CLEFT [Chapter 1]

CLEFT Chapter 1
By Luna          

Genre:
Romance, Chaptered

Main Cast:
Kang Soo Jin | Cho Kyuhyun

Support Cast:
Kim Haneul | Choi Siwon |  Lee Hyukjae

Luna’s:
Ceritanya ini remake over dari FF Obliviate yang filenya ditelen virus ngeselin. Aku beneran amnesia gimana jalan ceritanya, jadi terpaksa hapus dulu FF Obliviate (bye-bye :”)
Tapi nggak usah khawatir, FF ini nggak akan kalah cetar dari Obliviate.
Happy reading^^

Warning! Typo dimana-dimana!

cleft
—oo0000oo—

Suara bising dari mesin motor memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya apalagi semakin nyaring saat mesinnya dibuat mainan sehingga menciptakan derum-derum menyakitkan.

Siapa yang sangat kurang ajar mengendarai motor pagi-pagi buta bahkan sebelum matahari sempat menyembul dari peristirahatannya dan mengganggu tidur nyenyak semua orang?

“YAK! Kau gila atau bodoh hah?! Kalau mau balapan jangan disini! Kau pikir ini rumah nenek moyangmu bisa seenaknya mengganggu tidur nyenyakku! HOI!”

Namja masih lengkap memakai baju tidurnya-singlet putih ketat dan boxer selutut dengan matanya setengah terbuka ia keluar ke balkon dan berteriak memprotes pada orang sangat tidak tahu diri yang memainkan mesin motor di depan apartemennya.

Orang yang dimaksud mematikan mesinnya. Dia turun dari motor balapnya dengan gerakan sangat cool. Sepatu boots hitam ber-hak bahan kulit menjejak tanah begitu sempurna.

Dari ujung kaki, dia mengenakan jeans hitam mengkilap, jaket kulit warna senada yang melekat press tubuhnya. Kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan kulit (yang lagi-lagi) hitam terangkat melepas helm hitamnya.

Namja itu siap melontarkan sumpah serapahnya pada orang yang menurutnya sengaja pamer kekerenannya, langsung melongo melihat siapa orang dibaliknya.

Rambut hitam bergelombang itu tergerai sangat indah bersamaan helm yang membebaskan kepalanya. Kaca mata frame macan tutul membingkai apik kedua matanya.

Orang itu tersenyum setengah mempertontonkan bibir seksi merah wine-nya. Gerakan slow motion saat membuka kaca matanya nyaris membuat bola mata namja itu loncat keluar.

“Soo Jin!”

Tidak peduli dengan apa yang ia pakai sekarang, namja itu langsung keluar dari apartemennya, melompati empat anak tangga terakhir sekaligus, mendorong pintu kaca apartemen secara sembarangan dan langsung berhambur memeluk yeoja yang lama tidak ditemuinya.

Soo Jin pun membalas pelukan Siwon tak kalah eratnya sambil senyuman lebar. Sedetik.. dua detik.. lima menit.. sembilan menit.. Soo Jin bosan juga kenapa Siwon tidak juga melepas pelukannya!

“Yak! Jangan memelukku terlalu lama! Kau bau sekali!”

Soo Jin mendorong tubuh namja itu pelan hingga pelukan mereka terlepas. Siwon tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya karna bisa melihat yeoja itu lagi setelah hampir lima bulan ini dia menghilang.

Tidak, lebih tepatnya pergi berlibur. Soo Jin berkacak pinggang. “Dan siapa yang kau tadi panggil bodoh huh? Benar-benar..” dia memukul lengan berotot Siwon dengan kepalan tangannya.

“Kupikir ada orang iseng pagi-pagi buta membangunkanku dengan mesin motor barunya!” sindir namja itu. Yang disindir malah tertawa renyah. Motornya sekarang memang baru berumur seminggu.

“Itu kan alarm paling ampuh untuk membangunkanmu tukang tidur!” debat Soo Jin tidak mau kalah.

“Yayaya, nyonya keras kepala!”

“HEY!”

Soo Jin sudah akan melayangkan tinjunya tapi Siwon buru-buru menambahkan, “yang manis..” Soo Jin menyipitkan matanya pada Siwon yang kini sedang menyeringai tidak jelas.

Namja itu tidak suka mencari keributan apalagi dengan Soo Jin, yeoja harimau yang siap menelannya bulat-bulat kalau didebat sedikit saja. “Ayo masuk!”

Setelah Soo Jin memarkirkan motornya, dia bergegas masuk ke apartemen Siwon yang ditinggalinya seorang diri. Keadaan apartemen itu masih sama sejak terakhir kali dia berkunjung.

Kotor, sesak, kardus dimana-mana, baju yang entah masih bersih atau kotor bertebaran di lantai kamar, bungkus bekas snack dan minuman kaleng berserakan di atas meja serta piring-piring dan gelas kotor yang sampai berlumut di bak cuci.

Ckck! Benar-benar jorok!

“Astaga, kapan terakhir kali apartemenmu dibersihkan? Semakin lama terlihat seperti tempat pembuangan sampah!”

Soo Jin menyingkirkan kaos oblong milik Siwon dari sofa ruang tamu, satu-satunya lahan yang tersisa di apartemen itu untuk mendaratkan pantatnya.

“Yaiks! Apa ini?!” Soo Jin melempar celana dalam—yang sudah tidak jelas warnanya, tidak putih, tidak kuning— yang tidak sengaja ia duduki ke sembarang tempat dan hebatnya mendarat mulus di kepala pemiliknya.

“Hei! Hati-hati bung! Ini barang berharga!”

Siwon memungut celana dalamnya dari atas kepalanya, membuntalnya membentuk bola, lalu melemparnya masuk ke keranjang baju kotor. Dia ikut menghempaskan diri di samping Soo Jin yang kini menatapnya sengit.

“Yak! Jangan dekat-dekat! Kutu rambutmu terbang semua! Hiyy!!”

Soo Jin mendorong tubuh Siwon jauh-jauh darinya. Dia ingat terakhir kali dia dekat dengan namja itu ketika dia sedang berketombe. Akibatnya dia juga tertular ketombenya dan malah berakhir rambutnya berkutu!

Siwon meringis saja. Dia menggaruk kulit kepalanya yang memang gatal. Kapan ya terakhir kali dia mencuci rambutnya? Mungkin dua bulan yang lalu!

