkchobantet says:

    Ga akan abisnya dendam mulu lu setan😈😈 tar semua kemalangan pasti berbalik ke elu semua yakin gw yakiiiiiiin😤😤
    Yoo jin moga ga keguguran yah😣😢😢

    Liked by 1 person

Leave a reply to via agnesia Cancel reply