“Nara akhir-akhir ini jarang mengunjungiku karna sibuk mengurusi salonnya. Jadinya aku semakin malas saja keramas!” Nara adalah salah satu karyawan di salonnya sekaligus sahabat dua bersaudara itu.

“Whaatttt??? Jauh-jauh dariku!!!”

Soo Jin serta-merta menendang tubuh Siwon dengan kakinya—yang masih memakai boots—hingga namja itu terjungkal jatuh dari atas sofa, berguling ke karpet di bawahnya.

Soo Jin tertawa keras. Sementara Siwon bersungut-sungut kesal. Tega sekali yeoja yang dianggapnya sebagai adiknya itu!

“Aissh! Jahat sekali dirimu!”

Siwon mengelus-elus pantatnya, tidak, menggaruk pantatnya yang juga terasa gatal. Jadi tidak hanya kepalanya yang gatal, tapi seluruh badannya gatal! “Padahal aku merindukanmu!”

“Boleh saja, tapi jangan berani memelukku sebelum kau mandi!” Soo Jin mengibas-ngibaskan jaket dan rambutnya, takut-takut ada kuman atau kutu yang tertinggal di tubuhnya.

Siwon mengerucutkan bibirnya. “Aku kan merindukanmu!”

“Mandi dulu sana!”

“Iya iya, cerewet! AOW!”

Siwon merintih lagi karna Soo Jin menendang pantatnya lagi! Benar-benar anak itu! Tidak sopan sekali pada orang yang lebih tua!

Siwon langsung berdiri tegap, dengan sangat gesit dia merundukkan kepalanya lalu mengecup puncak kepala Soo Jin dan lari terbirit-birit saat teriakan menyeramkan Soo Jin melengking keras.

Dia langsung menutup pintu kamar mandinya sambil memegang dadanya yang dag-dig-dug ketakutan karna ia tahu Soo Jin kini meronta-ronta kesal.

“AWAS KAU CHOI SIWON!!!”

Siwon terkikik saja tanpa suara. Dasar yeoja itu! Tidak berubah sedikitpun. Selalu tampil keren dimanapun dan kapanpun!

Bahkan setelah lima bulan memilih pergi tanpa alasan, dia kembali dengan wujud dan penampilan yang sama. Jadi buat apa dia pergi? Dia pernah dengar dari teman-temannya—yang semuanya laki-laki!—Soo Jin mentato tubuhnya!

Ya ampun! Andai ayah mengetahuinya pasti Soo Jin akan dimarahi habis-habisan. Ujung-ujungnya Siwon jugalah yang disalahkan!

Mengherankan sebenarnya karna sifat Soo Jin bisa berubah sedrastis ini. Galak, keras kepala, tidak sabaran, menjengkelkan, parahya dia sekarang pengangguran!

Siwon ingat kalimat elakan dari yeoja itu ketika dia mengatainya sebagai pengangguran: Aku bekerja!

Yah~ bekerja di lintasan sirkuit apa itu masuk hitungan pekerjaan layak untuk seorang wanita muda-seksi-bergairah sepertinya?

Memamerkan beberapa bagian tubuhnya, mengibar-ngibarkan bendera penanda memulai balapan, mengelap keringat pembalap, membenarkan mesin mobil yang rusak atau sekadar mengecek kondisi mobilnya.

Sampai melongo kali pertama melihatnya begitu. Tapi jangan salah, gadis itu tak jarang pula ikut balapan dan memenangkan banyak pertandingan. Hebat!

Selesai mandi, tentu saja sudah mencuci rambut dan tubuhnya sudah wangi, dia keluar kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah.

Ada suara alat penggorengan saling beradu dari arah dapur. Dia menengok dan mendapati Soo Jin tengah serius memasak. Kehebatan lain yeoja itu walaupun dari luar terlihat serampangan tapi dia punya sisi keibuan juga.

Soo Jin sudah menanggalkan jaket kulitnya, menyisakan tanktop hitam ketat, mempertontonkan tubuh ramping nan seksinya.

Oh! Tidak ketinggalan tato kupu-kupu yang menandai tulang belikatnya. Wah! Kalau tiap pagi dia disuguhi pemandangan indah begini pasti harinya akan lebih menyenangkan.

Astaga bahkan ini masih sangat pagi untuk seorang Choi Siwon yang notabene nya pria normal yang mudah terangsang.

“Memasak apa?”

Lebih baik Siwon bertanya daripada meneruskan imajinasi liarnya yang tidak akan bisa terpuaskan.

“Yak!”

Soo Jin berjingkat dari tempat berdirinya saat kepala Siwon menyembul melewati bahunya dan membuatnya terkejut. Wangi mint menguar dari tubuh namja itu.

“Nasi goreng dan telur mata sapi.” katanya setelah berhasil menormalkan jantungnya yang terpompa keras. Ingat kan? Dia wanita normal yang bisa berdebar jika berdekatan dengan laki-laki. Apalagi dia sosok yang tampan dan didamba banyak wanita!

“Hmm..” Siwon mencium aroma sedap dari penggorengan. “Pasti enak!”

“Tentu saja!” Soo Jin membusungkan dadanya sombong. Tapi tenang, dia tidak gila menyukai kakaknya sendiri sekalipun bukan kakak kandung. Mengingat mereka pernah makan dari tangan yang sama waktu kecil.

“Tsk!” cibir Siwon. Dia menyeret salah satu kursi makan dan duduk menunggu disana.

“Nanti siang kau sibuk tidak?” ucap Soo Jin sambil menyajikan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi di atas meja makan. Siwon menyantap buas sarapan super paginya. “Aku ikut pertandingan balapan di Yeongnam.”

“Huh?” kening Siwon berkerut sambil terus mengunyah makanannya.

“Iya, kau bisa datang tidak? Atau ajak Nara boleh juga. Hitung-hitung menyemangatiku. Kalau aku berhasil menang, lumayan hadiahnya bisa untuk membeli rumah sendiri!” Soo Jin menepuk tangannya senang membayangkan dirinya yang memenangkan hadiah itu.

Siwon mengangguk-angguk. “Kebetulan siang nanti aku kosong. Biar Mama Kimmi yang mengurus butik selama aku pergi. Mau pergi bersama?”

“Tidak perlu. Aku masih mau mengecek kondisi motor balapku.”

“Eiy? Yang tadi itu bukan motor balap ya?” Siwon mengernyit, motor yang dibawa Soo Jin tadi saja sudah sangat besar untuk ukuran yeoja. Lalu Soo Jin mau pakai yang mana lagi?

“Lihat saja nanti! Makanya datanglah!” Soo Jin senyum-senyum sendiri.

“Yaya! Aku pasti datang! Nanti kuhubungi Hyun dulu siapa tahu dia juga mau menonton.”

“Oke!”

.
.
.

Arena Sirkuit Yeongnam sudah siap menyelenggarakan pertandingan balapan. Banner berisi kalimat-kalimat semangat berjuang terlihat dimana-mana.

Riders sedang bersiap-siap di sisi lintasan dengan masing-masing paddock girl yang siap menaungi pemain dengan payung supaya mereka tidak kepanasan.

Tribun penonton juga sudah sesak oleh penonton yang tengah bersorak-sorak menyemarakkan suasana pertandingan yang akan memanas sebentar lagi.

Apalagi cuaca siang ini sangat terik, mendukung sekali aksi penonton membakar semangat jagoannya.

Walaupun ini bukan pertandingan pertama yang digelar hanya sebatas Kore Selatan saja, tapi kali ini pertandingan terlihat lebih panas dari sebelum-sebelumnya.

Soo Jin —satu-satunya pemain wanita— juga tengah bersiap.

Disebelahnya berdiri Siwon, namja yang mengganti style bajunya dengan kaos longgar abu-abu dan jeans biru pudar, yang suka rela memayungi adiknya.

Yeoja itu menarik ke atas risleting jaketnya lalu mengikat rambutnya. Tidak ada Nara disana. Katanya dia sudah ada janji dulu dengan klien.

Soo Jin memakluminya. Dia juga tidak berusaha memaksa kehadiran yeoja yang seumuran dengannya itu. Nara hanya memberikan semangat lewat sambungan telepon beberapa menit lalu sebelum ia turun ke arena balapan.

Itu sudah cukup menurutnya. Keberadaan Siwon sebenarnya cukup mengalihkan perhatian dunia jadi padanya. Bagaimana tidak? Menemukan pria tampan jaman sekarang kan susah-susah gampang!

Apalagi yang begitu gentle-nya memayungi kekasihnya yang akan bertanding. Kira-kira itulah yang ditangkap oleh penglihatan penonton dari kejauhan.

“Jangan terlalu berhasrat menang!” Siwon memperingatkan. Jujur, dia harap-harap cemas dengan keselamatan Soo Jin.

Mau bagaimanapun, sekuat apapun dia, dia adalah wanita yang punya titik kelemahan. Dia tidak ingin terjadi hal-hal yang mengerikan di lintasan nanti.

“Seperti kau pernah melihatku kalah saat bertanding saja. Tenang!”

Soo Jin mengenakan sarung tangan hitamnya. Pembawaan yeoja itu memang sangat tenang. Tidak ragu-ragu. Tidak juga bernafsu. Jarang sekali dia melihat seorang Soo Jin bersikap terburu-buru dan grogi.

“Tapi kau tetap harus berhati-hati. Kau kan tidak tau siapa di antara lawanmu yang mungkin bermain licik.”

Siwon terlalu mencemaskannya! Soo Jin tahu. “Tidak apa. Biarkan mereka melakukan apa yang menurut otak mereka benar. Jangan mempedulikan orang lain! Aku sudah siap!”

Soo Jin mengambil helm yang dipegang Siwon lalu segera memakainya karna pertandingan akan dimulai sepuluh menit lagi. Dia menaiki MTT Turbine Superbike Y2K warna silver metalik miliknya.

Lintasan balapan yang akan ditempuhnya mungkin sekitar tiga ratus ribuan kilometer.

Setahunya hanya ada satu orang yang memecahkan rekor pertandingan balapan tingkat internasional sangat mencengangkan: Fernando Alonso! Dia menempuh dalam waktu sejam lima puluh menit 257 detik!

“Doakan aku!” Soo Jin menepuk pundak Siwon yang tegang. Namja itu menatapnya khawatir.

“Para pemain harap berkumpul di belakang garis start sekarang!” komando itu terdengar nyaring, memutus kontak mata dua orang itu.

Soo Jin hanya tersenyum setengah. Senyuman khas. Yeoja itu mengendarai motornya mendekati garis putih di belakang tanda start. Berjejer di samping pemain lainnya. Deru motor terdengar memanas, menaikkan satu oktaf sorak penonton dari tribun.

Bunyi pistol yang diledakkan ke udara memulai pertandingan. Semua pemain menekan gas kuat-kuat berusaha mengungguli satu sama lain.

Lengkingan dan teriakan semakin menggelora. Membakar ambisius pembalap, menaikkan adrenalinnya, membuat motornya melesat deras membelah lintasan sirkuit, menyelip tikungan demi tikungan maut.

Soo Jin mengendarai motornya garang. Dari spion dia bisa melihat semua rivalnya di belakang. Tatapannya kemudian beralih pada satu motor hitam pekat di depannya.

Mata Soo Jin menyipit tajam. Dia mengencangkan gasnya sampai ban depannya terangkat ke atas. Dia memburu satu motor yang juga melaju sama kencangnya dengan miliknya.

Kelegaan luar biasa menyelimuti Soo Jin saat dia berhasil melampaui satu-satunya penghalang baginya untuk menang.

Tapi kelegaan itu menjadi maut baginya. Dia terlambat menyadari bahwa didepannya sudah ada tikungan yang menukik.

Belum sempat mengambil lajur dalam trek, dia menarik rem belakang habis-habisan yang mengakibatkan motornya terpelanting ke belakang!

Tubuhnya terlempar beberapa meter dari lintasan.

Samar-samar, dengan setengah kesadarannya, dia melihat pengendara yang tadi di belakangnya menembus motor Soo Jin yang tertinggal di tengah-tengah lintasan.

Kejadiannya sangat cepat. Tubuh pengendara itu sama halnya dengan dirinya tapi lebih parah. Tubuhnya terpental bersama motornya. Bruk! Motornya sukses menindih tubuhnya.

BOOM!

Tiba-tiba saja ledakan terjadi di tengah lintasan sirkuit dan asap tebal mengudara. Napasnya tercekat sebelum kesadarannya berangsur menghilang.

.
.
.

Selang-selang panjang memenuhi tubuh pria yang enam jam lalu baru saja melewati masa-masa kritisnya di ruang operasi.

Tubuhnya penuh bebatan sepanjang tubuh dan jangan lupakan rupa tampannya harus tertutupi oleh luka-luka yang belum mengering.

Salah satu selang yang menghubungkan dengan mesin berbunyi menunjukkan detakan jantungnya berangsur stabil.

Cairan infus pun menetes melalui selang yang tertancap di punggung tangan kirinya karena tangan satunya terpaksa harus di gips akibat patah tulang.

Tak hanya itu, kedua kakinya yang mengalami fraktur juga harus disanggah. Betapa mengenaskannya keadaan pria itu. Yah, dia adalah salah satu korban kecelakaan di lintasan sirkuit beberapa jam lalu.

Soo Jin menggigit bibirnya mati-matian. Menahan gejolak hatinya ketika memandang tubuh tidak berdosa itu terbaring lemah di dalam sana. Dia sekarang sedang berdiri di depan kamar rawat pria yang mengalami kecelakaan bersama dirinya.

Sudah delapan belas jam pria itu lunglai tak berdaya, bahkan dia berhasil melalui masa paling kritis dalam hidupnya, tapi dia masih belum kunjung sadar juga.

“Kau tidak istirahat?” tanya Siwon yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Namja itu nyaris kehilangan jantungnya saat melihat debuman diikuti kobaran api di sirkuit tadi siang.

Betapa ia tidak bisa membayangkan kalau adiknya meninggal atau berada di posisi pria tak dikenal itu. Hidupnya pasti akan berantakan sekali.

Luka di punggung Soo Jin memang tidak separah pria itu, tapi tetap saja dia harus mendapat perawatan ekstra.

“Appa meninggalkan pekerjaannya di Selandia dan langsung terbang kesini demi bertemu denganmu.” kata Siwon lagi karna pertanyaannya tidak ditanggapi oleh gadis di sampingnya.

Siwon melirik melaui ekor matanya. Soo Jin tampak sedang termangu menatap namja di dalam sana. “Yaa, kau mendengarku tidak?” Siwon meraih lengan Soo Jin hingga fokus gadis itu beralih padanya. Hatinya mencelos.

Soo Jin menangis! Tuhan, jika adiknya sampai menangis pasti keadaannya sangat kacau sekarang.

Siwon merengkuh tubuh Soo Jin dan tangisan gadis itu pecah memenuhi lorong rumah sakit yang sepi pengunjung karna sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi.

Siwon membiarkan adiknya menangis di pelukannya. Dia tahu beban ini sangat sulit bila dipikul sendirian.

Dia tahu adiknya pasti akan merasa harus bertanggung jawab dan bersalah pada keluarganya yang sampai sekarang tidak tahu harus dihubungi melalui apa karena identitas pria itu pun masih tidak diketahui.

“Bagaimana ini? Aku takut kalau dia tidak bangun lagi.” Siwon menelan ludahnya, tenggorokannya mendadak kering. Rupanya ini yang dikhawatirkan Soo Jin.

Jika dalam beberapa hari ke depan keluarganya muncul sedangkan pria itu masih terbaring tidak sadar.

Keluarganya pasti akan menuntut pertanggungjawaban darinya. Kemungkinan terburuknya dia bisa dipenjara karna mencelakai orang.

“Tidak, kau harus percaya tidak lama lagi dia akan sadar.” Siwon mengeratkan pelukannya dan mengelus puncak kepala adiknya penuh kasih.

Berharap apa yang dia lakukan bisa sedikit mengurangi kegundahan hatinya walaupun sebenarnya tidak bisa menghapus barang setitik.

Siwon membawa Soo Jin kembali ke kamarnya yang bersebelahan dengan pria itu.

Baru saja beberapa langkah mereka beranjak, tiba-tiba seorang dokter diikuti dua perawat di belakangnya berlarian masuk ke dalam kamar pria itu.

Soo Jin mengernyit penasaran. Mendadak dadanya bergemuruh. Jangan-jangan pria itu telah sadar! Dia segera melepaskan diri dari pelukan Siwon, mengacuhkan teriakannya dan buru-buru ikut masuk ke dalamnya.

“Aargh!!” pria itu mengerang-erang kesakitan dengan mata terpejam kuat.

Tangan kirinya yang bebas menggapai udara ke segala arah. Soo Jin menutup mulutnya terkejut mendapati keadaan demikian. Dia terpaku di tempat ketika dokter mulai menyuntikkan obat penenang di tangan pria itu dan perlahan erangannya berhenti.

Setelah memeriksa alat-alat yang menempel di tubuhnya sudah terpasang dengan benar, Soo Jin mendengar dokter itu memerintahkan perawatnya untuk mengontrol keadaan pria itu sesering mungkin.

“Apa anda istri dari pasien ini?”

“A-apa?” Soo Jin yang masih syok hanya tergagap.

Dokter itu menyahut lagi, “Pasien ini membutuhkan perawatan intesif karena kecelakaan yang dialaminya sangat parah. Kejadian ini bisa terjadi berulang karena efek samping obat pasca operasi. Saya harap anda bisa menjaganya dan segera melapor jika kejadian ini terulang lagi.”

Soo Jin mengangguk lemas. Pandangannya mengarah pada pria itu. Oh, aku bahkan tidak tahu siapa namamu? Kenapa aku malah disangka istrimu?

“Yaa,” panggil Siwon segera setelah dokter dan dua perawat tadi keluar dari kamar rawat. Soo Jin sudah berpindah posisi di samping pembaringan tempat pria itu berbaring. “Apa harus, kau berpura-pura menjadi istrinya?”

“Bukan begitu. Dokter itu yang tidak mau mendengar perkataanku. Jadi jangan salahkan kalau aku disangka istrinya. Namanya saja aku tidak tahu, darimana dia berasal dan dimana keluarganya sekarang.”

Soo Jin menarik selimut hingga ke ujung dagu pria itu.

“Besok. Besok orang-orangku akan memberi kabar tentang dia. Semoga saja dia masih memiliki keluarga. Apa kau tidak mau kembali ke kamar?”

Soo Jin menggeleng. “Aku akan disini sampai ayah datang. Aku takut sekali pria ini tiba-tiba kejang tapi tidak ada siapapun di sampingnya.”

Siwon mengerti. Dia membiarkan adiknya berbuat sesuai nalurinya. Dia yakin adiknya bisa mengatasi kecemasannya dengan caranya sendiri.

Ponsel Siwon di saku celananya tiba-tiba bergetar. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. Ada raut terkejut melihat siapa yang menelepon.

“Yeoboseyo?” ucapnya sambil melangkah tergesa keluar.

Aku akan bertanggung jawab, tuan. Aku tidak akan meninggalkanmu. Batin Soo Jin dalam hati.

.
.
.

Satu minggu berlalu sangat cepat. Namun seperti neraka abadi bagi Soo Jin. Kecelakaan yang dialaminya minggu lalu mengakibatkan komanya seorang pria tak beridentitas.

Soo Jin tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi? Apa pria ini mengalami syok yang berat sehingga untuk bangun dari komanya menghabiskan waktu berhari-hari.

Seminggu itu pula Soo Jin harus menjalani proses hukum yang mencurigainya sebagai pelaku. Tentu saja Soo Jin memiliki alibi yang kuat karena dia turut mengalami kecelakaan tersebut. Sehingga dia cepat dibebaskan.

Walaupun dalam hati Soo Jin tidak yakin. Ketika pria itu bisa membuka matanya lagi dan keluarganya datang menuntutnya, dia tidak akan bisa lari.

Dan sepertinya hari itu akan segera tiba mengingat Siwon berhasil mendapat kontak orang tuanya yang sedang berada di luar negeri. Tidak lama lagi pasti mereka akan datang.

“Selesai!”

Soo Jin mengelap tangannya yang menghitam dengan kain lusuh yang sudah memudar warnanya. Dia barusan menyelesaikan memperbaiki motor bekas kecelakaannya yang untungnya masih bisa dipakai lagi.

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya kan, Soo Jin adalah gadis perkasa yang di umurnya yang sangat muda sudah memiliki bengkel sendiri dekat lintasan sirkuit kecil di Korea padahal dia lulusan ekonomi.

Harusnya dulu dia masuk jurusan teknik mesin saja.

Kepintarannya di bidang mesin tidak bisa diragukan lagi. Dia bahkan lebih cekatan dari para pria yang juga bekerja di bengkelnya.

“Masih terlalu pagi ke rumah sakit.” Jam menunjukkan baru pukul tujuh pagi.

Soo Jin bergegas membereskan peralatan yang ia gunakan dan dimasukkan ke kotak hitam besar berisi berbagai macam peralatan mesin dari ukuran paling kecil hingga besar.

Dia punya waktu banyak untuk bersiap-siap jadi dia tidak perlu terlalu terburu-buru. Ponselnya bergetar di atas nakas kecil di dekatnya.

“Yeoboseyo? Apa? Dia baru saja siuman? Aku segera kesana!” Soo Jin menutup teleponnya dan tiba-tiba hatinya membuncah senang.

Pria itu sudah siuman! Betapa sudah berapa lama dia menantikan hari seperti ini. Tanpa banyak persiapan, Soo Jin bergegas meninggalkan bengkelnya menuju rumah sakit.

Tiga puluh menit Soo Jin telah sampai di depan kamar rawat pria asing itu. Tidak lama lagi dia akan segera tahu siapa namanya dan segera berakhir masa ketakutannya.

Soo Jin memutar knop pintu itu dan betapa jantungnya serasa jatuh ke perut melihat bukan hanya dirinya yang berada di ruangan itu tapi ada dua orang sudah mendahuluinya. Keningnya berkerut, bertanya-tanya siapa orang-orang itu?

Seperti kedatangannya mengusik orang-orang di dalam sana. Mendadak suasana kamar rawat menjadi sepi.

Seorang yeoja yang mungkin umurnya tidak jauh dengannya, berdiri di samping pria yang sudah membuka matanya dan sedang menggenggam lengan pria itu yang tidak sakit.

Namja muda yang memakai seragam sekolah, bersedekap sambil mengamati Soo Jin dari atas sampai bawah kemudian kembali menatap matanya dan menggeleng.

“Kau bukan teman hyung. Kau siapa?” Namja muda itu dengan tidak sopannya bertanya. Apa barusan anak ingusan itu menilai penampilannya?

Soo Jin tahu dia tadi buru-buru datang kesini setelah mendengar kalau pria itu sudah sadar tanpa melirik pakaian yang dia kenakan.

Celana jeans biru tua dengan lubang di kedua lutut, tanktop putih yang dibungkus jaket kulit warna cokelat pres badan.

Si yeoja yang berada di dekatnya menyenggol lengan namja itu. “Myungsoo, jangan kasar begitu pada orang tidak dikenal.” Yeoja itu tersenyum lebar. “Maafkan kelakuan adikku yang sedikit kasar. Kenalkan, aku Kim Haneul. Ada perlu apa nona kesini?”

“Apa hubunganmu dengan Kyuhyun hyung?” Namja yang dipanggil Myungsoo itu menyahut lagi.

“Hmm..” Soo Jin tergagap. Bibirnya nyaris banjir karena terus dibasahi.

Tatapan penuh tanya dari orang di sekitarnya membuatnya gugup. Apalagi tatapan tajam yang dilayangkan oleh pria yang baru membuka matanya itu.

Sialnya kenapa dia masih sempat-sempatnya terpana dengan ketampanannya. Iris cokelat gelap dan tajam dan dalam. Kalau mereka tidak bertemu dalam keadaan begini, Soo Jin pasti langsung jatuh hati.

“Selamat pagi.” Sapa dokter Park yang memasuki ruangan, melepas sedikit ketegangan di antara mereka.

“Kenapa disini tegang sekali? Seharusnya sebagai keluarga kalian saling melepas hangat.”

Kalimat dokter Park justru menambah kebingungan bagi keluarga pria itu. Mereka memang tidak mengenal siapa gadis ini.

“Maksud dokter?” tanya Haneul yang mewakili pertanyaan keluarganya.

“Bukankah nona Kang adalah istri tuan Cho?”

“APA?” Mereka menoleh cepat padanya dengan alis bertautan, meminta penjelasan.

Soo Jin menelan ludah. Terlebih ekspresi Haneul yang sangat terkejut itu menunggu kalimat apa yang terlontar dari mulutnya. Dia tidak berniat bertatapan dengan Kyuhyun yang dia tahu namja itu pasti terkaget-kaget.

“Sepertinya ada yang harus aku luruskan disini. Aku tidak mengenal siapa dia dan aku hanya menolongnya ketika dia kecelakaan.” cicit Soo Jin. Tidak berani mengungkap bahwa dialah penyebab kecelakaan tersebut.

“Bukankah—”

“Tidak!” Soo Jin memotong kalimat dokter Park. Dia pasti akan mengungkit kejadian seminggu lalu sehingga dia sampai mengira dirinya adalah istri pria itu.

“Maaf, dokter Park, anda salah paham. Aku bukan istrinya. Namanya saja pun aku tidak tahu.”

Tangan Soo Jin sudah saling bertautan karna takut orang-orang di depannya salah mengartikan maksudnya. Dari sudut matanya pun dia bisa tahu Kyuhyun tengah menghujaninya dengan ribuan jarum.

“Ah, ternyata begitu.” Dokter itu tersenyum maklum sebelum melanjutkan, “Keadaan tuan Cho masih belum stabil sehingga memerlukan perawatan lebih dulu disini. Silakan pihak keluarga ikut ke ruanganku setelah ini.” Haneul memutuskan ikut dengan dokter Park.

Menyisakan Soo Jin dengan anak ingusan bernama Myungsoo dan pria berparas tampan, Cho Kyuhyun.

“Terima kasih sudah menolongku.” ucap Kyuhyun memecah keheningan di antara mereka. Soo Jin tersenyum kikuk. Dia kebingungan harus menjelaskan mulai darimana. “Bagaimana caranya?”

“A-apa?”

Kyuhyun menajamkan tatapannya, “Bagaimana kau bisa menolongku? Apa kau ada di tempat kecelakaan? Dan kenapa kau mengaku sebagai istriku?”

Sementara itu Myungsoo yang berdiri di sampingnya bersedap sambil menunggu jawaban yeoja itu.

Soo Jin meremas-remas kedua tangannya yang berkeringat dingin. Dia harus meminta maaf sekarang. Sebelum masalah ini semakin panjang.

“Jeosonghamnida.” Dia membungkukkan badannya rendah-rendah. “Maafkan aku, aku adalah penyebab kecelakaan itu sehingga kau harus berakhir disini. Tapi itu murni di luar kuasaku. Aku benar-benar meminta maaf.”

Oh. Jadi ini alasan utamanya. Kepedulian gadis ini karena dialah penyebab Kyuhyun harus dirawat di rumah sakit dengan kondisi mengenaskan, kedua kaki dan tangan kanan yang tidak bisa digerakkan.

“Keluar.”

Putus Kyuhyun setelah terdiam cukup lama. Dia tiba-tiba menjadi muak melihat wajah gadis yang terlihat baik-baik saja dan tak sebanding dengan dirinya.

Soo Jin menelan ludah, membasahi kerongkongannya yang entah sejak kapan kering. Dia benar-benar tidak bisa dimaafkan.

Hanya tinggal menunggu sampai polisi datang ke apartemennya dan menangkapnya.

“Apa kau tuli? Keluar dari kamar ini!” seru Myungsoo kasar. “Sebelum aku panggil polisi dan menyuruh mereka menangkapmu sekarang.”

Soo Jin mengangkat wajahnya gusar dan berharap pria itu mau mendengar penjelasannya. Tapi dia sudah menenggelamkan tubuhnya di balik selimut.

Tidak ada kesempatan untuknya. Soo Jin melangkah mundur dalam diam sementara dadanya bergemuruh tak karuan. Matilah aku!

.
.
.

Soo Jin menyibak kasar selimut tebalnya. Mimpi buruk. Ini sungguh mimpi buruk! Semalaman dia tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran masalahnya dengan Kyuhyun yang pelik.

Kenapa dia bisa melakukan kebodohan ini? Bagaimana nasibnya? Bagaimana hidupnya? Bahkan pria itu tidak memberi kesempatan sedikitpun agar dia bisa setidaknya membela diri.

Kalau begini caranya, hidupnya akan dihantui oleh rasa bersalah dan itu pasti membunuhnya perlahan.

Sungguh kenapa pria itu sangat kaku dan dingin sekali?

Oh, Soo Jin, berpikirlah! Mana ada pria yang mau bermanis-manis pada wanita yang telah mencelakainya? Mencederai kepemilikannya?

Terlebih kalian tidak saling mengenal. Tentu jika kau di posisinya, kau juga akan memberontak.

Polisi.

Setan apa yang merasukinya hingga pemikiran itu muncul? Bagaimana kalau dia sudah di-cap sebagai tersangka? Lalu mereka memanggil polisi untuk menangkapnya? Bagaimana kalau dia dipenjara? Bagaimana kalau… ah, dia terlalu banyak berpikir bagaimana kalau, bukannya memikirkan solusi atas masalahnya!

Ponselnya di atas nakas dekat tempat tidur bergetar. Ada telepon masuk. Segeralah Soo Jin mengangkatnya, itu telepon dari Siwon.

“YA! Kenapa ponselmu mati hah? Dan kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Kau kemana saja seharian kemarin?”

Soo Jin mendengus pelan. “Maaf, aku sibuk bertapa.”

Aish, gadis ini, masih sempat-sempatnya bercanda.

“Hei, aku sedang tidak ingin bercanda. Aku benar-benar khawatir. Sejak kau memutuskan akan bertanggung jawab atas pria itu, aku tidak bisa berkonsentrasi bekerja dan selalu ingin mengawasimu. Apa ada kabar baru beberapa hari ini?”

Yah, Siwon memang sedang tidak berada di Korea. Dia sedang melakukan perjalanan bisnis dua bulan ke depan di Austria. Namun dari nada yang Soo Jin tangkap bahwa kakaknya sekarang benar-benar mencemaskannya.

“Ah,” Soo Jin terdiam sejenak. Haruskah dia memberitahu keadaan yang sebenarnya? “Belum ada. Dia masih belum sadar.” Maafkan aku, Siwon, aku terpaksa berbohong.

Siwon menghela napas panjang di ujung sana. Dia kira pria itu sudah sadar mengingat sudah terhitung seminggu dia belum sadarkan diri.

Ada perasaan tidak enak yang menurutnya sangat mengganggu ketimbang urusan bisnisnya disini. “Syukurlah. Pokoknya kau harus memberitahuku kalau ada kabar baru, oke?” Soo Jin mengangguk saja meski ia tahu Siwon tidak bisa melihatnya. “Aku tutup teleponnya ya. Jangan lupa makan! Kalau ada apa-apa segera beritahu aku.”

Lagi-lagi Soo Jin hanya menghembuskan napasnya panjang-panjang.

Betapa Tuhan sangat baik kepadanya mengirimkan seorang kakak yang begitu peduli padanya dan betapa tega dirinya membohongi orang sebaik Siwon karna tidak ingin pria itu terlalu memikirkan dirinya dan tidak fokus dengan pekerjaannya.

Setelah ini lebih baik dia bersiap-siap pergi ke rumah sakit lagi. Dia harus menemui Cho Kyuhyun dan meminta maaf lagi.

Tepat sebelum Soo Jin akan bangkit dari kasurnya, suara bel apartemennya berbunyi nyaring. Soo Jin mendengus kesal. Siapa yang bertamu sepagi ini?

“Tunggu sebentar!” Soo Jin berjalan menuju interkom apartemennya dan jantungnya nyaris copot melihat siapa tamu pagi butanya melalui layar interkom.

“Omo!” dia menutup mulutnya yang hampir memekik berlebihan.

Polisi! Di luar polisi! Astaga! Peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba tidak berguna untuk jenis makhluk berlabel polisi. Lari!

Soo Jin berlari menjauh dari pintu depan dan masuk ke kamar lalu menguncinya. Napasnya memburu. Dia sangat ketakutan.

Sial! Bagaimana bisa polisi sampai kesini?! Pasti pria itu! Sial!

Tangannya bergerilya di atas nakas samping tempat tidur, mencari tuas pengungkit yang dibawanya dari bengkel.

Soo Jin bergegas mengungkit jendela kamar lantai dua yang beberapa bulan lalu dirusak pencuri sehingga dia terpaksa menyegelnya.

Bel apartemennya yang terus berbunyi semakin mempercepat tangan lincahnya membobol jendelanya.

Dua menit berkutat disana akhirnya jendela itu berhasil terbuka. Meskipun celah yang terbuka hanya setengah dari badannya, tapi Soo Jin berhasil juga menyelinap keluar.

“Akh!” Udara kencang menerpa wajahnya sampai-sampai dia takut kalau dia bisa terjatuh dari ketinggian.

Soo Jin berpegangan erat di tepi dinding yang mulai berkerak yang membuat genggamannya sedikit terlepas. Dalam hitungan ke tiga Soo Jin melompat dengan lutut yang mendarat lebih dulu.

“Aish! Lututku!” lututnya lecet dan darah segar mengalir keluar.

Sial! Dua mobil polisi terparkir di halaman samping gedung apartemen. Soo Jin berlari sekuat-kuatnya menjauh dari marabahaya. Ada satu tempat yang menjadi satu-satunya tersangka dalam hal ini.

Rumah sakit!

Menyesal sudah Soo Jin berniat meminta maaf pada pria licik itu!

.
.
.

BRAAKKK!!!

“APA YANG KAU LAKUKAN?!”

Begitu sampai di depan kamar pria itu dirawat, tanpa mengetuk maupun mengucap salam, Soo Jin langsung mendobrak pintu itu sampai menimbulkan bunyi sangat keras dan mengagetkan beberapa orang yang duduk di kursi tunggu luar.

Oke, Soo Jin tahu ini salah, tidak beretika dan kurang ajar apalagi di tempat banyak orang sakit yang membutuhkan ketenangan. Tapi dia tidak peduli.

Apa yang dilakukan Kyuhyun sangat keterlaluan! Dan surprise! Di dalam kamar itu ada empat pria yang berkunjung dan mereka semua tengah memandang kaget ke arahnya.

Sementara pria itu? Dengan tatapan tajam dan dinginnya, menatapnya seolah dia adalah kutu busuk yang harus disingkirkan dari muka bumi.

“Agassi, kau baik-baik saja?” tanya salah seorang dari mereka yang berambut blonde.

Hyukjae adalah pria pertama yang tersadar dari fase keterkejutannya sebab keberadaan Soo Jin yang serba tiba-tiba, tidak ada hujan, tidak ada badai, mendobrak pintu kamar rawat temannya.

Soo Jin merangsek maju. Menyingkirkan dua orang yang berdiri menghalangi jalannya dari Kyuhyun.

“Kau!” tunjuknya tepat beberapa senti di depan hidung mancung pria yang masih setia menyematkan ekspresi benci.

“Apa maksudmu mengirim polisi ke apartemenku, hah?!” Soo Jin bisa mendengar orang-orang di dekatnya yang semuanya berjenis kelamin pria, menganga lebar.

“Apa? Kau keberatan hah?” Kyuhyun balik bertanya dengan nada meremehkan. Andai saja dia bisa bergerak bebas saat ini, dia pasti akan membunuh yeoja sinting ini.

“Sialan!”

“Wow! Wow! Apa yang kau lakukan nona?” Yesung mencegah kedua tangan Soo Jin yang sudah terjulur hendak mencekik Kyuhyun.

Untung saja Yesung yang tepat di samping Soo Jin sehingga dia bisa bergerak cepat. Kalau tidak, mungkin Kyuhyun bisa kena patah tulang leher.

“Lepaskan aku! Kau siapa?! Aku mau mencekik lehernya sampai mati! Pria sialaan!!”

Yesung menahan tubuh Soo Jin yang kian memberontak. Lalu mengisyaratkan pada teman-temannya melalui ekor matanya karna jujur kekuatan yeoja ini dua kali lipat lebih ganas daripada singa betina yang sedang mengamuk.

Tiga pria serentak maju. Changmin dan Henry mencekal lengan kanan dan kirinya, Hyukjae berdiri di depan Kyuhyun sementara Yesung masih bertahan dengan posisi memeluk Soo Jin dari belakang.

“Keluar panggilkan sekuriti, CEPAT!” titah Kyuhyun.

Hyukjae mengangguk, tangan kanannya yang bebas digunakan untuk menelepon bodyguard-nya yang tadi disuruhnya tinggal di mobil agar segera datang ke kamar Kyuhyun.

Tak sampai satu menit, dua sekuriti yang dipanggil Hyukjae datang. Dua teman Kyuhyun yang sebelumnya menahan Soo Jin membiarkan dua pria berbadan kekar itu mengambil alih.

“YAK! Lepaskan aku! Yak!”

Soo Jin menendang-nendang kakinya ke udara saat dua lelaki kekar tiba-tiba saja mengangkatnya ke udara dan mengeluarkannya dari kamar itu. “Awas kau! Aku tidak akan melepaskanmu! Yaakk!”

Suara teriakan Soo Jin sudah teredam setelah pintu tertutup. Kyuhyun mendengus sebal. Benar-benar gila! Bagaimana bisa dia berurusan dengan yeoja gila tak punya sopan santun?

Ah, benar, dia harus cepat-cepat mengurus masalah ini sebelum yeoja itu sempat bertindak lagi yang lebih gila lagi.

“Yaa, Kyu, dia siapa? Ganas sekali! Aaum!” Hyukjae memeragakan gaya singa yang sedang meraung dan itu mengundang tawa teman-temannya, tak terkecuali Kyuhyun. “Kekasih barumu yang kau putuskan sepihak lagi, eoh?”

Kyuhyun tersedak. “Mana mungkin! Aku sudah tidak waras kalau punya kekasih seperti dia.” Dia bergidik ngeri. Pasti hidupnya tidak akan tenang karna terus-terusan mendengar ocehan yeoja itu.

“Tapi dia cukup seksi loh, Kyu! Hihi…” Yesung terkikik sendiri.

Yah, dia tadi memang kebagian memeluk yeoja itu dari belakang sudah pasti dia tahu lekuk tubuh yeoja itu. Beberapa temannya meledek Yesung sebagai duda tua tak tahu diri yang mesum.

“Aigoo, hyung, sepertinya kau tertular virus yadongnya Hyukjae!” seru Changmin pada Yesung sambil menyeringai lebar.

“Yaa! Itu sungguhan! Kalian tidak memperhatikan gaya pakaiannya tadi? Aish! Seksi sekali!” Astaga, Yesung! Sepertinya dia sudah benar-benar tertular.

“Ahh! Sial sekali tadi aku hanya berdiri saja di depan Kyu. Kan seharusnya aku di posisimu hyung! Aku tidak terima!” erang Hyukjae setengah menyesal. Dia juga mengakui kalau wajah yeoja tadi lumayan cantik hanya saja kurang polesan make up mungkin penampilannya bisa jadi sempurna.

 

“Mau dia seksi, cantik, atau apapun yang membuat kalian tertarik, aku tidak peduli. Tetap saja dialah penyebab aku menjadi cacat begini.”

Ucapan dingin Kyuhyun itu menghentikan tawa teman-temannya yang berusaha mencairkan suasana.

“Segera setelah ini, dia harus menderita. Bahkan menderita dari apa yang kualami.”

Seenaknya saja gadis itu menghancurkan hidupnya dengan membuat dirinya cacat. Lihat saja, nona, akan kubuat dirimu lebih hancur dari kecacatan fisik yang kurasakan.

Kyuhyun menyeringai evil.

.
.
.
TO BE CONTINUE

 Yaah, udah bersambung aja nih thor #plak!
Penasaran nggak kelanjutannya gimana? Apa hubungannya cewek bernama Haneul dengan Kyuhyun? Apa rencana Kyuhyun untuk membuat Soo Jin menderita? Tunggu aja ya di chap selanjutnya^^
Annyeong!

34 thoughts on “CLEFT [Chapter 1]

  1. LeeAhn says:

    Kyuhyun cacat?? Masak g bisa sembuh sih…
    Aduh kasian juga sama soojin d kejar2 gitu g sama kyuhyun g sama polisi juga…
    Lanjut thor pengen tau balas dendam nya kyuhyun gmn kayaknya bakal kocak bgt….

    Liked by 1 person

  2. via agnesia says:

    Apa yg bkalan dilakuin kyuhyun ke soo jin ya…
    kyu g tau kalau selama kima soo jin selalu ada disampingx.
    soo jin sendiri jg sangat merasa bersalah dengan keadaan kyuhyun…

    Liked by 1 person

  3. laya says:

    Wow keren. Yoo jin si cewek tomboy. Tp yg aku blm paham itu masalah kecelakaannya. Yoo jin balapannya di sircuit kan kak? Trs kenapa bisa menyebabkan kecelakaan dengan kyuhyun? Apa kyuhyun juga pembalap?

    Liked by 1 person

  4. Pingback: CLEFT [Chapter 2]
  5. kyuwonhae's wife says:

    Cacat? Kyu knpa? Apa dia patah kaki? Gak bsa jlan? Atw gmna? Aku kra sojin yg keclkaan parah, tp ternyra kyu yah. Dan apa yg akan dilkkan Kyu sma sojin?

    Liked by 1 person

  6. Vyea Lyn says:

    Halo…saya orang baru disini. Boleh ikut baca ya.

    Siwon,,ganteng” kok jorok sekli ya! Gk mencerminkan orang kece dia.
    Soojin boleh jg ya…dia benar” keren. Jadi kagum.

    Liked by 1 person

  7. syalala says:

    waduh aku ada sekilas baca part 3 dan ga kebayang ternyata awalnya begini hahaha ngeri betullllll soojin galak yee wkwkw btw mereka endungnya nikah tuh gimana kenapa dah kalo awalnya begini haha lanjuuuuttt

    Liked by 1 person

  8. Vikyu says:

    Baru baca ff yg ini sumpah
    Kyuhyun cacat ? Yang bener ? Astaga suamiku tabahkan hatimu
    Apa yg akan kyu lakukan sama soojin ya
    Jujur soojin keren bnget disini 😂

    Like

  9. Kyuyang says:

    Oke aku gtw udy baca part ini sebelumnya atw blm krna kya ga asing hehe

    Tapi walaupun udh baca berulang ttp seru
    Yahh dasarnya kyuhyun sekali evil ttp aja evil wkwkw soojin ah hwaitingg nae kkkkkkkkkkk

    Liked by 1 person

  10. ddianshi says:

    Ah ini bukan sepenuhnya kesalahan soojin -_- kyu mulutnya itu pengen aku cium saking pedasnya 😀 oh jadi siwon hanya kakak tiri dari soojin 🙂

    Liked by 1 person

  11. yuliantif0488 says:

    Haneul apa nya kyuhyun ya kok sampai sekaget itu waktu dokter salah dalam menyampaikan informasi soal status soo jin terhadap kyuhyun, apa haneul kekasih nya ya…
    Kalau dipikir-pikir kan itu musibah ya lagian ini semua di luar kendali soojin dan nama nya saja ini di arena pertandingan…

    Liked by 1 person

  12. Nenkchobantet says:

    Biasanya yg benci, ngehina mati2an bilang jijik satu sama lain bakal terbit cinta di kemudian hari😆😆😆wkwk ngalamin gw yg kaya begini😌
    Lanjut baca ye thor ☺😚

    Liked by 1 person

Leave a comment